Setelah bertahun-tahun hidup sendiri membesarkan putrinya, Raisa Andriana seorang janda beranak satu, akhirnya menemukan kembali arti cinta pada Kevin Mahendra duda beranak dua yang terlihat bijaksana dan penuh kasih. Pernikahan mereka seharusnya menjadi awal kebahagiaan baru tapi ternyata justru membuka pintu menuju badai yang tak pernah Raisa sangka
Kedua anak sambung Raisa, menolak kehadirannya mentah-mentah, mereka melihatnya sebagai perebut kasih sayang ayah nya dan ancaman bagi ibu kandung mereka, di sisi lain, Amanda Putri kandung Raisa, juga tidak setuju ibunya menikah lagi, karena Amanda yakin bahwa Kevin hanya akan melukai hati ibunya saja
Ketegangan rumah tangga makin memuncak ketika desi mantan istri Kevin yang manipulatif, selalu muncul, menciptakan intrik, fitnah, dan permainan halus yang perlahan menghancurkan kepercayaan.
Di tengah konflik batin, kebencian anak-anak, dan godaan masa lalu, Raisa harus memilih: bertahan demi cinta yang diyakininya, atau melepa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Queen_Fisya08, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30 Raisa Tahu Rahasia Desi
Sementara itu, Raisa duduk termenung menunggu kabar dari Kevin dan menunggu kedatangan Andre untuk membantu nya memasang CCTV
Suara ketukan mengagetkan lamunan nya lalu dengan segera Raisa membuka pintu dan ternyata Andre yang datang membawa sebuah tas kecil berisi peralatan elektronik.
"Assalamualaikum, Bu Raisa, maaf agak telat dikit,” ucap Andre ramah.
“Tidak apa, terima kasih sudah mau kesini untuk bantu saya ya” ucap ku sambil mempersilakan Andre masuk.
Andre mulai memasang CCTV mikro yang hampir tak terlihat di ruang tamu, dapur, dekat pintu masuk, satu di ruangan kerja kevin dan satu di kamar anak-anak satu nya lagi di kamar pribadi ku juga
“Sudah selesai Bu, Ini semua tersambung ke ponsel Bu Raisa” ucap Andre sambil menunjukkan aplikasinya.
“Kalau ada orang masuk tanpa izin, ibu bisa langsung tahu" lanjut nya lagi menjelaskan
"Terima kasih Dre, maaf kalau semalam saya dadakan menghubungi kamu" ucap ku
"Tidak apa-apa Bu Raisa, maaf kalau saya boleh tahu untuk apa ibu dadakan memasang CCTV?" Tanya Andre
"Saya cuma ingin melindungi diri aay dari kejam nya fitnahan dan rencana jahat Desi melalui kedua putri sambung ku" ucap ku sambil menarik nafas
Ketika nama Desi disebut, Andre langsung terdiam..
Raut wajahnya berubah pucat, matanya membesar seolah mendengar sesuatu yang sangat tidak ia duga.
Raisa memperhatikan ekspresi wajah Andre dan langsung curiga..
“Desi… maksud Ibu Raisa... Desi Saraswati mantan istrinya Kevin, ibunya Laras dan Dewi,” ucap Andre akhirnya, suaranya terdengar berat..
Aku langsung menatap Andre dengan tajam
“Ya benar. Kenapa kamu bisa kenal dia?” tanyaku hati-hati, tapi penuh selidik.
Andre menelan ludah, ia menunduk sejenak, lalu duduk perlahan di sofa, seolah cerita itu terlalu berat untuk ia ceritakan sambil berdiri.
“Saya… mengenal dia, Bu.” ia berhenti sebentar, menarik napas dalam.
“Sangat mengenal nya.” lanjut nya lagi
Aku menahan napas, jantung ku berdetak lebih cepat.
Andre lalu mengangkat kepalanya.
“Desi itu… mantan pacar saya, Bu Raisa.”
Aku membeku seketika, tangan ku refleks menggenggam ujung baju ku...
“Teruskan Dre" ucapku pelan.
Andre menarik napas panjang, seolah membuka kembali luka yang sangat ia kubur dalam-dalam.
