Kisah tentang kita, merupakan kisah yang memuat cerita sehari-hari ketiga pemuda desa bernama Parto, Seno dan Beni.
Cerita kegabutan mereka karena status jomblo yang masih melekat pada ketiganya, selalu menjadi bahan ejekan saat mereka berkumpul.
Selalu saja ada hal absurd yang mereka lakukan saat bertemu.
Keseruan apa yang mereka ciptakan saat bersama?
Bagaimana cara mereka menemukan sang pemilik hati?
Temukan jawabannya di sini😆
❤️KARYA INI DI CIPTAKAN OLEH DFE DAN DI MOHON DENGAN SANGAT UNTUK TIDAK PLAGIAT! MARI BERKARYA BERSAMA, TANPA MENJIPLAK KARYA ORANG LAIN❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dfe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Galaunya Hati
Indah: Mas Seno.. ada apa Mas? kok tumben missedcall.
Begitulah isi pesan yang Indah kirim untuk Seno. Tapi Seno memilih untuk tidak membalasnya. Dia hanya diam, tadinya dia berfikir akan mudah mendapatkan hati Indah. Tanpa ada saingan, jalannya untuk mendapatkan hati Indah akan mulus seperti jalan tol.
Tapi dugaannya salah. Ternyata tanpa dia prediksiin sebelumnya, ada lelaki lain yang juga sedang mendekati Indah.
Seno memilih untuk pergi dari situ, dari tempat dia berdiri melihat Indah dan lelaki yang bersama dengan Indah di warung bakso. Perasaan Seno campur aduk sekarang. Tetapi rasa ngilu di hatinya yang mendominasi, dia cemburu. Dan itu sudah bisa dipastikan.
Motor Seno melaju cepat membelah jalanan. Suara motornya yang berisik menjadi ciri khas dari motor itu.
Aach aku ini kenapa, baru lihat Indah sama cowok lain aja langsung down gini. Siapa tahu itu temannya. Tapi aku enggak suka. Siapapun orang tadi, aku enggak mau Indah senyaman itu saat bersama dia.
Seno benar-benar kesal, membayangkan manisnya senyum Indah tadi, cara lelaki itu memandang Indahnya. Indahnya? Iya Seno sudah menganggap Indah adalah milik dia. Egois? masa bodo. Seno sudah ngempet roso (nahan rasa) lama untuk Indah. Hanya nunggu moment yang pas buat Seno mengungkapkan perasaannya itu kepada Indah. Tapi kok ya malah di salip orang lain.
Langit menurunkan anugerahnya, tiba-tiba turun hujan lumayan deras. Tapi Seno tidak berniat sedikitpun untuk menghentikan laju motornya, ealah Sen.. baru lihat Indah hahahihi sama yang lain kok udah se down itu.
Melajukan motor tanpa tentu arah mau kemana, Seno berharap hujan yang mengguyur kepalanya bisa mengurangi sedikit kegabutannya.
Sesaat Seno menajamkan pandangannya, di pinggir jalan tepatnya di bawah pohon dia melihat seorang perempuan yang sedang berteduh, melindungi diri dari guyuran hujan. Atau memang ada alasan lain sehingga perempuan itu berada di sana. Hari mulai petang, dan jalan yang dia lewati ini jarang di lalui kendaraan lain. Emang Seno mau kemana? Dia sendiri juga enggak tahu, dia hanya ingin menghilangkan bayangan senyum dan tawa Indah saat bersama lelaki lain di warung bakso tadi.
Seno menghentikan motornya. Memarkirkannya tepat di depan seseorang yang sekarang menatapnya dengan senyum yang di buat semanis mungkin.
"Mas Seno.."
Seno memandang Ralina, iya seseorang yang berteduh di bawah pohon itu adalah Ralina.
"Kamu ngapain di sini..?" Tanya Seno yang sebenarnya sedikit lupa tentang perempuan di depannya ini.
"Aku tadinya mau berangkat kerja Mas, masuk shift malem tapi kok malah hujan iki piye.." jawab Ralina sambil tersenyum karena dia tidak menyangka akan bertemu orang yang dia kagumi, dibawah guyuran hujan, hanya berdua.. membuat fikiran Ralina tentang romantisnya pertemuan mereka yang kedua ini terus-menerus membuat dia mengembangkan senyum di wajahnya.
"Kok jalan kaki? Bukannya masih jauh tempat kerjamu dari sini?"
"Iya Mas masih jauh.. biasanya aku bareng sama temanku. Nanti dia nyamperin di sini, udah dari tadi aku nungguin kok belum lewat juga, apa dia enggak masuk kerja ya soalnya ujannya deres kayak gini.."
Seno terdiam. Hujannya memang semakin deras, tapi tidak mungkin juga mereka terus-terusan berteduh di bawah pohon itu. Seno berjalan menuju motornya, di buka jok motor itu. Aach dia sendiri juga tidak membawa mantol (jas hujan) ternyata.
"Kamu masuk kerja jam berapa emangnya?"
"Jam 19.00 Mas,"
Seno melihat jam tangannya, pukul 18.15. Aach gara-gara muter-muter enggak tentu arah dia malah melupakan waktu sholat maghrib.
Belum terlambat, masih bisa nguber waktu sholat kalau aku secepatnya pergi dari sini.
"Aku mau cari mushola di sekitar sini, kamu mau ikut? nanti habis sholat aku antar kamu ke tempat kerjamu," Ucap Seno sambil berjalan menuju motornya.
