NovelToon NovelToon
Dendam Anak Kandung

Dendam Anak Kandung

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / Fantasi Wanita / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:6.6k
Nilai: 5
Nama Author: Darmaiyah

Lila pergi ke ibu kota, niat utamanya mencari laki-laki yang bernama Husien, dia bertekad akan menghancurkan kehidupan Husien, karena telah menyengsarakan dia dan bundanya.
Apakah Lila berhasil mewujudkan impiannya. Baca di novelku
DENDAM ANAK KANDUNG.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Darmaiyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 24

Dirawat

Niko memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi, dari kaca spion atas dia melihat darah segar dari kepala Lila menetes hingga mengalir di dahinya.

Sementara Mario menggenggam tangan Lila dengan sangat erat, seakan menyalurkan energi kekuatan agar Lila bisa bertahan.

"Lila! bangun Lila!" Mario berusaha membuat Lila sadar, dia sangat cemas.

"Om!" Terdengar lirih suara Lila.

"Alhamdulillah, akhirnya kamu sadar juga." Ujar Mario senang.

"Kamu harus kuat sebentar lagi kita sampai ke rumah sakit." Ujar Mario memberikan semangat pada Lila.

"Om! Saya mohon jangan beritahu bunda tentang kejadian tadi ya."

"Iya! Om janji akan lakukan apa pun yang Lila minta."

"Terima kasih Om!" Ujar Lila dengan suara hampir tak terdengar, tubuh Lila kembali melemah.

"Lila! Lila!" Mario menepuk- nepuk pipi Lila. Namun tak ada respon, Lila kembali pingsan.

"Niko! Cepat bawa Mobilnya." Titah Mario.

Niko memacu mobilnya dua kali lebih cepat dari tadi, sepuluh menit kemudian Niko sudah memasuki kawasan rumah sakit, dia menghentikan mobilnya di halaman rumah sakit, tepatnya di depan pintu utama rumah sakit, saat pintu mobil terbuka, beberapa suster membantu mengangkat Lila ke brankas lalu menuju ruang UGD.

"Dok! pasien pendarahan hebat dan butuh empat kantong darah." ujar seorang suster, ketika dokter Alfad memasuki ruangan UGD.

"Persediaan darah kita cuman ada dua kantong, butuh dua lagi." ujar suster lagi.

"Ambil saja darahku." ujar Mario.

Dokter Alfad memerintahkan salah satu suster untuk membawa Mario ke ruang Unit donor darah memastikan kondisi kesehatan Mario, apakah memenuhi syarat untuk mendonorkan darah. Sementara Alfad menangani Lila.

Beberapa menit kemudian proses pemeriksaan selesai, Namun darah Mario tidak cocok dengan Lila, karena darahnya tidak cocok untuk Lila, Mario pun berusaha menghubungi beberapa rekan ke kerjanya.

Mia yang melihat kejadian di ruang pertemuan dan mengetahui Lila terluka, segara menghilang dari hotel pertemuan, mengambil motonya di parkir dan meluncur ke rumah sakit, saat mendengar Lila butuh darah dia pun menawarkan diri dan kebetulan dia memiliki golongan darah yang sama dengan Lila.

Setelah dilakukan pemeriksaan kesehatan, Mia bisa mendonorkan darahnya untuk Lila, Mia pun beristirahat sejenak sebelum masuk ruang Unit Transfusi Darah (UTD).

"Terima kasih ya Mia." ucap Mario.

"Tidak usah berterima kasih Om! karena Lila ada temanku." ujar Mia.

"Marisa harus bertanggungjawab atas semua ini." batin Mia, saat sudah berada di ruang Unit Transfusi Darah (UTD).

Setelah dokter Alfad melakukan pemeriksaan pada Lila, terindikasi ada pendarahan di otak, untuk mencegah pendarahan tidak berlarut dan membahayakan pasien, maka Lila harus segara menjalani operasi.

"Dok! Lakukan yang terbaik, saya akan bayar biayanya berapa pun." ujar Mario.

