NovelToon NovelToon
Jodohku Tetanggaku

Jodohku Tetanggaku

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintamanis / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:12.6k
Nilai: 5
Nama Author: Fernanda Syafira

Ayudia Larasati, gadis cantik yang sudah berkali - kali gagal mendapatkan pekerjaan itu, memilih pindah ke desa tempat kelahiran ibunya setelah mendapatkan kabar kalau di sana sedang ada banyak lowongan pekerjaan dengan posisi yang lumayan.
Selain itu, alasan lain kepindahannya adalah karena ingin menghindari mantan kekasihnya yang toxic dan playing victim.
Di sana, ia bertemu dengan seorang pria yang delapan tahun lebih tua darinya bernama Dimas Aryaseno. Pria tampan yang terkenal sebagai pangeran desa. Parasnya memang tampan, namun ia adalah orang yang cukup dingin dan pendiam pada lawan jenis, hingga di kira ia adalah pria 'belok'.
Rumah nenek Laras yang bersebelahan dengan rumah Dimas, membuat mereka cukup sering berinteraksi hingga hubungan mereka pun semakin dekat

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fernanda Syafira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

25. Si Paling Perhatian

"Kalo hilang, biarin aja, Ay." Kata Dimas pada kekasihnya yang cukup lama merunduk.

"Ada kok, Mas." Jawab Laras yang segera menegakkan badan dan menunjukkan pena yang ia ambil.

"Maaf Mas, Pak, silahkan di lanjut." Kata Laras yang cengar - cengir.

Klien Dimas sampai senyum - senyum sendiri melihat tingkah pasangan kekasih di depannya itu.

Dimas pun kembali melanjutkan pembahasan yang masih belum selesai. Sampai minuman Laras hampir habis, dua pria itu masih saja berdiskusi.

Laras yang merasa tenggorokannya gatal karena minuman manis, kemudian meraih botol air mineral yang ada di atas meja.

Dimas melirik sekilas ke arah kekasihnya, lalu meraih botol air mineral di tangan Laras. Laras sendiri mengira kalau Dimas juga haus, makanya ia membiarkan botol itu di ambil Dimas.

Namun, tak disangka jika pria itu hanya membukakan botol air mineral dan memasukkan sedotan kedalamnya, kemudian kembali memberikannya pada Laras tanpa meminumnya.

Dimas melakukan itu bahkan tanpa mengalihkan pandangannya dan tetap fokus pada topik bahasan antara ia dan kliennya.

Laras di buat hampir terbang dengan tingkah kekasihnya itu. Ia minum sambil mengalihkan wajahnya, agar Dimas dan kliennya tak melihat wajahnya yang pasti kembali memerah.

Waktu sudah mendekati magrib saat mereka menyelesaikan pekerjaan. Pembahasan yang di sertai obrolan yang meluas kemana - mana itu, akhirnya berhenti.

"Mas, setelah njenengan sholat, kita makan malam bareng, Mbaknya sekalian ikut juga. Tolong jangan di tolak, saya yang mau traktir." Ajak Klien Dimas yang bernama Pak Hermawan.

"Nopo mboten ngerepoti bapak ?. (Apa tidak merepotkan bapak?)" Tanya Dimas yang sebenarnya merasa sungkan.

"Wah, yo enggak ngerepoti, to. Nanti datang ke resto Big Steak ya. Saya tunggu di sana." Ujar Pak Hermawan

"Njih, Matur suwun, pak."

"Monggo kalau mau sholat. Saya duluan ke resto." Pamit Pak Herman yang beranjak lebih dulu.

Dimas di bantu Laras, kemudian membereskan barang - barangnya.

"Mas bapaknya bukan muslim, to?." Tanya Laras.

"Bukan."

"Kok akrab banget sama Mas? Diskusi aja ngobrolnya santai, kadang malah ngelawak." Laras tampak penasaran.

"Beliau klien lama dan kita sering ketemu. Makanya akrab. Lusa, Mas ke luar Kabupaten juga ngerjain projek beliau." Jelas Dimas sembari menggandeng Laras dan berjalan menuju ke Mushola yang ada di Mall.

