[⚠️Disclaimer ⚠️
Jangan singgah kalau tak sungguh. Jangan buka bab kalau sekadar kepo di awal, apalagi cuma boom like doang. Ikuti cerita ini sampai tamat, rasakan sensasi punya bestie yang cetar membahana badai.]
.
Popoy, Gilang dan Lele adalah sahabat satu geng yang membagongkan. Masuknya Gilang sebagai anak baru memunculkan gonjang-ganjing dunia persilatan.
Lele, pewaris Uchiha yang adalah jelmaan Sarada akan membawa kalian semua ke dalam cerita anak SMA terdahsyat sedunia menembus universe alam khayal hingga alam barzah.
Bacalah, maka kalian akan menemukan teori konspirasi di dalamnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bulan Separuh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gilang Pingsan
KRIIIIING...
Bel tanda masuk kelas berbunyi. Gue udah duluan ada di dalam kelas. Gue lagi ngecek HP yang di dalamnya ada rekaman Gilang dilatih karate sama Puput.
Puput pun masuk, ga lama kemudian disusul sama Gilang. Tapi mereka masuk saling diem-dieman, kaya ga terjadi apa-apa sebelumnya. Gue perhatiin ujung rambut Gilang sedikit basah, pasti udah mandi. Sementara rambut Puput ga basah dan sampai di kelas pun rambutnya masih dicepol ke atas.
"Poy," kata gue. "Ha," sahut Puput. "Pinjem catatan PKN. Ada yang miss gue, belum kecatet," kata gue. "Oke. ... Ini," kata Puput sambil ngasih buku. Cuma sebatas itu komunikasi gue sama Puput. Sekarang udah jarang gibah bareng apalagi curhat.
"Uhuk... Uhuk... " Dada gue tiba-tiba sesak. Gue batuk-batuk sambil nepuk-nepuk dada gue. "Le! Le, lu ga kenapa-kenapa kan?" kata Puput ngekhawatirin gue. "Minum! Minum!" kata Puput sambil ngasih tumbler ke gue. "Thanks, Poy," kata gue. Ternyata dia masih perhatian sama gue.
Setelah gue minum, gue pun menengok ke arah Gilang. Soalnya yang ada di pikiran gue adalah ingatan gue tentang Gilang yang disiksa di depan mata kepala gue tadi. Mungkin itu yang membuat gue syok dan bikin dada gue sesak.
Melihat gue nengok ke Gilang, Puput ikutan nengok sebentar terus merhatiin gue lagi. "Lu mau duduk di sini?" tawar Puput. Gue pun mengangguk. "Iya, tukeran aja. Daripada leherlu sengklek nengok-nengokin si Gayung mulu," kata Puput sambil bertukar tempat duduk.
Gue tersenyum ke Gilang pas gue udah nempatin tempat duduk Puput. "Lu/kamu sehat kan?" Pertanyaan yang gue dan Gilang ucapkan secara berbarengan.
"Eh, yang kelihatan ga sehat barusan kan kamu. Kenapa malah nanya keadaan saya?" kata Gilang. "Gue tahu yang sebenarnya tepat ditanya sehat apa enggak itu elu," kata gue. Terus gue ngasih isyarat dengan menepuk lengan gue dan betis gue pelan. Lewat isyarat itu gue ngasih tahu ke Gilang kalau gue tahu apa yang tadi terjadi di hall.
"Oh, soal itu. Saya sehat! Cuma perlu sedikit penyesuaian aja," jawab Gilang sambil garuk-garuk leher belakangnya.
Ga lama kemudian, guru pun memulai pelajaran. Gue mau fokus ke depan, eh ternyata gue baru sadar kalau daritadi Puput merhatiin gue, termasuk pas lagi komunikasian sama Gilang. Mukanya terlihat biasa aja, ga nunjukin rasa sebel. Mungkin Puput masih ngekhawatirin kesehatan gue.
Beberapa saat kemudian, pas guru baru aja membuka bahasan pelajaran, guru pun ngajuin contoh dari pemasalahan dalam pelajaran.
"Ada yang bisa memberikan contoh lain?" kata guru. Ridho pun angkat tangan dan setelah guru mempersilakan dia ngomong, Ridho pun berdiri dan menjelaskan contoh versi Ridho.
Udah menjadi kebiasaan di kelas kami kalau mau bicara di tengah suasana formal kaya gini harus angkat tangan dulu baru setelahnya ngomong sambil berdiri. Hal itu terkait kesopanan dan biar yang lain bisa ikut nyimak.
"Oke, terima kasih Ridho. Kamu pandai mengambil contoh ya. Ada lagi yang lain? Gilang? Hei, kamu, Gilang! Sejak tadi kamu menunduk terus. Coba berikan contoh lainnya," kata guru.
Gilang yang tadinya nunduk lalu mengangkat mukanya. Cara dia ngelihat ke guru sangat lemas, matanya sayu. Gilang lalu berdiri untuk menuruti permintaan guru. Sebelum sempat bicara, Gilang yang baru bangkit itu tiba-tiba oleng. Dia jatuh terduduk. Seketika semua heran ngelihatin apa yang terjadi. Gilang pingsan!
