Keyra Alzein terpaksa mengubah penampilannya menjadi cupu, merelakan diri menjadi bahan bully-an di SMA Dirgantara demi misi kebebasan dan kejanggalan kematian saudara kembarnya yang bunuh diri satu tahun yang lalu.
Namun, siapa sangka ia malah jatuh cinta pada sosok Ketos seperti Devano.
Disaat Keyra yakin akan perasaannya, satu kenyataan pahit mengusik dimana ia tahu bahwa Devano adalah cinta pertama Arin.
Bagaimana kelanjutan kisahnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mimah e Gibran, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
24.Welcome back Moza!
Jikalau Aron terlihat santai melihat Devano dan Keyra. Lain halnya dengan Moza, ia geram sekaligus kesal melihat Devano dan Keyra semakin lengket bak permen karet. Batinnya mengumpat geram, serta segala sumpah serapah terucap dalam hati.
"Lo sakit?" tanya Rio khawatir melihat raut wajah Mey yang pucat.
"Mabok kali! Gak biasa main ke tempat ginian," ledek Citra.
"Orang kita cuma pesen es teh? Yakali mabuk, yang bener ah Cit!" gumam Anggun.
"Es apaan, lo liatnya sambil merem, Nggun!" protes Bella. Tak terima minuman manis sekaligus estetic itu disebut es teh oleh teman absurdnya.
Moza semakin kesal melihat ulah-ulah teman Keyra. Bersamaan Devano dan Keyra kembali ke meja, Moza melirik Rio sekilas.
"Gue mau pulang," ujarnya.
"Yaudah pulang aja, lagian disini juga lo gak diundang," ujar Citra.
"Cit, udahlah kita kan teman!" sela Rio yang merasa sikap Citra udah keterlaluan.
"Key, em Vano sorry! Gue dan Mey cabut duluan ya!" ujar Rio berpamitan.
"Oh oke, next time kan bisa lagi," jawab Keyra akan tetapi matanya melirik ke arah Meysaroh yang terlihat mencurigakan. Ekspresi wajahnya campuran antara kesal dan takut.
"Ck! Dia mungkin iri," dumel Citra yang masih saja tak suka dengan keberadaan Mey diantara mereka. Kini Moza dapat merasakan getahnya, akan tetapi bukannya menyesali apa yang sudah ia perbuat. Ia malah memupuk kebencian itu hingga menggunung.
"Ngapain gue iri sama kalian, lo semua itu gak level sama gue!" Desis Moza yang sudah tak bisa mengontrol emosinya. Ia menghempas tangan Rio, dan memilih melangkah pergi. Namun, Keyra menyadari sesuatu ia langsung menyusul Meysaroh sebelum gadis itu menghilang dari pandangan sementara Rio justru terdiam di tempat berusaha memahami situasi yang terjadi.
"Mey-saroh! Dari Moza menjadi Meysaroh, sungguh perubahan yang dratis ya?" cibir Keyra melipat tangan di dadanya.
Moza tersentak sampai menghentikan langkahnya. Ia menoleh dan menatap Keyra tajam.
"Ck! Sudah gue duga kan." Keyra menyeringai tipis.
"Lo gak tau apapun soal gue! Moza yang lo kenal udah ma-ti," desisnya.
"Oh Aamiin kalau gitu, semoga pembully kaya Moza tenang di alam sana! Lagian, gak perlu lo tutup-tutupin juga, gue udah tau kalau lo Moza! Tukang bully sekaligus pem-bu-nuh!" tekan Keyra.
"Gue bukan pembunuh!" tekan Moza.
Keyra semakin menyeringai lebar, "bukan ya?" maju satu langkah lebih dekat, menelisik wajah Moza. Awalnya, hanya perlu bagi Keyra memancing sedikit, cewek itu bahkan sudah naik pitam.
"Lo gak cocok cosplay jadi cupu! Hm, karena meski mata lo pake kacamata, dan bahkan pakai rambut palsu. Gue tetep bisa ngenalin penjahat kaya lo!"
Moza kehabisan kata, ia diam tak berkutik.
Sementara Devano, merasa Keyra terlalu lama ia pun menyusul kekasihnya. Benar saja, si bar-bar kesayangannya itu sedang adu mulut dengan wanita bernama Meysaroh.
"Ada apa ini, yang?" tanya Devano menghampiri Keyra.
"Ck! biasalah, urusan cewek! Ayo balik," ajak Keyra.
Devano mengangguk, ia tersenyum hangat saat Keyra melingkarkan tangan di lengannya. Namun, baru beberapa langkah kembali memasuki caffe, Keyra menoleh menatap Moza yang tak bergeming memandang ia dan Devano.
"Selamat datang di nera ka lo, Moza! Lihat apa yang bisa dilakukan teman-teman gue sebagai salam perkenalan buat lo," batin Keyra.
Devano dan Keyra kembali, mereka berpapasan dengan Rio yang hendak menyusul Meysaroh. Namun, tangan Keyra seketika mencekal pergelangan tangan Rio.
