NovelToon NovelToon
Pengantin Pengganti

Pengantin Pengganti

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Pengantin Pengganti / Pelakor / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Persahabatan
Popularitas:4k
Nilai: 5
Nama Author: my name si phoo

Nayla mendapatkan kabar dari Tante Ida agar pulang ke Indonesia dimana ia harus menghadiri pernikahan Anita.
Tepat sebelum acara pernikahan berlangsung ia mendapatkan kabar kalau Anita meninggal dunia karena kecelakaan.
Setelah kepergian Anita, orang tua Anita meminta Nayla untuk menikah dengan calon suami Anita yang bernama Rangga.
Apakah pernikahan Rangga dan Nayla akan langgeng atau mereka memutuskan untuk berpisah?
Dan masih banyak lagi kejutan yang disembunyikan oleh Anita dan keluarganya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my name si phoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 24

Sinar matahari pagi menembus tirai jendela rumah sakit, menyinari wajah Nayla yang pucat namun tenang.

Di samping ranjangnya, Rangga duduk setia seperti biasa, tertidur di kursi dengan kepala bersandar di tepi tempat tidur istrinya.

Tak jauh dari sana, Bi Ina sedang melipat selimut sambil sesekali melirik ke arah Nayla.

Tiba-tiba, Bi Ina membeku.

Jari tangan Nayla yang sejak dua minggu lalu tak bergerak... kini perlahan meliuk pelan.

Beberapa detik kemudian, kelopak matanya yang berat mulai bergetar, lalu terbuka perlahan.

Cahaya yang masuk membuatnya menyipit. Pandangannya buram, tapi ia tahu langit-langit putih, suara mesin berdetak, dan aroma antiseptik... Ia masih hidup.

“Nona… Nona Nayla?!” seru Bi Ina pelan tapi panik.

Rangga langsung terbangun, matanya menatap istrinya dengan terkejut dan tidak percaya.

“Nayla? Sayang… kamu sadar?”

Nayla menoleh pelan ke arah suara itu. Matanya menatap Rangga dengan pandangan lemah, tapi jelas menunjukkan pengenalan.

Mulutnya terbuka sedikit, berusaha mengeluarkan suara, namun hanya udara yang keluar.

“Tenang… tenang… kamu nggak perlu ngomong dulu. Kamu sudah bangun. Syukur ya Allah…” Rangga segera menekan bel panggilan untuk memanggil dokter.

Bi Ina menahan tangis di sudut ruangan, menggenggam kedua tangannya. “Alhamdulillah… Nyonya Nayla sadar…”

Tak lama kemudian, tim medis datang memeriksa. Setelah beberapa pengujian singkat, dokter mengangguk pelan.

“Dia sudah lewat fase kritis. Ini perkembangan luar biasa. Tapi pemulihannya akan bertahap. Harap jangan terlalu membebani dengan banyak percakapan atau emosi berat untuk sementara waktu.”

Rangga mengangguk cepat. “Tentu, dok. Saya akan jaga.”

Setelah tim medis pergi, Rangga kembali duduk di sisi Nayla. Ia menggenggam tangan istrinya erat.

“Nay… kamu nggak perlu khawatir. Kamu aman sekarang. Aku di sini, dan Bi Ina juga. Kamu cuma perlu fokus sembuh. Aku akan ceritakan semuanya… nanti, saat kamu sudah siap.”

Nayla menatapnya lemah. Matanya seperti mencari sesuatu… seperti ada kekosongan yang belum bisa ia pahami.

Tapi ia lelah, dan perlahan-lahan, matanya kembali terpejam bukan koma, tapi tertidur dalam sadar.

Dan kali ini, Rangga tahu: ia akan punya kesempatan kedua.

Nayla mulai membuka matanya lagi. Kali ini lebih jelas, lebih tenang, walau tubuhnya masih lemah.

Di samping tempat tidur, Rangga kembali duduk, menatap wajah istrinya yang kini mulai bisa menggerakkan kepalanya sedikit.

Rangga tersenyum lembut. “Kamu haus? Mau aku panggil perawat?”

Nayla menggeleng perlahan. Suaranya serak, napasnya pendek, tapi ada satu nama yang langsung lolos dari bibirnya.

“M-mas Jati…”

Rangga terdiam.

Tubuhnya menegang, senyumnya perlahan pudar. Matanya mencari arah lain, menyembunyikan kegelisahan.

Hatinya seolah tertikam oleh dua kata sederhana itu.

Nayla memaksakan diri membuka mata lebih lebar, menatap Rangga penuh harap.

“Mas Jati… di mana?” tanyanya lirih.

Rangga menunduk sejenak, berusaha menyusun kata.

Tapi sebelum ia sempat menjawab, Bi Ina yang berdiri di belakang cepat-cepat menyela.

“Mas Jati ya, Nona? Mungkin masih di luar, tadi Den Rangga nggak sempat cerita semuanya, ya?”

Rangga menoleh cepat ke arah Bi Ina. Perempuan itu mengangguk pelan, memberi isyarat bahwa ia masih memegang janjinya.

Rangga kemudian mengelus tangan Nayla dengan hati-hati.

“Kamu baru sadar, Nay. Jangan mikirin apa-apa dulu. Yang penting sekarang, kamu istirahat. Nanti... nanti kita cerita semua, ya?”

