Alika tak pernah membayangkan hidupnya bisa berubah secepat ini. Semua berawal dari satu permintaan sepele saudari tirinya, yang menyuruh Alika pergi ke sebuah hotel.
Karena sebuah kekeliruan, Alika justru masuk ke kamar hotel yang salah dan menghabiskan malam dengan Sagara, sang CEO dingin dan arogan yang selama ini hanya dikenalnya dari jauh.
Apa yang terjadi malam itu seharusnya dilupakan. Tapi takdir berkata lain.
Saat Alika mengetahui dirinya hamil. Ia dihadapkan pada pilihan yang sulit, menyembunyikan semuanya demi harga diri, atau menghadapi kenyataan dengan kepala tegak.
Namun, yang paling mengejutkan, justru adalah keputusan Sagara. Pria yang katanya selama ini tak tersentuh, datang kembali ke dalam hidupnya, menawarkan sesuatu yang lebih dari sekadar tanggung jawab.
Cinta perlahan tumbuh di antara keduanya. Tapi mampukah cinta bertahan saat masa lalu terus menghantui dan realita kehidupan tak berpihak?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Senja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 24 Pergi Ke Penghulu
“Ayah dari bayinya?” gumam Bondan kesal. “Apa maksud semua ini Alika?!” desah pria itu dengan nada tidak sabar.
Alika menggigit bibirnya. Matanya mulai berkaca-kaca. Ia tidak pernah menyangka Sagara akan datang, apalagi berani membongkar semuanya di depan umum.
“Tuan…” bisiknya pelan, tak mampu berkata-kata lebih banyak.
Maya melangkah maju. Wanita itu terlihat sedang menahan amarahnya. Setelah kehamilan Alika di luar nikah, kini pria yang mengaku sebagai ayah bayi itu datang dan merusak semuanya.
“Kamu pikir dengan datang ke sini dan berteriak seperti orang gila, kamu bisa menghentikan semuanya? Kamu datang terlambat, Tuan!”
“Aku tidak peduli apakah ini sudah dimulai atau belum. Yang jelas, aku tidak akan membiarkan Alika menikah dengan pria yang bahkan tidak tahu bagaimana memperlakukan perempuan dengan benar,” ucap Sagara tajam sambil menatap Juragan Bondan dari ujung kepala hingga kaki.
“Kamu terlalu lancang, anak muda! Aku bisa menuntut mu karena mencemarkan nama baik!” Juragan Bondan mendengus.
“Silakan.” Sagara mendekat. “Tapi kamu juga bisa dipermalukan di seluruh kota karena mencoba menikahi seorang gadis yang sedang mengandung anak orang lain. Bayangkan saja, koran mana yang tak mau memuat skandal ini?”
Bondan terdiam. Maya mencoba menahan situasi, tapi tamu-tamu sudah mulai berdiri, beberapa di antaranya mengangkat ponsel untuk merekam.
“Maaf, kalau memang ada keraguan dan keberatan seperti ini, saya tidak bisa melanjutkan akad nikah. Ini melanggar etika.” Pak Penghulu menghela napas.
“Pak, aku mohon jangan pedulikan dia. Dia pasti orang orang suruhan Alika yang berusaha menggagalkan pernikahan ini!” ucap Maya.
“Saya hanya bisa menikahkan jika tidak ada pihak yang dirugikan, Bu Maya,” jawab Pak Penghulu tegas.
Sagara mendekat ke arah Alika. Menggenggam tangannya dengan erat seolah mengatakan kalau semuanya akan baik-baik saja.
“Kenapa hanya diam?” tanyanya pelan. “Kamu benar-benar rela menjalani hidup dengan pria seperti ini? Mengorbankan masa depan bayiku?”
Air mata Alika jatuh tanpa bisa ia tahan. Seluruh tubuhnya gemetar, bukan karena takut pada Sagara, tetapi karena dilema yang selama ini menghantuinya.
Alika shock. Semuanya terjadi begitu saja dan tentu saja dengan paksaan dan ancaman-ancaman Maya, yang akan menyakiti bayinya jika tidak mau menikah dengan juragan Bondan.
“Saya tidak ingin ini terjadi. Tapi saya juga tidak tahu harus bagaimana,” jawab Alika dengan bibir bergetar.
“Kalau kamu tidak mau, maka jangan lakukan. Aku disini. Aku akan bertanggung jawab, Alika!”
