Aleia punya kesempatan untuk menyelamatkan Diora ketika kecelakaan menimpa mereka berdua. Namun Aleia pilih membiarkan sahabatnya itu mati.
Keesokan harinya setelah pemakaman Diora, dia meminta sang ayah untuk menikahkannya dengan Arkan-suami Diora dan menjadi ibu sambung Bryan-bayi yang masih berusia beberapa minggu.
Masuk ke dalam pernikahan yang seperti di neraka, tapi Aleia bukanlah wanita yang lemah. Bersama baby Bryan dia hadapi suaminya yang kejam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
FM Bab 24 - Mempermalukan
Arkan masuk ke dalam kamar itu, sementara Aleia langsung bangkit dan mengambil jubah lingerienya. Jubah itu setidaknya bisa menutup sedikit lekuk tubuhnya yang menggoda.
Aleia memang sengaja menggunakan lingerie malam ini, memang sengaja menyuguhkannya pada Arkan, tapi sedikitpun tidak ada niat untuk memberi.
Selesai menggunakan jubahnya, Aleia kembali ke atas ranjang, kembali fokus pada leptopnya dan bekerja, membuat konsep baru yang akan dia gunakan dalam pernikahan di perusahaan WO miliknya. Aleia bersikap seperti Arkan selama ini, dia tidak menganggap keberadaan pria itu ada.
"Ini bagus," gumam Aleia bicara sendiri, dia tengkurap dan menggunakan kedua siku sebagai penyanggah, membuat kedua dadanya tergantung hingga terlihat belahannya.
Arkan menelan ludah, dia hanyalah pria normal. Otak dan nalurinya bergerak lain. Bahkan tanpa bisa dikendalikan sesuatu di dalam sana menggeliat berubah bentuk.
"Huh," Arkan membuang nafasnya kasar, Aleia pun mampu mendengarnya.
"Aku terpaksa tidur di kamar ini," ucap Arkan, sengit, ketika dia sudah berdiri di samping ranjang itu. Arkan memang terpaksa, dia tak bisa mengabaikan begitu saja keberadaan kedua orang tuanya di rumah ini.
Tapi Aleia hanya diam saja, tetap fokus pada pekerjaan.
"Lisa harus tau ini," gumamnya lagi, malah asik sendiri. Tidak membalas ucapan Arkan.
Aleia mengambil ponselnya di samping laptop itu, ingin menghubungi Lisa. Namun niatnya urung saat ponsel itu malah berdering ...
Ada panggilan masuk.
Dari ...
"Jakson," gumam Aleia, namun Arkan mampu mendengarnya dengan jelas. Seketika tatapannya berubah tajam. Tiap kali mendengar nama pria itu, Arkan bisa naik pitam.
Dan sebenarnya Aleia snagat malas menjawab panggilan ini, tapi karena ada Arkan disana, Aleia dengan cepat menjawab panggilan itu.
"Halo Tuan Jack," jawab Aleia seraya turun dari atas ranjang, mengambil sisi yang tidak ada Arkan.
Di ujung sana Jakson tersenyum mendengar suara Aleia yang ceria, dia tahu jika wanita ini sedang memanfaatkan dia. Jack baru saja mendapatkan laporan dari anak buahnya jika saat ini Aleia dan Arkan berada di dalam satu kamar yang sama.
"Ternyata kamu licik juga, baiklah, manfaatkan aku dengan baik," jawab Jakson.
Meski kalimat itu terasa sangat menyebalkan di telinga Aleia, tapi dia tersenyum, seolah menikmati panggilan telepon itu.
Aleia tahu, di ujung sana Arkan sudah meradang.
"Terima kasih Tuan Jack, Anda memang yang terbaik." balas Aleia.
Namun belum sempat Jack kembali menjawab ucapan Aleia, Arkan sudah lebih dulu merebut ponsel Aleia dan memutuskan sambungan telepon itu.
"Arkan! apa yang kamu lakukan sih!" kesal Aleia, pura-pura marah. Padahal dia merasa senang atas sikap menyebalkan Arkan ini.
"Aku tidak peduli kamu berhubungan dengan siapa pun, tapi jangan Jack," balas Arkan, tatapannya semakin tajam.
"Apa peduli mu pada orang yang selama ini kamu anggap mati?" balas Aleia, bicaranya pelan namun penuh penekanan. Dia merampas ponselnya di tangan Arkan dan menjauh.
Namun sikap berontak Aleia itu benar-benar membuat Arkan merasa tidak tahan.
Dia melangkah lebar, merengkuh tubuh Aleia dan melemparnya ke atas ranjang.
Brugh!
"Arkan! Jangan gila kamu ya!" pekik Aleia, dia benar-benar berakting marah. Padahal sungguh merindukan sentuhan seperti ini.
Tapi Aleia tidak akan membuatnya jadi mudah, dia akan permalukan pria itu.
"Arkan!" pekik Aleia lagi saat Arkan mulai menindih tubuhnya.
"Menyingkir!" timpal Aleia, tapi Arkan tidak mau dengar.
"Jangan pernah membantah semua ucapan ku." balas Arkan dengan sengit. Dia selalu merasa, Aleia terus memancing amarahnya. Apa lagi tentang Jack.
"Apa mau mu?"
"Memberimu pelajaran."
"Jangan coba-coba menyentuhku."
"Tidak usah munafik, baju mu sudah seperti jalaang."
"Terserah apa katamu, tapi menyingkir sekarang juga!!"
"Tidak akan." Arkan menekan semakin kuat.
"Aku halangan bodoh."
Ha?