Super MOM

Maudy yang baru keluar dari dapur terkejut melihat siapa yang ada di ruang tengah, sontak Ia berseru serta melebarkan kedua tangannya meminta pelukan dari saudara tertuanya.

" Mas Bagus ! " Hilang reputasi Dokter yang dingin kalau sudah berada di tengah tengah keluarga.

Bagus yang terkejut sontak memeluk Maudy sementara Aini hampir saja menitikkan air mata karena terharu.

" Hey kapan kamu kemari May "

Maudy tidak menjawab, Ia masih setia memeluk kakak tertua nya itu.

" Sudah dua hari Mas " Aini yang menjawab.

Setelah lama berpelukan akhirnya Maudy melepas pelukannya.

" Maaf Mbak, kelamaan meluknya " Maudy cengengesan seperti anak kecil.

Aini hanya tersenyum, Ia juga mengerti bagaimana jadi Maudy karena Ia pun merasakan hal yang sama pada saudaranya.

" Tidak apa apa Aya "

......................

Tari pulang dari rumah sakit, tidak seperti sebelum nya Ia di kejar waktu. Kini Ia lebih santai karena Arka sudah ada yang menemaninya di rumah.

Sepulang dari rumah sakit Ia menyempatkan diri ke pusat perbelanjaan, mengingat stok di kulkas pagi tadi sudah mulai menipis. Tidak ada salahnya kalau Ia sendiri yang berbelanja, karena hal ini juga sudah sering Ia lakukan sebelumnya.

Ia melangkah masuk setelah terlebih dahulu memarkirkan mobilnya di tempat yang aman.

Mengambil troli dan memilih barang barang yang Ia perlukan.

" Eh mobil ini, bukankah mobil yang sama " Gumam seseorang yang juga baru selesai memarkirkan mobil di parkiran.

Ia melangkah kedalam dan mengedarkan pandangan nya mencari seseorang yang selama ini membuatnya penasaran.

Banyak barang yang akhirnya di pilih oleh Tari termasuk barang keperluan pribadinya dan Arka.

Merasa cukup dan tanpa sadar Ia sudah berputar putar hampir satu jam lamanya, Tari pun menuju kasir untuk membayar semua barang belanjaannya.

Ia menunggu dengan mengecek ponselnya, senyum nya terbit di sudut bibirnya.

" Satu juta tujuh ratus sembilan puluh sembilan ribu Bu "

Tari mengeluarkan kartu dari dalam tasnya dan menyerahkan pada pegawai yang bertugas sebagai kasir.

Ia kembali mendorong santai troli nya keluar setelah melunasi pembayaran nya.

Melangkah ke mobilnya dengan semua barang belanjanya, langkahnya mulai memelan dan berhenti ketika melihat siapa yang sedang berdiri di depannya.

" Hai " Seseorang itu menyapanya dengan ekspresi wajah terkejut.

Tari bisa melihatnya meskipun orang di depannya itu mencoba bersikap biasa saja.

Hal yang sama juga di alami Tari, Ia bahkan menoleh ke kiri dan kanan mencari seseorang yang mungkin di sapa oleh orang di depannya itu namun tidak ada siapa pun.

" Hai kamu Lestari kan "

Tari menghela nafas memberi ruang pada rongga pernafasan nya, Ia kemudian mengangguk ragu.

Pria di depannya memperhatikan nya dari atas sampai bawah dan di ulang dari bawah sampai atas.

" Kamu ingat aku " Tanyanya kemudian.

Tari hanya diam saja, Pria di depannya sontak mengambil barang bawaan Tari dan membawanya ke dalam mobil Tari.

" Sini aku bantu, ini pasti berat "

Tari masih mematung, Ia benar-benar terkejut karena bertemu dengan masa lalunya yang ingin Ia kubur dalam dalam.

" Kayla Lestari, buka pintunya " Seru Pria itu lagi.

Tari melangkah membuka pintu setelah kesadaran nya pulih kembali.

" Terima kasih " Ucap Tari

Ia berniat langsung masuk ke mobilnya dan pergi namun Pria itu kembali bertanya padanya.

" Benarkan kamu Lestari "

Tari memandang Pria itu dan mengangguk.

" Iya, Terima kasih atas bantuannya. Maaf, aku harus segera kembali "

Tari langsung masuk dan menghidupkan mobilnya serta melesat pergi meninggalkan parkiran.

