Seina, adalah seorang gadis kampung yang hidupnya penuh dengan kesederhanaan, dia dari keluarga baik-baik, dia juga mendapatkan pendidikan yang baik dari keluarganya, namun dia harus kehilangan anggota keluarganya karena sebuah bencana.
Seina pun satu-satunya yang selamat dan dibawa ke tempat pengungsian oleh para relawan, gadis itu cukup terpuruk dengan nasibnya, namun dia tetap harus menjalani hidupnya.
Karena yang bernasib sama dengannya itu juga cukup banyak.
Hal itu membuatnya bangkit dan merangkul anak-anak yang bernasib sama dengannya.
Suatu hari dia bertemu dengan seorang wanita cantik jelita, dari atas kepala sampai bawah kakinya, terlihat bernilai mahal, bahkan kibasan rambutnya pun berbau dollar.
"Jadi kamu ya Seina?" tanya wanita itu dengan angkuh.
"Ya, ada apa Nyonya?" tanya balik Seina.
Wanita itu segera membuka koper besar, dan di sana terlihat sangat banyak tumpukkan uang.
"Aku sewa rahimmu!" Tegas wanita itu.
Yuk kepoin baca lanjutannya 👉
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vie Alfredo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
35. Mengejutkan
" Ya, ... baiklah aku akan menandatangani ini." Ujar Gladys dengan sangat terpaksa.
" Bagus, jadi setelah ini kita akan bercerai resmi secara baik-baik, ingat kau tidak bisa membuat masalah di media sosial tetang kehidupanku, jika kau melakukannya kau akan menanggung akibatnya." tegas Matthew.
Dia benar - benar membenciku sekarang, di mana mata yang kecintaan itu setiap kali memandangku?, semua penuh dengan kemarahan sekarang.
Dalam hati Gladys.
" Kau bisa pulang, tolong Farid, kau antar Gladys ke bandara dan pesankan tiket kembali." pinta Matthew.
Farid pun mengangguk dan segera mengantarkan Gladys ke bandara.
Matthew sebenarnya juga menyayangkan perceraian dalam sebuah keluarga, namun mempertahankan Gladys sama saja mempertahankan sebuah penyakit yang perlahan menggerogoti hidupnya.
" Seina, aku merindukanmu, setelah kau melahirkan aku akan melamar mu." Gumam Matthew tersenyum.
Rasanya Matthew tak sabar ingin bertemu dengan sang pujaan hati.
1 jam kemudian Farid datang dan melaporkan jika Gladys sudah naik pesawat dan kembali.
" Terimakasih Farid, mulai sekarang nyonya Howard adalah Seina, apakah perhiasan yang aku minta sudah selesai?" tanya Matthew.
" Baik Tuan, untuk perhiasannya masih 5 hari lagi." jawab Farid.
" Ehm, baiklah masih ada waktu, kita bisa kembali sebelum turun salju kan?" tanya Matthew.
" Jika semua lancar sesuai jadwal, maka kita akan kembali sebelum musim dingin." jawab Farid.
" Ya, itu bagus." jawab Matthew puas.
Di kediaman Ibu Gladys.
Gladys membawa surat cerainya dan juga berkas kompensasi dari Matthew dan memberikan pada ibunya.
" Apa ini?, kau resmi bercerai suka rela?, bodoh!" teriak ibu Gladys.
" Mau bagaimana lagi, aku tahu Matthew orang yang seperti apa jika sudah marah." jawab Gladys.
" Bodoh, bego' sudah tahu Matthew seperti apa, tapi kau masih berbuat hal menjijikan, darah itu memang mengalir ke tubuhmu, kau sama seperti ayahmu yang bajingan dan bodoh itu." Ibu Gladys sangat marah.
" Ibu, setidaknya dia memberikan seperempat dari hartanya, itu tidak lebih baik dari masuk penjara." ujar Gladys.
" Padahal kau sudah memegang kunci gunung emas itu, tapi kau malah membawa orang sembarangan masuk, dasar bodoh!, kau hanya mendapatkan puing-puing kecil tak berharga, dan kau pulang!, jika kau tidak bisa mendapatkan Matthew, wanita itu juga tidak boleh!" tegas Ibu Gladys.
" Tapi aku sudah mengawasi Matthew dari sekarang, aku akan tahu di mana anak itu do sembunyikan!" ujar Ibu Gladys.
" Ibu, tapi Matthew benar-benar tidak melirik aku sedikit pun, dia mengatakan sangat asing." ujar Gladys.
" Ibu benar - benar membenci pelakor itu." ujar Ibu Gladys.
" Kalau begitu Ibu harus menyingkirkannya." ujar Gladys pada ibunya.
" Apa sih isi kepalamu itu, kenapa harus Ibu yang mengurus semua urusanmu." Ibu Gladys sangat kesal tapi bagaimana pun dia putrinya.
Dan akhirnya memasuki bulan 9 kehamilan Seina.
" Mana Tuan?, kenapa belum kembali?, ini sudah lebih dari yang di janjikan." ujar Mona kesal.