Suasana semakin sunyi. Semua orang seperti menunggu keputusan Alika. Sementara Maya, komat kamit tidak jelas.
“Tidak! Ini tidak bisa dibatalkan begitu saja!” teriak Maya. “Dasar bayi pembawa sial!”
“Cukup Ibu!” Alika akhirnya bersuara. Tak terima jika ada yang mencaci bayinya. “Aku tidak akan menikah dengan juragan Bondan!”
“Apa kamu sudah gila? Kamu tahu apa yang kamu lakukan?” kata Maya menatap Alika dengan mata membelalak.
“Untuk pertama kalinya, aku akan melakukan sesuatu karena kemauanku sendiri. Bukan karena kamu paksa, bukan karena kamu suruh,” jawab Alika tegas.
“Dasar kurang ajar! Kalian memperlakukanku di depan umum!” Juragan Bondan berdiri, menghentakkan tongkatnya ke lantai.
“Jeruji besi sudah menunggumu pak tua! Tinggal pilih, mau masuk detik ini juga atau besok? Sekalian aku mengumpulkan barang bukti,” ujar Sagara menatapnya dingin.
Tanpa banyak kata, Juragan Bondan meninggalkan ruangan bersama istri-istrinya yang segera mengikutinya, mengabaikan Maya yang masih berdiri kaku di tengah ruangan.
Alika memejamkan mata, merasakan seluruh tubuhnya lemas. Ia nyaris jatuh jika Sagara tak segera menangkap tubuhnya.
“Tenanglah. Semua sudah selesai,” bisik Sagara sambil menahan tubuh Alika di pelukannya.
“Awas kalian!” lirih Maya, menatap mereka berdua dengan wajah marah.
Lee masuk dan memberi isyarat pada Sagara bahwa mobil sudah siap.
“Kita pulang,” ucap Sagara.
“Pulang kemana?” tanya Alika pelan.
“Ke tempat yang seharusnya kamu berada sejak awal. Bersamaku.”
**
**
“Masuk!” ucap Sagara masih menggenggam tangan Alika erat. Dan meminta wanita itu masuk ke mobil.
“Tapi pakaian saya bagaimana?”
“Genting begini kamu masih memikirkan soal pakaian?” tanya Sagara. “Aku akan membelikan yang baru untukmu. Sekarang, masuk!”
Mau tidak mau, Alika menurut dan melakukan apa yang Sagara perintahkan. Ia bergegas masuk ke mobil. Sejujurnya, Alika merasa lega karena tidak jadi menikah juragan Bondan.
“Tuan, kita mau kemana?” tanya Lee dengan hati-hati.
“Penghulu!” jawab Sagara.
Lee hampir tersedak. Sementara Alika langsung menoleh dengan wajah terkejut.
“Anda sedang tidak bercanda kan? Ini sudah malam dan penghulu kemungkinan sudah–”
“Memangnya wajahku ini ada tampang bercandanya?” Sagara memotong ucapan Alika.
Alika menggeleng.
“Ya sudah. Kamu tinggal menurut dan duduk dengan tenang tanpa banyak protes. Apa susahnya?!”
“Bukankah ini terlalu terburu-buru?” Alika mulai ragu. Apakah ini keputusan yang tepat, sementara tidak ada cinta diantara mereka berdua.
“Lalu kamu mau bagaimana? Menunggu perutmu membesar dulu baru aku nikahi?” ucap Sagara sambil menghela nafas, seakan tahu apa yang Alika pikirkan. “Tidak perlu memikirkan hal lain. Fokus saja pada bayi kita!”
Alika menggigit bibir bawahnya.
“Yakin sekarang, Tuan?” ulang Alika.
“Tahun depan!” Sagara berseru. “Berhentilah bertanya! Rengekan mu membuat kepalaku pusing!” ia lalu bersandar sambil memijat kepalanya.
Qlika gak mau kemeja Sagara bekas dipeluk ama Cindy..
❤❤❤❤❤❤
sengaja yuh Alika..
nerani2nya dia megang lengan langit di depan sagara..
cari perkara..
😀😀😀❤❤❤❤
aihhh di luar prediksi malah sodara tiri yg jadi pemicu cembukur
kejar Alika..
😀😀😀❤❤❤❤❤
mulai..
😀😀😀❤❤❤❤
nah gitu dong jangan menyek hari strong,,kakek mana kakek ko ga pernah nongol ga kangen apa ma cicit