“Dulu saya kerja di luar kota, dan… saat itu saya memutuskan hubungan dengan Desi. Bukan karena saya tidak cinta, tapi karena saya ingin fokus kerja, kami berpisah… dan saya pikir semuanya sudah selesai.”
Raisa mendengarkan tanpa berkedip.
“Tapi beberapa tahun kemudian, saat saya balik… saya bertemu dia lagi, dia sudah menikah waktu itu, sudah punya dua anak yang masih kecil, yang satu masih bayi, tapi… dia masih menyimpan perasaan pada saya. Dan saya… waktu itu terlalu bodoh untuk menjaga jarak.” Andre menunduk penuh penyesalan.
"Desi mengejar saya terus, telepon, datang diam-diam, cari perhatian, dan saya… tanpa pikir panjang menerima nya kembali dan kami berpacaran bahkan lebih intim" ucap nya sambil menarik nafas berat
Raisa terpejam, seperti mencoba menyaring setiap kata menjadi kenyataan yang bisa ia terima...
“Akhirnya… aku dan Desi… kembali menjalin hubungan, hubungan yang tidak seharusnya terjadi, aku sadar aku salah, dia bersuami, ada anak-anak yang akan terluka, tapi semuanya terlanjur, sampai akhirnya Kevin tahu, dan saat itu… Desi memilih aku daripada suaminya.” ucap Andre sampai mengusap wajahnya kasar
Aku kaget sekaligus tak faham dengan ini semua..
“Desi bilang ingin membuktikan cintanya kepada saya, akhirnya dia bercerai dari Kevin, dia memutuskan untuk tinggal bersama saya, dia kehilangan keluarganya demi saya, tapi… perasaan itu tidak bertahan lama.” lanjut Andre
Andre menelan ludah, tampak bersalah.
“Ketika saya bertemu Tania… saya mulai sadar, apa yang saya lakukan selama ini hanya kesalahan panjang, Tania yang membuka mata saya, yang membuat saya kembali berpikir waras.”
Raisa semakin serius menatapnya.
“Saya memutuskan hubungan dengan Desi, karena saya mau memulai hidup baru dengan Tania, tapi Desi… marah, sangat marah, dia merasa aku menghancurkan hidup yang sudah ia pertaruhkan” ucap Andre lirih
Udara seketika terasa berat..
“Karena itu.... Aku membawa Tania pergi dari kota itu, kami pindah ke sini… untuk memulai hidup baru dan menjauh dari masa lalu sampai akhirnya kami bertemu dengan Bu Raisa" suara Andre melemah
Ruang tamu hening.
Aku menatap Andre lama, begitu lama hingga Andre tampak semakin kecil di hadapan ku yang ditampar oleh kenyataan pahit..
“Saya… benar-benar tidak menyangka ini semua, dan kamu bisa melakukan hal itu Dre, pantas saja Desi berusaha kembali kepada Kevin" ucap Raisa akhirnya, suaranya pelan tapi tegas.
"Tapi Bu Raisa…” Andre tiba-tiba kembali bersuara, suaranya lebih pelan, lebih hati-hati
"Setelah saya dan Desi benar-benar berpisah… yang saya dengar, Desi sempat menikah siri dengan seorang pengusaha, saya tidak tahu siapa, tapi kabarnya… hubungan itu juga tidak baik, suami nya terbunuh ada yang bilang oleh selingkuhan nya dan ada yang bilang kalau yang bunuh itu istri tua nya" ucap nya sambil menghela nafas berat
"Dan belum lama ini, saya pernah bertemu dengan Desi di suatu bar, dia sedang mabuk berat, mencerca saya dan Tania, dia bilang dia selalu di selingkuhi" lanjut nya lagi
Aku terdiam sesaat, mencerna informasi itu, semua tentang Desi semakin terbuka satu per satu...
Andre menunduk, suaranya penuh rasa bersalah.
"Bu Raisa… saya minta maaf, kalau kesalahan saya di masa lalu ikut membuat Ibu jadi susah seperti ini.” ucap Andre sambil menggenggam kedua tangannya kuat-kuat
Raisa menggeleng pelan..
“Tidak, Andre. Semua ini sudah takdir, kamu tidak perlu meminta maaf kepada ku” ucap ku sambil menatapnya dengan tulus..