" Dia bilang ada beberapa masalah yang harus di tangani, semoga semua selesai dengan baik, tidak masalah kok Mona, semua akan baik-baik saja." ujar Seina.
" Seina kau ini benar-benar istri yang baik." Martin benar-benar kagum dengan Seina.
Sayang sekali di mengenal kakak lebih dulu.
Dalam hati Martin.
" Tapi katanya ibu akan datang, setelah selesai dengan pernikahan keponakannya." ujar Martin.
" Baguslah, kalau begitu ada nyonya besar yang menemani Nyonya." ujar Mona merasa lega.
" Tenang saja semua akan aman dan jangan khawatir." ujar Martin.
" Tapi Nyonya apa tidak bosan, selalu di rumah?" tanya Mona.
" Tidak, rumah sebagus ini kenapa bosan?" ujar Seina.
" Iya, sabar dulu ya Seina, kalau kakak udah kembali kita boleh keluar, aku tidak bisa melanggar perintah kakak." Ujar Martin.
" Iya, santai saja ... " Seina tersenyum lagian rumah itu cukup nyaman dan tidak membuatnya bosan.
" Nyonya saya ambil buah dulu ya, buat cemilan." Ujar Mona segera pergi ke dapur.
" Aku ambilkan tikar, kita akan makan di bawah sana." ujar Martin segera mengambil tikar.
Seina pun berjalan menuju pohon besar yang ada di kediaman itu.
Namun tiba-tiba perutnya merasa kontraksi yang hebat yang membuat Seina terkejut dan membuatnya tidak seimbang sehingga jatuh.
Mendengar suara jatuh begitu keras, Martin segera berlari keluar melihat Seina terjatuh Martin berteriak kencang.
" Cina..." Martin sangat terkejut melihat darah keluar dari diantara kedua paha Seina.
" Darah?" Martin segera menggendong Seina dan membawanya ke mobil.
" Mona cepat ambil kunci mobil!" teriak Martin dengan sangat kencang.
Mona langsung mengambil kunci mobil dan segera berlari menuju garasi, sudah jelas pasti terjadi sesuatu sampai Martin begitu panik.
" Ya Tuhan Nyonya." Mona sangat terkejut melihat darah mengalir deras di kaki Seina.
" Cepat jaga Cina di belakang!" teriak Martin.
Martin langsung menjalankan mobilnya begitu Mona masuk, dan meminta Mona menghubungi kakaknya jika Seina mengalami pendarahan.
" Pokoknya selamatkan anakku." pinta Seina dengan nada lirih.
" Diam Seina, diam semua akan baik-baik saja." teriak Martin.
Mona menghubungi Matthew namun tidak diangkat, akhir Mona mengirimkan pesan pada Matthew.
Dan lanjut fokus pada Seina.
Sampailah mereka di rumah sakit terdekat, Seina pun langsung dibawa ke ruang operasi dan petugas medis segera mengarahkan Martin untuk menandatangani persetujuan sebagai keluarga untuk tindakan urgent.
Sebelum Seina kehilangan ke sandaran dia terus meminta pada dokter untuk menyelamatkan anaknya.
Setelah mendapatkan tanda tangan, Seina pun langsung melakukan operasi.
Martin terus mondar-mandir sambil menghubungi kakaknya.
" Iya Martin, kakak sudah di bandara." ujar Matthew.
" Ya kak, hati-hati." ujar Martin segera menutup panggilannya.
Akhirnya operasinya selesai, Martin segera menghampiri dokter tersebut.
" Bagaimana Dok?" tanya Martin.
" Keduanya berhasil lahir namun satu bayinya tidak menangis, kami sudah melakukan pertolongan pertama dan akan ada pemeriksaan lanjut." ujar dokter itu.
" Bagaimana dengan ibunya?" tanya Martin khawatir.
" keadaannya kritis, semoga malam ini bisa melewati masa kritisnya." Ujar dokter.
" Kalau begitu Ibu dan anak bisa dijadikan satu ruangan?" tanya Martin.
" Mungkin hanya bayi yang dikhawatirkan yang bisa satu ruangan dengan ibunya." ujar Dokter.
" Mona, kau tolong jaga bayi yang satunya, aku akan menjaga Seina dan bayi yang satu lagi." ujar Martin.
" Baik Tuan." Jawab Mona segera mengikuti suster yang membawa bayi yang sehat ke ruangan bayi.
Sedangkan Martin mengikuti Seina yang di pindahkan ke ruangan khusus begitu juga dengan bayi yang satunya, bayi itu segera dipasang alat, entah apa itu yang jelas keduanya sama-sama mengkhawatirkan keadaanya.
Martin meneteskan air mata melihat Seina terbaring dengan banyak alat medis ditubuhnya.
Kenapa kau ini menyusahkan dirimu untuk banyak orang, kau masih sangat muda untuk mengalami hal seperti ini, jadi ku mohon Seina kau harus bangun.
Dalam hati Martin.