"Mas duluan aja, biar gak ketinggalan sholat berjamaah." Ujar Laras saat melihat kondisi mushola yang cukup padat.

"Kamu?"

"Nanti gantian. Itu shaf wanitanya udah penuh." Jawab Laras.

"Yaudah, Mas duluan kalau gitu. Kamu wudhu terus tunggu di dalam saja. Nanti kamu di culik bajing." Kata Dimas.

"Bajing-an?" Sahut Laras yang membuat keduanya terkekeh.

Sesuai dengan permintaan Pak Hermawan, mereka kemudian menuju ke restoran yang dimaksud Pak Hermawan setelah menunaikan sholat magrib.

Dimas tampak memindai area restoran yang baru ia masuki bersama Laras.

"Kenapa, Mas?" Tanya Laras yang melihat Dimas tersenyum setelah memindai restoran itu.

"Ternyata ini restoran beliau." Jawab Dimas.

"Kok Mas tau?"

"Mas yang bikin visualisasinya. Kirain untuk orang lain, taunya untuk beliau sendiri." Jawab Dimas.

"Mas, Mbak! Duduk situ dulu, ya." Ujar Pak Hermawan saat melihat Dimas.

"Baik, pak." Jawab Dimas yang kemudian duduk di kursi yang terdekat.

"Beliau itu lulusan desain interior?" Tanya Laras yang melanjutkan obrolan mereka tadi.

"Bukan. Beliau itu punya usaha furniture besar. Kalau beliau lulusan desain interior, jelas bisa bikin visualisasi sendiri dan gak mungkin pake jasa Mas." Jawab Dimas.

"Kenapa Mas gak kerja sama beliau aja? Maksudnya gak freelance gini." Tanya Laras.

"Ya dulu, beliau berkali - kali bujuk Mas kayak gitu. Cuma Mas gak mau, Mas gak bisa kalo harus selalu ngikutin beliau yang sering ke luar daerah. Enakan freelance gini, kalo bayaran cocok di ambil, gak cocok ya di tolak." Jawab Dimas.

"Rame ya Mas. Emang nyaman juga sih tempatnya." Ujar Laras yang di jawab anggukan oleh Dimas.

Tak lama, pak Hermawan datang dengan pelayan yang membawa nampan berisi makanan. Pak Hermawan pun duduk bergabung bersama Laras dan Dimas yang duduk bersisian.

"Monggo, di cicip. Ini menu terbaik yang kami punya." Ujar Pak Hermawan.

"Terima kasih banyak, pak." Jawab Dimas.

Mereka berdua kembali mengobrol. Ya hanya berdua, karena Laras tak mengerti obrolan mereka yang membahas pekerjaan.

Dimas memotong - motong steak yang ada di hadapannya. Kemudian ia menukar steak yang sudah dia potong dengan milik Laras yang baru akan di sentuh si empunya.

"Hati - hati, panas." Dimas memperingatkan Laras saat menukar plate mereka.

"Iya, makasih Mas."

Laras yang sudah bersiap hendak memotong itu pun mengurungkan niatnya dan dengan santai menikmati steak yang sudah di potong - potong oleh Dimas.

"Saya baru tau kalau Mas Dimas ini ternyata act of servicenya nice sekali." Goda pak Hermawan yang di tanggapi senyuman oleh Dimas.

"Njenengan beruntung, Mbak, dapet laki - laki modelan Mas Dimas ini. Selain pintar dan andal dalam pekerjaannya, ternyata full perhatian. Wah, kalau saya punya anak perempuan, pasti saya jodohin sama njenengan, Mas. Sayangnya anak saya tiga, laki semua." Gelak Pak Hermawan.

"Bapak ini terlalu memuji." Sahut Dimas yang ikut terkekeh.

"Lho, bener ini, Mas. Jarang - jarang saya lihat pria yang act of servicenya bagus, tanpa diminta atau tanpa di kode. Saya sendiri yang sesama laki - laki saja, senang lihatnya. Soalnya saya gak pernah seperti itu ke istri saya." Kekeh Pak Hermawan.

