NovelToon NovelToon
Di Persimpangan Rasa

Di Persimpangan Rasa

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Teen School/College / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Idola sekolah
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Candylight_

Alana tak percaya pada cinta—bukan sejak patah hati, tapi bahkan sebelum sempat jatuh cinta. Baginya, cinta hanya ilusi yang perlahan memudar, seperti yang ia lihat pada kedua orang tuanya.

Namun semuanya berubah saat Jendral datang. Murid baru yang membawa rasa yang tak pernah ia harapkan. Masalahnya, Naresh—sahabat yang selalu ada—juga menyimpan rasa yang lebih dari sekadar persahabatan.

Kini, Alana berdiri di persimpangan. Antara masa lalu yang ingin ia tolak, dan masa depan yang tak bisa ia hindari.

Karena cinta, tak pernah sesederhana memilih.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Candylight_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 24 — Bukan Lagi Candaan

Alana bukan tipe orang yang pandai berbohong. Kalau tidak suka, dia akan bilang tidak suka. Kalau suka, dia akan bilang suka. Dan jujur saja, setelah menyebut pengakuan spontan itu sebagai candaan, dia justru merasa tidak nyaman dengan dirinya sendiri.

Di luar sana, hujan masih lebat. Jendral masih berada di kamar Alana. Lebih tepatnya, duduk di samping Alana dengan keheningan yang menyelimuti. Mereka saling diam, seolah tidak ada lagi yang bisa diucapkan—atau mungkin, keduanya sama-sama bingung harus bagaimana memulai obrolan.

“Gue pulang aja, ya? Udah malam banget, hujannya juga nggak reda-reda,” ucap Jendral pelan. Suaranya terdengar hati-hati, seperti sedang menahan sesuatu yang sulit dijelaskan. Bukan karena ia ingin menjauh dari Alana, justru ia takut tidak bisa menjaga batas jika tetap di sana.

Jendral bukan lelaki mesum, tapi dia normal dan masih memiliki hasrat terhadap perempuan. Mungkin, hasrat itu akan sulit dikendalikan jika ia terus berada dalam satu kamar bersama perempuan yang dicintainya.

“Nggak. Buat apa lo ganti baju kalau sekarang malah mau ujan-ujanan lagi?” Alana tidak mengizinkan Jendral pergi karena di luar masih hujan lebat, dan ia khawatir Jendral mengalami hal tidak diinginkan di perjalanan.

“Gue kan bisa ganti baju lagi nanti di rumah, Alana,” sahut Jendral, berusaha meminta pengertian.

“Nggak bisa, bahaya kalau lo naik motor di cuaca kayak gini,” ucap Alana, masih tidak membiarkan Jendral pergi.

Alana tahu Jendral bisa saja mengganti pakaian di rumah nanti. Ia juga sadar Jendral bukan orang bodoh yang akan nekat memakai baju basah. Tapi masalahnya, Alana tidak akan bisa tenang jika membiarkan Jendral memaksakan diri pulang dalam kondisi seperti itu.

“Tapi kita juga nggak bisa terus-terusan berduaan kayak gini,” Jendral akhirnya mengungkapkan alasan sebenarnya. Bukan karena tidak nyaman dengan Alana, tetapi karena keberadaan mereka dalam satu ruangan, hanya berdua, membuatnya waswas.

“Kenapa nggak bisa?” tanya Alana polos.

Ia tidak berpikir bahwa lelaki dan perempuan tidak boleh berada dalam satu ruangan hanya berdua. Menurutnya, hal seperti itu tergantung pada kendali diri masing-masing. Ia dan Naresh saja sering berada dalam satu ruangan berdua, dan tidak pernah terjadi hal negatif.

“Lo nggak takut gue macem-macem sama lo?” Jendral membalikkan pertanyaan, berharap Alana bisa menangkap maksudnya.

“Gini, posisinya sekarang tuh gue cowok, lo cewek. Gue suka sama lo, dan lo sendiri belum bisa buka hati buat gue.”

“Terus?” Alana menyela, tidak sabar menanti apa sebenarnya yang ingin Jendral katakan.

“Lo nggak takut gue nekat? Nekat ngelakuin apa pun demi bisa dapetin lo?” Jendral melontarkan pertanyaan lagi, kali ini dengan nada lebih serius.

Alana terlihat makin tidak sabar. Dari tadi mereka hanya saling melemparkan pertanyaan tanpa ada yang menjawab. Akhirnya...

“Oke, gue cewek, lo cowok—itu bener. Tapi yang kedua lo salah. Gue udah buka hati buat lo, dan gue suka sama lo,” ungkap Alana tanpa ragu.

Jendral menatap mata Alana, mencoba mencari kebohongan di sana. Ia tidak ingin terlalu berharap, lalu berakhir dengan Alana mengatakan bahwa semua itu hanya candaan. Namun sayangnya, ia tidak menemukan apa pun yang bisa membuatnya ragu.