"Tapi Mas, ini masih hujan.. Nanti baju Mas Seno basah"
Sudah nangkring di atas motor. Seno menjawab,
"Enggak apa-apa kalau hanya basah karena air hujan, toh sekarangpun bajuku juga udah basah kuyup. Kalau masih sanggup melakukan kewajiban untuk beribadah kepada Sang Pencipta, enggak ada alasan bagiku untuk meninggalkannya."
Mendengar ucapan Seno, Ralina makin kagum kepada lelaki di hadapannya ini. Ralina akhirnya ikut Seno mencari letak mushola terdekat. Hujan yang tadinya deras berubah menjadi rintikan gerimis. Perjalanan mereka hanya ditemani kebisuan. Tidak ada yang berbicara satu sama lain. Mereka sibuk dengan pikirannya masing-masing. Seno yang memikirkan Indah, dan Ralina yang makin kagum pada Seno.
Sampai di mushola tak jauh dari tempat mereka tadi berteduh, Seno langsung mengambil wudhu. Seorang lelaki sepuh (tua) yang melihat kondisi Seno sudah basah kuyup dan akan menjalankan ibadah di mushola itu menawarkan baju koko dan sarung yang dia punya. Sedari datang di mushola, Seno memang menjadi pusat perhatian karena suara knalpot motornya yang nyaring.
"Tunggu sebentar yo Le (panggilan untuk anak laki-laki), tak ambilke salin (baju ganti) buat kamu. Masa mau sholat kok bajumu basah kuyup kayak gitu,"
"Alhamdulillah matursuwun sanget njih Mbah (terimakasih banyak ya kakek)"
Kakek tersebut segera berjalan menuju rumahnya yang ada di samping mushola. Tak lama berselang, beliau datang dengan membawa baju ganti untuk Seno.
"Di pakai ya Le.. Ojo teles kebes ngono iki (jangan basah kuyup kayak gitu)"
"Injiih Mbah," Jawab Seno. Setelah mengganti bajunya yang basah oleh siraman hujan dengan baju kering kepunyaan kakek tadi, Seno segera melaksanakan kewajibannya bersujud dan menyembah kepada Sang Pencipta.
Ya Allah ya Rabb.. satu nama yang selalu hamba sebut dalam doa, izinkan hamba menjadi bagian di hidupnya. Jika memang dia jodoh hamba, dekatkanlah tapi.. jika dia bukan jodoh yang Engkau gariskan untuk bersanding dengan hamba, berikanlah keikhlasan hati untuk melepasnya..
Setelah sholat Seno memperhatikan sekitarnya, ternyata masih ada kakek yang meminjamkannya baju tadi untuknya, duduk bersila sedang membaca ayat-ayat suci Al-Qur'an.
Terasa merdu dan adem saat Seno mendengar lantunan ayat suci itu di baca oleh kakek. Seno sampai lupa kalau di luar mushola ada Ralina yang menunggunya.
"Nuwunsewu njih Mbah, ini baju sama sarungnya aku bawa dulu. Besok tak anterin lagi kesini kalau sudah tak cuci," Ucap Seno sambil berpamitan mencium tangan kakek itu.
Kakek itu tersenyum..
"Lha kok malah ganti lagi sama bajumu yang basah tadi ki kepiye (gimana)?"
"Ndak apa-apa Mbah.. Kulo pamit rumiyen (saya pamit dulu) Assalamualaikum.."
"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh"
Seno berjalan menuju motornya, di sana sudah ada Ralina yang menunggunya.
"Maaf lama ya? Ini aku langsung antar kamu ke tempat kerja apa pulang dulu ke rumahmu biar kamu ganti baju, bajumu basah kek gitu.."
"Langsung ke tempat kerja aja ya Mas Seno, di sana aku ada baju ganti kok.. sebelumnya terimakasih banyak ya Mas,"
Seno hanya mengangguk. Setalah Seno menyalakan motor dan Ralina udah nangkring nyaman di jok penumpang, Seno segera melajukan motornya.
"Mas Seno.." panggil Ralina, yang duduknya sengaja menghilangkan jarak antara dia dan Seno. Sangat mepet.
"Iya.."
"Mas.. tadi sholatnya khusyu banget, memangnya Mas Seno berdoa apa?"
Masih di jalan, Seno sebenarnya mendengar apa yang Ralina tanyakan. Tetapi dia enggan untuk menjawabnya. Seno menambah kecepatan motornya, saat dia melirik jam tangannya dan waktu menunjukkan pukul 18.40.
"Mas Seno jangan cepat-cepat aku takut Mas.." teriak Ralina sambil berpegangan perut Seno.
Seno yang melihat perutnya di jadiin tempat pelampiasan rasa takut oleh Ralina sedikit mengurangi kecepatan motornya.
"Maaf taruh tangannya jangan di situ ya.." kata Seno. Ralina langsung melepaskan pelukannya pada perut Seno. Dia malu. Baru kali ini dia se bar-bar ini sama cowok.
Sampai di mini market tempatnya bekerja Ralina langsung turun dari motor Seno. Gemetar itu yang Ralina rasakan.
"Maaf ya.. aku cuma ingin kamu enggak telat masuk kerja, jadi aku agak ngebut dikit tadi bawa motornya." kata Seno kepada Ralina, Seno merasa bersalah karena melihat Ralina gemetaran.
"Iya Mas.. enggak apa-apa kok, sekali lagi terimakasih banyak ya."
"Iya.. Aku langsung pulang ya, Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam.."
Seno menghidupkan motornya, tapi tiba-tiba fokusnya teralih pada seseorang yang duduk di depan mini market tersebut, dan sialnya dia tidak sadar kalau sudah di perhatikan seseorang itu dari tadi.