"Cewek kaya dia nggak pantes buat siapapun, kalau lo nggak mau nyesel nantinya! Mending berhenti dari sekarang, Mey bukan sekalem apa yang ada dipikiran lo," ujar Keyra.
"Maksud lo apa?"
"Key?"
Keyra langsung dituntut kejelasan dua orang sekaligus, Devano juga Rio seolah menanti ia bicara.
"Dia sebenarnya Moza! Gue emang gak bisa ngebuktiin apapun, tapi lo tau kan Dev kalau gue punya cara buat mancing dia?"
Devano mengangguk, "gue percaya sama lo, tapi bukannya Moza ditahan?"
"Moza? Moza siapa?" sela Rio tak sabar.
Mau tak mau Keyra mengajak Devano dan Rio balik ke meja, ia akan menjelaskan semuanya kepada Citra, Anggun, Bella juga Aron. Namun, diantara mereka setelah mendengar cerita darinya. Aron bahkan lebih dulu curiga pada gadis itu.
"Dari awal gue sih sedang mengamati ya," gumam Aron.
"Tenang aja, kita bakal bikin dia ngrasain apa yang lo dan Arin rasain dulu," ujar Citra menggebu-gebu.
"Tapi kalian gak boleh keterlaluan, ya!" pinta Keyra.
"Ya, sebenarnya pihak keluarga Keyra juga sudah membuatnya dihukum. Tapi ya namanya hukum negeri kalian tahu gimana kan? Anak polisi secara," ujar Devano.
"Ishh pengen gue bejek-bejek juga tuh!" kesal Bella.
"Yups bestie, orang kaya gitu harus kita basmi dari Pelita Harapan!" ujar Anggun.
Rio hanya terdiam menyimak fakta perihal gebetannya.
"Makasih ya kalian, kalau gitu kita pamit!" ujar Keyra.
"Hati-hati, Key! Dev, jaga Keyra," ujar Aron.
Devano mengangguk, "Pasti Nona bar-bar bakalan gue jagain," Kelakar Devano sambil memeluk bahu Keyra.
"Ish apaan sih!" dumel Keyra.
"Hati-hati kalian," pesan Citra, Anggun dan Bella.
***
Setelah mengantar Keyra pulang dengan selamat, Devano langsung pulang. Namun, sampai di rumah ia melihat pemandangan tak mengenakan karena Papa dan Momy-nya berantem.
Adu mulut karena beda argumen memang kerap terjadi dan Devano hanya menganggap santai agar kewarasannya sebagai putra Momy tetap terjaga.
"Ngeributin apa? Gak malu apa diliatin calon mantu," sindir Devano. Seketika Rafael dan Keyra menghentikan perdebatannya.
"Tuh dia biang keroknya datang," ujar Momy Key sambil menunjuk-nunjuk wajah Devano dengan spatula.
"Kok aku?" Devano mengerutkan keningnya. Merasa tatapan momy-nya kian horor, lantas Devano ngibrit lari ke lantai atas dimana kamarnya berada.
"Anak kamu tuh, Ay!" Rafael ikutan kabur semakin membuat Momy satu anak itu darah tinggi.
"Awas aja, berani ngeledek! Bobo diluar," ancamnya yang langsung berhasil menghentikan langkah kaki Rafael. Sesebapak itu balik lagi ke arah dapur dan menggendong istrinya membawanya ke kamar untuk dieksekusi.
"Jangan marah-marah, lagian uang segitu nggak seberapa! Apalagi buat Vano," ujar Rafael memijat lembut bahu istrinya.
"Bukan mau perhitungan, tapi kamu selalu manjain dia. Segala minta dikasih," gerutu Keyra mengerucutkan bibirnya. Ia bukan sedang dalam mode pelit, hanya ingin Devano sedikit bertanggung jawab apalagi mereka bukan orang tua titisan pewaris melainkan perintis.
Pagi hari, Devano dikejutkan dengan keputusan kedua orang tuanya.
"Mulai sekarang! pulang kerja kamu harus bantu Momy di toko, titik."
"Mom, kan Momy punya pegawai?" Devano mengerutkan keningnya.
"Momy gak keberatan kamu pacaran sama Keyra! tapi sebagai lelaki yang dewasa bahkan sebentar lagi kamu kelas tiga dan lulus kamu harus memantaskan diri untuk pacarmu, anggap saja keputusan Momy dan papamu adalah awal pelatihan kerja!"
"Pa gimana ini?"
Rafael hanya mengedikkan bahu, ia ingin membela sang putra tapi takut jatah malamnya berkurang.
manissss bangeeeet 😘😘😘😘
terima kasih ka
maaf ya ka mimah aku banyak nuntut.abis suka bgt sama sama devano dan keyra.pokoknya novel2 ka mimah keren2 semua 👍👍👍👍👍
Key ngmbeknya jangn lama2 keburu Devano di gondol yg lain😁😁🤣
seperti temen ku yang kembar. ya begitu sikap dan sifatnya. 🤭🤭🤭
kalau ngambek suka ngilang ya, 😁😁😁
CATAT ITU!!!!!!