Dokter Alfad dan beberapa orang suster membawa Lila ke ruang operasi. Operasi langsung dilaksanakan. Satu jam kemudian operasi pun selesai.

"Dok! Bagaimana keadaan Lila?" tanya Mario, saat dokter Alfad keluar dari ruang operasi.

"Untung cepat di bawa ke sini, hingga bisa ditangani dengan tepat." ujar dokter Alfad.

"Operasinya berjalan lancar." Ujar dokter Alfad lagi, seraya merengkuh bahu Mario.

"Tuan Mario tidak usah cemas, insyaallah tim dokter akan mengusahakan yang terbaik." ujar dokter Alfad menenangkan Mario.

"Kenapa dia bisa pingsan. Dok!" tanya Mario lagi.

"Pukulan keras yang dia alami mengakibatkan pusing, itu yang mengakibatkan dia pingsan."

Dokter Alfad memberi penjelasan kepada Mario yang mengakibatkan Lila pingsan pertama kalinya dan pendarahan di kepalanya yang mengakibatkan Lila yang sudah sadar pingsan kembali.

"Tuan Mario jangan khawatir, karena Nona Lila mempunyai fisik yang kuat dan pemulihannya akan cepat, dia akan baik-baik saja." ujar dokter Alfad menenangkan Mario.

Setelah menjalani operasi Lila dipindahkan ke ruangan IGD. Mario yang sibuk memikirkan keselamatan Lila hingga melupakan Mira.

"Kenapa Lila belum sadar juga. Dok?" tanya Mario khawatir setelah tiga puluh menit berada di IGD

Belum sempat dokter Alfad menjawab pertanyaan Mario, Lila bergerak dan perlahan membuka matanya.

"Alhamdulillah, akhirnya kamu sadar."  Ujar Mario seraya menggenggam jemari kanan Lila.

"Aku di mana?" tanya Lila.

"Kamu di rumah sakit." jawab Mario.

"Aku harus segera kembali ke tempat pertemuan itu." batin Lila

Lila bangkit dari tidurnya sambil memegang kepalanya, terasa pusing dan nyeri,  kemudian memaksakan diri turun.

"Kamu mau ke mana tanya?" Mario mencegahnya turun dari tempat tidur.

"Om! saya harus kembali ke tempat pertemuan tadi,  jika tidak penandatanganan kontrak kerjasama itu akan gagal." ujar Lila berdiri. Namun dia terhuyung karena kepalanya masih berasa pusing.

Mario dengan cepat menangkap tubuh Lila yang oleng hampir terjatuh ke lantai.

"Nona Lila, kamu baru selesai menjalani operasi jadi jangan terlalu banyak bergerak dulu." ujar dokter Alfad.

"Operasi dok! emangnya saya kenapa?" tanya Lila, seraya menatap selang infus yang berdarah, ternyata yang tergantung di tiang infus adalah kantong darah.

Ingatan Lila kembali ke peristiwa tiga jam yang lalu

"Apakah ini akibat dari pukulan Marissa di kepala ku." batinnya.

"Ada pendarahan kecil di otakmu yang harus dikeluarkan dengan cara operasi, tapi kamu tidak perlu khawatir semuanya sudah berjalan lancar dan tinggal pemulihan Insya Allah kamu akan baik-baik saja." ujar dokter Alfad kemudian meninggalkan Lila dan Mario untuk menemui suster jaga.

"Kamu istirahat saja dulu, jangan pikirkan kontrak kerja itu." ujar Mario.

"Tapi om.." Lila tidak meneruskan ucapannya.

"Lebih penting kesehatanmu, daripada kontrak kerja itu." ujar Mario.

"Jika kontrak kerja itu gagal, aku pasti dipecat Om!" ujar Lila.

Sebenarnya bukan masalah dipecat yang dicemaskan Lila, dia khawatir jika dia dikeluarkan dari perusahaan itu, maka rencananya untuk membalas dendam pada Husein tidak akan berjalan lancar.

"Tuan! apa Tuan tidak menghubungi tante Mira?" tanya Niko pada Mario.

