Daniel Ferondika Abraham adalah cucu pertama pemilik sekolah menengah atas, Garuda High School.
Wajahnya yang tampan membuatnya menjadi idaman siswi sekolahnya bahkan di luar Garuda juga. Namun tidak ada satupun yang berani mengungkapkan rasa sukanya karena sikap tempramen yang di miliki laki-laki itu.
Hal itu tak menyurutkan niat Dara Aprilia, gadis yang berada di bawah satu tingkat Daniel itu sudah terang-terangan mengungkapkan rasa sukanya, namun selalu di tolak.
Mampukah Dara meluluhkan hati Daniel? dan apa sebenarnya penyebab Daniel menjadi laki-laki seperti itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CutyprincesSs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 23
Yayasan Abraham semakin menuju ke dasar masalah. Dana yang harusnya di alokasikan untuk mitra-mitra sekolah lain mendadak masuk ke dalam rekening fiktif. Beberapa acara sosial juga di batalkan, semua itu membuat Daniel tertekan. Dia sudah berusaha mencari tahu siapa pelakunya, namun di sisi lain, angka-angka baru muncul dengan nominal yang sangat besar.
Di sisi lain, Ebie tengah sibuk mempersiapkan pesta pernikahan nya bersama Daniel. Ia tak menyangka bahwa hari itu akan datang ke hidupnya. Daniel Ferondika Abraham, laki-laki yang di puja seantero Garuda akan menjadi suaminya. Bahkan ia terlihat tampan dengan setelan jas yang selalu di pakainya setiap hari.
Setelah menyelesaikan berbagai urusan acar pernikahan seperti pemesanan cincin, fitting baju, undangan dan souvenir, acara akan berlangsung minggu depan. Ebie akhirnya mendapatkan yang ia mau, meskipun dia tak peduli dengan masalah Daniel soal yayasan.
Ebie mengunjungi Daniel di kantor dengan pakaian santainya, dress selutut berwarna merah dan kacamata hitam yang bertengger manis di wajahnya. Ia meluangkan waktunya untuk makan siang dengan calon suaminya itu untuk mendapatkan citra pasangan romantis dari media.
"Sayang, apa kau sibuk? Ayo makan siang!" Ebie muncul di balik pintu, tanpa melihat bahwa Daniel sedang memimpin sebuah rapat penting. Semua orang menatap ke arahnya, gadis itu bahkan tak tahu malu dengan masuk ke dalam dan memperkenalkan diri sebagai calon istri Daniel. Daniel yang merasa malu, meminta semuanya untuk beristirahat dan melanjutkan rapat setelah makan siang.
"Kau tak liat aku sedang sibuk?" Daniel meletakkan kedua tangannya di pinggang dan menunduk. Nadanya lelah dan sorot matanya penuh amarah. "Ini jam makan siang Daniel, apa aku salah mengajak calon suamiku untuk makan siang bersama?" Daniel melonggarkan dasinya. "Ini ruangan formal, dan mereka bukan orang sembarangan! Banyak hal penting yang sedang di bahas. Kenapa kamu Mauk dan bikin aku malu di depan timku?”
Ebie menyilangkan tangan, tak mau kalah. "Aku pikir buat sekalian kenalan sama mereka, toh ke depannya mereka bakal sering ketemu aku kan?" Daniel mengangkat dagunya, "Mereka bukan orang seperti teman-mu Bie, mereka adalah kepala divisi, penasihat hukum, dan bagian audit internal. Mereka datang karena yayasan keluarga ku sedang dalam masalah besar. Dan kamu masuk tanpa permisi-" ucapan Daniel terpotong karena Ebie menutup kedua telinganya. "Stop! aku gak mau tahu! Kita makan siang sekarang!" nadanya sudah tak bisa di bantah, lalu dia berjalan keluar dari ruang rapat.
Akhirnya Daniel menuruti permintaan Ebie karena dia lapar. Selama makan siang, Daniel tak menggubris perkataan Ebie yang excited dengan acara pernikahan mereka sendiri.
"Pokoknya acara pernikahan kita bakal meriah sayang, aku sudah mengundang semua teman-teman kita. Oh ya aku juga undang mantan kamu, biar dia nangis dan mimpi buruk karena patah hati" Ebie tertawa setelah mengatakan hal itu, namun Daniel hanya menggelengkan kepalanya , terlalu malas menanggapi.
"Oh ya gimana soal bulan madu? Kita juga harus pikirin itu Daniel biar makin so sweet. Aku gak akan nikah 2x dan aku ingin pernikahan ini sempurna untukku." Daniel selesai dengan makannya, dan menatap Ebie.
Bukan tatapan kagum, namun tatapan muak.
'Akan lebih sempurna jika aku menikah dengan Dara, dan kau pergi dari hidupku.'
Daniel menunggu Ebie yang fokus pada makanannya, sesekali mengambil potret untuk dia unggah di medsos. Ia sudah angkat tangan, siang itu acara makan siang dan pertemuan mereka berakhir dengan cepat.
---
Sepulang mengantar Ebie, Daniel balik ke kantor dan bertemu mama nya.
"Ma? kok kesini?" Daniel melepas jasnya dan menggantungnya di gantungan jas.
"Karena kamu selalu pulang terlambat akhir-akhir ini." Rena tersenyum lembut. Daniel duduk di sebelah mama nya, sambil memijat pelipis. "Maaf ma, banyak yang harus Daniel urus. Terutama masalah yayasan..." Rena memotong ucapan anaknya.
"Mana tahu, tapi mama juga paham kalau hati kamu lagi gak baik-baik saja nak." ia mengambil tangan kanan Daniel lalu mengelus punggung tangannya. "Jangan kamu pikul beban itu sendirian, kamu anak mama. Mama akan selalu menjadi tempatmu pulang Dan."
Daniel menyenderkan kepalanya di bahu mamanya. "Daniel capek ma pura-pura terus. Ebie makin seenaknya, dia bahkan main masuk gitu aja sewaktu Daniel lagi rapat penting." Rena mengelus rambut Daniel, "Mama tahu dari staff."
"Ma, Daniel... Daniel bahkan gak tau Daniel menikah ini untuk siapa. Citra keluarga? Harapan publik? Atau karena konsekuensi karena Daniel takut mundur?”
Rena mendekat, lalu memeluk bahu sambil menepuk nya perlahan. "Kamu bukan takut nak, tapi kamu terlalu banyak menyalahkan diri kamu. Jika kamu tahu jalan yang kamu ambil ini salah, kamu harus berani putar balik atau setidaknya hadapi konsekuensi nya.”
Daniel terdiam, sungguh dia sulit untuk berpikir jernih, apa kah semua ini adil baginya?
***
Kasian banget Dan,
Tapi ya mau gimana lagi? Untung ini kisahmu bukan kisah author... hehehe
btw jangan lupa tinggalkan jejak yaa sayang... Biar Daniel dan Dara juga semangat!!!