"Yang penting sekarang kamu sudah berubah, kamu punya Tania… dia wanita yang baik, berusahalah setia padanya, jangan ulangi hal yang sama.” lanjut ku
Mata Andre berkaca-kaca, ia bukan tipe pria yang mudah menangis, tapi hari itu, penyesalan terlihat jelas di wajahnya.
“Terima kasih, Bu Raisa…” ucapnya lirih..
“Terima kasih sudah mengerti saya, saya janji, saya akan terus berusaha membahagiakan Tania.” ucap ku lagi penuh tekad
Ia menghela napas, lalu berdiri sedikit lebih tegap..
“Dan kalau Ibu butuh bantuan… kapan pun, dalam hal apa pun… saya siap, saya tidak akan ragu. Ibu sudah menolong kehidupan saya, dan saya tidak akan melupakan itu, kalau bukan karena Bu Raisa, saya tidak akan bisa seperti sekarang" ucap Andre
Aku tersenyum tipis.
“Terima kasih, Andre.”
Suasana menjadi lebih tenang sejenak dan Andre berusaha berdiri untuk pamit kepada Raisa...
Setelah Andre pergi, rumah kembali sunyi.
Aku menghembus kan napas panjang, mencoba mengusir rasa gelisah yang sejak tadi menumpuk di dada.
Saat naik ke lantai atas, aku melihat ponselku bergetar pelan di meja rias, saat kuambil, layar penuh dengan panggilan tak terjawab dari mas Kevin… dan Audi.
Dadaku langsung mencelos.
Pertama, aku menelpon mas Kevin.
Sambungan langsung terhubung setelah beberapa saat..
("Halo, sayang…”) suara Kevin terdengar lelah, kacau..
("Ya mas halo, maaf ya mas aku baru telpon balik") ucap ku
(“Ya sayang tidak apa-apa, mas tahu kamu sangat sibuk akhir-akhir ini") ucap mas kevin
("Oh ya mas mau minta maaf ya sayang, mas juga masih sibuk di proyek, sepertinya mas baru bisa pulang besok malam.”) lanjut Mas Kevin
(" iya mas tidak apa, hati-hati ya.”) ucapku pelan.
Mas Kevin terdiam sebentar lalu melanjutkan,
("Sekalian… mas mau bilang besok malam mas baru bisa menjemput Laras dan Dewi, untuk tinggal di rumah mulai besok, dari tadi mereka telpon mas terus minta di jemput") jelas mas Kevin
Aku menarik napas yang terasa pedih.
("Iya, gak apa-apa mas") ucapku
Mau tidak mau, aku harus siap, untuk itu..
("Terima kasih, sayang,”) ucap mas Kevin sebelum menutup telepon.
Aku menyandarkan ponsel ke dada, ada perasaan kosong seperti ruang di hatiku makin sesak tapi harus tetap ku huni..
Kedua, aku menelpon Audi sambil bersiap-siap ke toko roti..
("Halo, Ra”) suara Audi ceria, sedikit berisik..
("Audi, kamu telepon aku tadi? Ada apa?”) tanya ku
("Ah iya, Ra! Aku mau bilang kalau aku udah di toko nih, mau lanjut yang semalam") ucap Audi sambil terkekeh
("Pasti sama Radit ya") tebak ku
("Tadi sih ya sama Radit, tapi dia harus pergi dulu karena ada urusan, oh iya…” Audi teringat sesuatu..
(“Teman ku mau ke toko juga hari ini, dia lagi bete di rumah Ra!") lanjut Audi sambil terkekeh kecil
(“Teman kamu?”) tanyaku sambil memasukkan dompet ke dalam tas.
(“Iya, Ra, tenang aja, orangnya baik kok, nanti kamu aku kenalkan, dia juga sekalian mau liat-liat kue custom.”) jawab Audi
(“Baik, aku otw sekarang.”)
(“Siap Ra! Aku tunggu") ucap nya sambil terkekeh
Telepon terputus.
Aku berdiri di depan kaca, memastikan penampilanku rapi, tapi cerminan di depan kaca menunjukkan seseorang yang lelah, bukan karena pekerjaan, tapi karena badai yang datang terus menerus..
Aku menghembuskan napas pelan, meraih tas, dan melangkah keluar dari rumah..