Gue pun menengok ke arah Puput. Mimik mukanya kaya merasa tertuduh gitu atas yang terjadi pada Gilang. Terus Puput pura-pura baca buku sambil sesekali melirik ke Gilang, tapi pas gue pergokin Puput pun pura-pura baca buku lagi.
Rian pun membantu membawa Gilang ke UKS dengan cara dipapah. Guru pun ikut ke UKS dengan sebelumnya titip pesan ke ketua kelas agar kelas tetap kondusif sampai beliau balik ke kelas lagi.
"Gue tahu niatlu baik Poy. Tapi apa caralu ga berlebihan?" kata gue pelan tanpa melihat ke arah Puput. Gue pura-pura sibuk baca buku sambil ngegaris-garisin tulisan pakai Stabilo.
Seketika arah pandang Puput yang menyorot ke halaman buku itu kaya jadi kosong gitu. Puput termenung, pasti. Puput lalu berdiri. "Gue mau lihat kondisi Gilang," pamitnya pelan.
Puput pun berjalan ke meja ketua kelas dan membisikinya. Ketua kelas mengangguk dan Puput pun pergi. Gue pun berdiri dan seolah ketua kelas bisa membaca keadaan, dia pun menggeleng pelan ke gue.
Ya, gue ga perlu ikut-ikutan ke UKS. Biar seisi kelas tetap kondusif. Nanti kalau tiba-tiba banyak yang izin keluar, anak-anak lain pada ikutan dan malah bikin UKS jadi rame.
Gue pun duduk kembali. Gue nengok ke banku Gilang yang kosong itu. "Le! Lele! Gue tahu, lu pasti tahu apa yang terjadi," kata Fara yang ada di belakang bangku gue. Gue diem aja.
"Oh, jadi dirahasiakan ya? Oke. Kita lihat aja sampai kapan kalian berhasil nyembunyiin hal ini. Ingat, Le... Lama kelamaan bau bangkai itu akan tercium juga. Tinggal tunggu waktunya sampai semua orang tahu," lanjut Fara.
"Ih apaan sih? Ga paham gue," kata gue ke Fara. "Udahlah, Le. Ga usah ngeles," kata Fara. "Elu lebay, tahu ga," kata gue. Gue pun lanjut baca buku. Gue pura-pura fokus, tapi gue merasa diam-diam orang-orang lagi ngomongin gue dengan lirikan sinis mereka.
Kayanya perasaan gue ini terlalu lebay. Pas gue lihat ke sekeliling, orang-orang sibuk sendiri-sendiri. Jarang ada yang ngobrol. Ya, Tuhan... belum-belum gue kok udah paranoid gini ya?
Kata-kata Fara barusan yang membuat gue kaya gini. Seolah-olah gue dan Puput berkomplot untuk sengaja membuat Gilang masuk ke geng kami terus di dalamnya terdapat penyiksaan terhadap Gilang. Astoge, lebay banget.
Ga lama kemudian Puput pun datang. "Gimana?" kata gue pelan. "Lagi tidur. Perlu istirahat katanya," jawab Puput pelan juga. Kami bicara tanpa saling melihat satu sama lain. Kaya semacam percakapan rahasia gitu.
Rian dan guru pun datang. Beberapa anak nanya sama guru, "Bagaimana kondisi Gilang, Bu?" Ada juga yang bertanya, "Gilang tadi kenapa, Bu?"
"Oke, oke, tenang, tenang. Ibu paham kalian mengkhawatirkan teman kalian, Gilang. Jadi begini, anak-anak..." kata guru yang berdiri di depan papan tulis. Sementara Rian terus jalan menuju tempat duduknya dan dia pun duduk.
"Gilang itu kelelahan. Dia cuma butuh istirahat. Kita ga tahu apa yang terjadi, sebelum dia masuk tadi pagi. Kemungkinan besar karena belum sarapan pagi. Nah, anak-anak, makanya. Itulah pentingnya sarapan pagi," kata guru.
Sekarang guru jadi ceramah soal pentingnya sarapan pagi.
By the way kalau menurut gue bukan karena ga sarapan pagi. Gilang pingsan itu karena fisiknya kaget dikerasin sama Puput. Ni anak juga kenapa diforsir banget latihan fisiknya. Udah tahu Gilang baru latihan. Tapi kayanya sengaja sih dia nyiksa Gilang kaya gini.
tp benar juga sih Le rencana lo biar gayung papoy jadian, krn sebenarnya papoy suka ama gayung😁krn Gilang dah puy Mentari jd Papoy cm memendam di dlm hati
tp yg bikin sedih banget klo lele gk bertemu vino, gk tau vino dah mati atau masih hidup
itu yg q rasakan, hewan yg ku sayangi pergi gk kembali padahal di rawat dari msh orok🤧
duh gilang kw bisaan ngetawain papoy kw yang lagi menstruasi ntar gantian kau yang diketawain
barengan nih gilang kw mimpi basah puput kw datang bulan cucok lah kalian