Saat mendengar pertanyaan Niko, Mario baru sadar kalau sampai detik ini dia belum menghubungi Mira dan memberitahu tentang keadaan putrinya. Mario merogoh saku celananya kemudian mengambil ponsel.

"Om! Lila mohon jangan ceritakan kejadian yang sebenarnya pada bunda ya." pinta Lila.

Lila tidak mau Mira mengkhawatirkan keadaannya, dan dia juga tidak mau gara-gara dia dapat musibah ini, Mira tidak mengizinkannya lagi bekerja.

"Baiklah Om akan merahasiakan ini dari bundamu." ujar Mario.

Lila juga meminta kepada Niko agar tidak menceritakan kejadian di gedung pertemuan itu kepada Mira. Niko hanya mengangguk menyetujui permintaan Lila.

Mario kemudian menelepon Mira ternyata Mira sedang ada pertemuan dengan teman lamanya, Lila meminta Mario tidak memberitahukan keadaannya agar aktivitas Mira tidak terganggu. Mario pun akhirnya mengikuti permintaan Lila.

"Kalau Lila boleh tahu, Om kenal tante Farah di mana?" tanya Lila setelah Niko keluar dari ruang rawatnya.

Sejenak Mario menatap Lila kemudian menarik nafas dalam setelah itu menghembuskannya ke sembarang tempat.

Tiba-tiba Lila merasa nyeri di kepalanya. Namun dia memaksakan diri untuk mengetahui hubungan parah dengan Mario.

"Lebih baik kamu istirahat dulu. Nanti begitu baikan baru Om ceritakan." ujar Mario saat melihat Lila meringis kesakitan.

"Benar kata tuan Mario, Non Lila tidak boleh banyak aktivitas dulu." ujar dokter Alfad.

Dokter Alfad kemudian menyuntikkan obat anti nyeri dan mengganti kantong darah yang sudah habis, dengan kantong darah ke tiga, beberapa menit kemudian Lila merasa sangat mengantuk dan dia pun tertidur pulas.

Sebenarnya Farah adalah wanita yang dicintai Mario, Namun di saat hari pernikahannya, Farah pergi meninggalkan Mario, karena para undangan dan tamu sudah hadir, untuk menebus rasa malu orang tua Farah memaksa Ningsih adik Farah untuk menjadi penggantinya.

Lima tahun setelah pernikahan Mario, Farah pulang dan menemuinya dan parah meminta Mario untuk segera menceraikan Ningsih dan menikah dengannya. Namun Mario menolaknya.

Sementara orang tua Farah yang sudah terlanjur marah pada Farah, saat melihat tingkah laku Farah yang ingin menghancurkan rumah tangga Mario dan Ningsih mengusir Farah dari rumah. Farah marah dan dia sempat menculik Ningsih sehingga Ningsih mengalami trauma. kemudian Farah menjadi buronan polisi, Farah pun menghilang seperti ditelan bumi.

"Apa sekarang Om masih mencintainya?" tanya Lila setelah dua jam tertidur dan saat bangun dia sudah merasa lebih fresh.

"Sejak dia pergi meninggalkan Om di hari pernikahan itu, Om sudah berjanji pada diri sendiri untuk tidak mengenalnya lagi." Jawa Mario mengakhiri kisahnya.

"Kamu sendiri kenapa bisa berurusan dengan Farah?" Mario balik bertanya.

Lila menarik nafas dalam banyak bayangan-bayangan silam yang menari di benaknya, saat Mario menanyakan tentang keberadaan Farah dalam kehidupannya

"Farah adalah wanita yang membuat Bunda kehilangan pria yang sangat dicintainya." jawab Lila.

"Maksudnya ayahmu?" tanya Mario lagi.

Lila menjawab pertanyaan Mario dengan anggukan seketika matanya berkaca-kaca, dia pun mulai menceritakan bagaimana Husien meninggalkannya, saat dia baru berusia enam tahun dan Mira menghidupinya dengan bekerja menjadi buruh cuci.

"Bundamu wanita yang hebat dan kuat. bisa membuatmu menjadi gadis yang sangat luar biasa." ujar Mario.