Nayla menatapnya lama, napasnya masih berat. Ada rasa bingung yang belum terjawab, tapi tubuhnya terlalu lemah untuk menuntut lebih.

“M-mas Jati baik-baik aja, kan?” tanyanya lagi dengan suara lirih.

Rangga tersenyum tipis, memaksakan ketenangan.

“Iya, Nay. Dia baik. Kamu tenang saja…”

Di balik senyum itu, ada luka yang dalam dan kebohongan kecil yang ia ucapkan demi menjaga Nayla tetap bertahan.

Karena Rangga tahu… belum saatnya Nayla tahu kenyataan pahit itu. Belum sekarang.

Suasana ruangan lebih hangat dibanding hari-hari sebelumnya.

Di luar kamar, suara perawat dan langkah kaki sayup-sayup terdengar, namun di dalam kamar itu, suasana terasa tenang.

Nayla masih terbaring di tempat tidur, tapi wajahnya mulai menunjukkan sedikit warna.

Napasnya lebih teratur, dan matanya terbuka penuh, menatap langit-langit.

Tiba-tiba pintu kamar diketuk pelan, lalu terbuka.

“Selamat pagi, Bu Nayla,” ucap seorang perawat muda sambil mendorong meja dorong kecil yang membawa nampan makanan.

Di atasnya ada semangkuk bubur ayam hangat, teh manis, dan satu potong roti panggang.

Nayla menoleh perlahan. “Pagi…” ucapnya lemah, tapi jauh lebih jelas daripada kemarin.

“Ini sarapannya, ya. Saya bantu atur dulu, Bu,” kata perawat sambil menaikkan sandaran ranjang agar Nayla bisa duduk setengah tegak. Lalu ia meletakkan nampan di atas meja lipat.

Nayla menatap bubur itu lama. Ada aroma yang tiba-tiba memunculkan sesuatu di benaknya sebuah memori samar… dapur yang hangat… tangan yang menyuapi… suara tawa.

“Mas Jati…” gumamnya, nyaris tanpa suara.

Perawat menoleh. “Ada yang Ibu katakan, ya?”

Nayla cepat-cepat menggeleng. “Enggak… nggak apa-apa.”

Perawat tersenyum sopan. “Kalau Ibu butuh bantuan, panggil saya, ya. Nanti saya cek lagi sebentar.”

Setelah perawat pergi, Nayla menatap mangkuk bubur itu lama. Jemarinya perlahan bergerak, mencoba menyentuh sendok. Gerakannya masih gemetar.

Di sudut ruangan, Rangga memperhatikannya dengan mata tajam namun wajah tenang. Ia segera mendekat dan mengambil alih sendok.

“Biar aku yang suapin, ya?” tawarnya lembut.

Nayla menatapnya lama. Ada kilasan ragu di matanya, lalu ia mengangguk pelan.

Suapan pertama perlahan masuk ke mulutnya. Bubur itu lembut dan hangat seperti pagi di dapur yang samar dalam ingatannya.

Tapi kini, ada yang berbeda.

Wajah yang menatapnya… bukan wajah yang biasa ia lihat saat bubur itu disajikan.

Nayla mengunyah perlahan, lalu menelan dengan susah payah.

“Mas…” ucapnya pelan, menatap Rangga. “Aku ngerasa… ada yang kalian sembunyiin dari aku.”

Rangga terdiam.

Sendok yang baru saja ia angkat berhenti di udara.

Dan untuk pertama kalinya sejak Nayla sadar… tatapan mereka saling mengunci, lebih tajam, lebih jujur.

Rangga tersenyum tipis, lalu kembali menyuapkan bubur ke mulut Nayla. Ia berusaha tampak tenang, meskipun di dalam dadanya ada gejolak yang sulit diredam.

“Hanya perasaan kamu saja, Nay,” ucap Rangga lembut. “Mungkin karena kamu baru sadar, semuanya masih terasa campur aduk. Tapi yang penting sekarang kamu istirahat dan sembuh dulu.”

Nayla diam. Ia menatap wajah suaminya lama, seolah ingin menembus lapisan ketenangan yang sedang ditunjukkan Rangga.

“Beneran, ya?” bisiknya lirih.

Rangga mengangguk sambil tersenyum, tapi matanya menghindar sepersekian detik.

“Iya, sayang. Nggak ada yang perlu kamu khawatirkan sekarang,” lanjutnya sambil mengusap tangan Nayla yang masih lemah.

Nayla menelan ludah. Hatinya masih gelisah, tapi tubuhnya belum cukup kuat untuk terus bertanya.

Ia memejamkan mata pelan, membiarkan kehangatan bubur mengalir ke tubuhnya. Tapi jauh di dalam benaknya, suara itu tak mau diam.

“Mas Jati… aku tahu kamu ada… Tapi kenapa aku nggak bisa merasakan kehadiranmu?”

Dan di kursi sebelah tempat tidur, Rangga hanya bisa menggenggam tangan Nayla lebih erat karena ia tahu, waktu akan datang… saat Nayla menemukan kebenaran yang sedang ia sembunyikan.

1
seftiningseh@gmail.com
hai kak semangat yaa bust update selanjutnya aku tunggu oh ya jangan lupa baca chat story aku judul nya love after marriage
✿🅼🅴🅳🆄🆂🅰✿: Minimal di like lah... kalau punya request kek gitu./Smug/
my name is pho: ok kak
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!