" Benarkah dia Tari yang dulu, tapi kenapa dia ada disini. Bukankah orang tuanya mencarinya, ada apa sebenarnya. Tapi kalau Dia memang Tari, kenapa dia seperti nya tidak mengenalku, tidak ada ekspresi terkejut di wajahnya sama sekali ketika melihat ku " Gumam El.

Lagi lagi El menjadi orang yang linglung ketika bertemu dengan Tari, Ia bingung ada apa yang terjadi dalam dirinya.

Tari beberapa kali menghela nafas menetralkan hatinya, perlahan Ia memarkirkan mobil miliknya ketika tiba di rumah.

" Pak Ardi, tolong bantu bawakan barang belanja nya ya ke dapur "

Ardi yang di panggil langsung sigap menjalankan tugasnya.

Sampai di rumah Tari langsung berlari mencari keberadaan Putranya, Ia membuka kamar bahkan tanpa mengetuk hal itu membuat kening Arka berkerut.

" Mama, ada apa. Apa ada masalah " Tanya Arka.

Tari menggeleng dan tersenyum

" Tidak apa apa Nak, tidak ada masalah. Memang nya kenapa Nak " Tanya Tari

Dengan wajah maskulin nya Arka menjawab

" Tidak biasanya Mama masuk tanpa mengetuk pintu lebih dulu "

Tari menyadari kekeliruan nya, Ia menyatukan kedua tangannya di depan seraya meminta maaf.

" Maaf sayang, Mama tadi terlalu merindukan mu Nak. Mama lambat pulang karena mampir ke supermarket dulu, makanya Mama langsung main masuk saja. Maafkan Mama ya "

Arka menggoyang kan bahunya pelan dengan mulut membentuk huruf O.

" Oh gitu ya Ma, tidak apa apa "

Tari menatap Putranya dengan tatapan sedih, Ia merasa takut kehilangan Putranya itu setelah bertemu dengan Pria di masa lalunya berapa puluh menit yang lalu.

Bagaimana kalau mereka tahu dan mengambil Arka darinya, tentu Ia tidak akan sanggup kalau hal itu benar terjadi.

" Mama, benarkah Mama baik baik saja " Tanya Arka penuh selidik.

Ia memperhatikan secara diam diam raut wajah wanita yang sudah melahirkan nya itu.

" Ah iya Nak, Mama baik baik saja. Sudah ya Mama mau masak buat makan malam kita, Arka mau makan apa malam ini " Tanya Tari sembari mengusap kedua pundak Arka pelan.

" Hm, apa Mama membeli udang. Arka mau makan itu malam ini " Akhirnya Arka menyebutkan makanan kesukaan nya pada sang Ibu.

Tari tersenyum menepuk pundak anak kesayangan nya itu.

" Tentu saja sayang, udang adalah bahan yang harus selalu ada di kulkas. Karena anak Mama sangat menyukai itu, baiklah Mama turun dulu ya. Arka

lanjutin belajarnya ya "

Tak lupa Tari mencium pucuk kepala Arka, Ia benar-benar takut kehilangan Putranya itu.

Sampai di bawah Tari langsung melihat Bibi dan juga Maira yang sedang sibuk membereskan serta memasukkan semua barang barang belanjaan nya pada tempatnya.

" Udang nya di tinggal saja ya Bi, aku ingin mengolahnya langsung " Ucap Tari ramah.

Bibi dan juga Maira mengangguk dan tersenyum.

" Pasti Arka yang ingin makan udang ya Bu " Tebak Bibi dan Tari mengangguk.

" Iya, dia begitu bersemangat mengatakan ingin makan udang malam ini jadi aku akan mengolahkannya langsung "

Meskipun Tari sangat tidak menyukai bahan makan satu itu tapi demi Putranya Ia rela.

" Biar saya saja yang memasaknya Bu, Ibu duduk santai saja disana "

Tari menggeleng, Ia ingin mengolahnya sendiri.

" Kamu bantu aku saja ya kasih tahu bumbunya yang mana saja biar aku tahu mana mana yang di perlukan. Kedepannya aku bisa mengolahnya sendiri "

Maira yang memang bekerja di Resto tentu tahu apa saja yang di perlukan, mereka memasak sore itu bersama-sama.