"Jadi tujuanmu ke Jakarta selain mencari kerja adalah mencari jejak ayahmu?" tanya Mario lagi.

"Iya Om! Saya berjanji akan membalas sakit hati Bunda." jawab Lila dengan emosi membara.

"Apa kamu sudah menemukan ayahmu." Mario bertanya lagi.

"Sudah Om! dia adalah CEO group Harahap."

"Tuan Husien maksudmu?"

Lila mengangguk lagi menjawab pertanyaan Mario, kemudian dia menceritakan kepada Mario bahwa dia sudah bekerja di kantor  Husien dan sudah menjadi asisten pribadi Husien.

Dret...Dret.. tiba-tiba ponsel Mario bergetar Mario merogoh saku celananya kemudian menjawab panggilan putranya Yucan. Yucan menyampaikan kepada Mario bahwa grup Harahap memohon agar kontrak kerjasama tidak dibatalkan.

Awalnya Mario sudah bulat ingin memutuskan hubungan dengan grup Harahap. Namun di saat mendengar cerita Lila, dia berubah pikiran Mario akan melanjutkan kontrak kerjasama itu demi melancarkan rencana Lila.

"Jadi CEO group Alexsa itu adalah om Mario?" tanya Lila menebak saat mendengar percakapan Mario dengan putranya di telepon seluler.

Mario mengangguk, tak satu orang pun grup Harahap mengenal dia sebagai CEO group Alexsa, karena biasanya yang mengurus segala hal kerjasama adalah asisten pribadinya.

"Om! saya mohon kontrak kerjasamanya jangan dibatalkan ya." ujar Lila.

"Iya. Om akan buat rencana yang mengejutkan Farah dan Yura, mereka harus mendapat balasan berkali lipat, karena sudah berani menindas mu." ucap Mario

"Om akan buat mereka berlutut di depanmu." ujar Mario memberikan support kepada Lila.

"Terima kasih Om sudah mau membantu saya, tapi saya mohon jangan ceritakan ini sama Bunda."

Lila khawatir jika Mira mengetahui rencananya untuk menghancurkan kehidupan Husien, Mira tidak merestuinya, makanya Lila tidak ingin Mira tahu apa yang sedang diperankannya sekarang.

Sementara Mira yang menghubungi telepon seluler ingin menanyakan apakah di sudah makan siang, ponsel Lila aktif tapi tak diangkat.

"Mungkin Lila tidak boleh angkat telepon selama bekerja." gumam Mira berpikir positif.

Pukul 17.00 Mira kembali menghubungi Nomor kontak Lila, kali ini ponselnya tidak aktif.

"Lila! seharian kerja sama sekali tak menghubungi aku. Apa kerjanya sesibuk itu." gumam Mira lagi.

Tiba-tiba panggil masuk tertera nama Mario di layar ponsel, Mario mengabari kalau Lili dirawat di rumah sakit dan keadaan Lila baik-baik saja. Sesuai dengan permintaan Lila.

Mira yang baru saja sampai ke apartemen Ismara, mendengar kabar Lila di rumah sakit, bergegas turun kembali dan memesan ojek online yang membawanya melaju ke rumah sakit. Setelah membayar ongkos ojeknya, Mira bergegas menyusuri koridor rumah sakit menuju ke ruang rawat Lila.

"Lila! Ya Allah. Kenapa bisa jadi begini?" tanya Mira yang baru sampai di ruang rawat Lila.

*******

Apa Lila akan terus merahasiakan rencananya pada Mia.

Baca kelanjutannya di part 25

jangan lupa tinggalkan jejak, like, komentar dan hadiahnya, karena itu akan membuat penis semakin bersemangat meneruskan cerita ini.

Terima kasih hadirnya para reader ♥️ ♥️ ♥️

1
Anto D Cotto
menarik
Anto D Cotto
lanjut crazy up Thor
Rajuk Rindu
Alur cerita bikin degdegan
Rajuk Rindu
Tinggal koment dan like ya para reader
thanks you
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!