“Kali ini gue nggak bercanda, gue serius suka sama lo. Yang tadi juga serius, lo duluan yang ngira gue bercanda,” tegas Alana, menatap Jendral tanpa gentar.

Tatapan Alana dan Jendral terus beradu dalam diam. Hening sesaat menyelimuti mereka, seolah waktu berhenti hanya untuk dua pasang mata yang saling mencari makna. Alana kemudian mendekatkan wajahnya ke wajah Jendral, ingin memastikan bahwa Jendral bisa melihat keseriusan yang tergambar jelas di wajahnya.

“Lo bisa lihat mata gue dan cari tahu sendiri kebenarannya, kalau lo masih ngira gue bercanda,” tantangnya pelan, tapi tegas.

Jendral segera memundurkan wajahnya sedikit, berusaha menjaga jarak aman antara mereka. Ia tidak bisa membiarkan wajah Alana terlalu dekat dengan wajahnya, karena itu bisa menggoyahkan pertahanan dirinya.

“Lo udah lihat sekarang? Lo nggak mungkin ngelihat kebohongan di mata gue, kan?” tanya Alana setelah beberapa saat menatap matanya dalam-dalam.

Jendral berdehem pelan, mencoba menetralkan degup jantung yang mendadak tidak beraturan. Posisi mereka terlalu dekat—ia hampir setengah berbaring di sofa, dan Alana berada tepat di atasnya.

“Jangan kayak gini, Alana,” pintanya sambil menahan tubuh Alana agar tidak semakin mendekat.

“Kenapa? Lo masih nggak percaya, hoh?” Alana terlihat kesal, menyangka Jendral masih meragukannya dan menganggap perkataannya sekadar lelucon.

Jendral nyaris kewalahan menghadapi Alana. Tubuhnya, yang selama ini terbiasa untuk berkelahi dan menghadapi tekanan fisik, kini terasa tidak berdaya hanya karena keberadaan Alana yang terus mendekat. Bukan karena lemah, tapi karena perasaannya yang tidak siap menahan kemungkinan terburuk dari kedekatan itu.

“Gue percaya, tapi tolong... jangan kayak gini,” ucap Jendral lirih, nyaris seperti bisikan. Kedua tangannya masih terangkat, menahan tubuh Alana agar tidak semakin mendekat.

“Ck!” Alana akhirnya menjauh dari Jendral, kali ini disertai dengan decakan kesal. “Kalau lo emang percaya, lo nggak akan ngomong ‘tapi’.”

Ia membenarkan posisi duduknya. Sekarang, terserah Jendral mau percaya atau tidak. Yang penting, hatinya sudah lega karena sudah jujur.

“Bukan gitu—” Jendral berniat menyanggah, tapi Alana cepat-cepat menyela.

“Gue ngantuk,” ucapnya singkat, lalu membalikkan badan dan membelakangi Jendral. Ia meringkuk di balik selimut yang masih melingkupi tubuhnya, bukan lagi untuk menghangatkan diri, melainkan untuk menyembunyikan rasa malu. Malu karena tindakannya barusan, dan malu karena merasa tidak dipercaya.

“Gue kayaknya udah gila,” runtuk Alana dalam hati. Ia ingin menyuruh Jendral pulang saja demi mengurangi rasa malunya, tapi hujan di luar masih deras dan ia tidak tega menyuruh Jendral pulang dalam kondisi begitu.

Akhirnya, ia hanya bisa berpura-pura tidur. Ia belum siap menghadapi reaksi atau tindakan Jendral setelah ini—terlebih setelah mendengar nada keraguan dari mulut lelaki itu.

“Gue pura-pura tidur aja deh. Besok gue harus bangun pagi-pagi biar bisa nyembunyiin muka gue dari nih cowok,” siasatnya dalam hati sambil menarik selimut menutupi hampir seluruh tubuh.

Jendral diam-diam tersenyum melihat tingkah Alana. Ia tahu, semua itu karena Alana salah tingkah bercampur malu terhadapnya.

“Gue terlalu kaget sampe nggak tahu gimana harusnya bereaksi,” gumamnya dalam hati sambil menatap punggung Alana yang terbungkus selimut.

Ini memang pertama kalinya Jendral benar-benar menggunakan hati saat mendekati seorang perempuan. Wajar jika ia masih canggung dan bingung bagaimana harus bersikap dalam situasi seperti ini. Ia sama sekali tidak menyangka bahwa Alana akan membuka hatinya, apalagi mengungkapkan perasaannya dengan begitu terang-terangan seperti tadi.

1
Syaira Liana
makasih kaka, semoga baik baik terus 😍😍
Syaira Liana
ceritanya sangat seru
Syaira Liana
alana percaya yuk
Syaira Liana
jadi bingung pilih naresh apa jeje😭😭
Syaira Liana
alana kamu udah jatuh cinta😍😍 terimakasih kak
Farldetenc: Ada karya menarik nih, IT’S MY DEVIAN, sudah End 😵 by farldetenc
Izin yaa
total 1 replies
Syaira Liana
lanjutt kaka, alana bakal baik2 aja kan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!