Laras sendiri tersenyum melihat pria tampan di sampingnya. Walaupun pendiam dan terkesan cuek. Ternyata tanpa ia sadari, Dimas selalu memperhatikan setiap gerak geriknya.

...****************...

"Bioso wae leh ndelok. Koyok sesasi ra ngertakne. (Biasa aja ngelihatnya. Kayak sebulan gak ketemu.)" Bu Asih menggoda putranya yang terus menatap punggung Laras yang berjalan bersama Uti juga tetangga lain sedikit jauh di depannya.

"Dua hari dua malam tak tinggal lho buk." Jawab Dimas yang baru pulang dari kabupaten lain setelah menginap selama dua malam karena pekerjaannya.

"Yo ra maleh to? (Ya gak berubah to?)" Tanya Pak Sugeng.

"Maleh luwih ayu, niku. (Berubah lebih cantik, itu)" Sahut Dimas.

"Hiii Dimas jebule nggilani nak kadung kesengsem. Ngono kok Laras gelem karo kowe. (Hiii ternyata Dimas menggelikan kalau terlanjur tergila - gila. Gitu kok Laras mau sama kamu.)" Ujar Bu Asih yang bergidik melihat tingkah putranya, sementara Dimas dan Pak Sugeng hanya terkekeh menanggapi ibunya.

Mereka bersama - sama beberapa tetangga lain berjalan menuju ke Masjid untuk menunaikan sholat tarawih pertama.

Laras sendiri belum tau kalau ternyata Dimas pulang lebih cepat karena memang Dimas sengaja buru - buru menyelesaikan pekerjaannya demi bisa melaksanakan tarawih dan sahur pertama di rumah.

Saat hendak masuk ke dalam Masjid, Laras menangkap keberadaan Dimas yang berjalan hendak masuk ke pintu untuk jamaah pria.

Laras sampai berhenti berjalan dan bengong saat melihat Dimas yang tersenyum sekilas padanya.

"Ngopo to, nduk? (Kenapa to, nduk?)" Tanya Uti yang melihat Laras berhenti.

"Eh gak apa - apa kok, Ti." Jawab Laras.

"Buk - ibuk, emang Mas Dimas udah pulang?" Tanya Laras pada bu Asih yang lewat di sebelahnya.

"Udah tadi sampe rumah habis magrib, emang gak bilang sama kamu, nduk?" Tanya Bu Asih.

"Enggak, katanya besok baru pulang gitu. Kok aku gak lihat atau denger suara motornya?" Jawab Laras.

"Pulang naik mobil travel dia tadi. Motornya to masih di toko." Jawab Bu Asih.

"Layakno mau kok bengong! Ngerti Dimas jebule. (Pantesan tadi kok bengong! Lihat Dimas ternyata.)" Celetuk Uti yang membuat Bu Asih terkekeh.

1
Nur Wakidah
aku sg moco melu kesemsem karo guya guyu dewe ☺️☺️☺️
Sari Nande16
q seng Moco Yo kesem sem 🤣🤣
Yulay Yuli
selalu kesemsem dengan perlakuan Dimas, berasa aku yg digituin 😅😀
Dewi kunti
ojo sue2 ay mengko Ndak gur njagani jodoh nya org,sat set ngunu lho
Sari Nande16
uluh2 mas Dimas 🥰🥰
Yulay Yuli
mauuuu..... mau.... 😘😁
Yulay Yuli
lemes ya dipanggil sayang sama Ay 😂😂😂
ayu rahma
ahh dimass so sweeett,, 🥰🥰
Bungatiem
ih gemes
Yulay Yuli
udh buruan halalin thour
Dewi kunti
biasanya tambah LG up nya
Bungatiem
double upda ya Thor
Irma Minul
luar biasa 👍👍👍
Bungatiem
Thor ko novel rahasia pasangku ga pernah update?? padahal bagus juga lo cerita nya 😞
Faqisa Sakila
Dri cinta ugal2an pak kades sama crita ini jd novel favorit bnget ,,
update trus y kk..
sk bngt ma critany
Dewi kunti
ra usah cemburu
Dedes
makane gek endang dicencang mas 😂
Nur Wakidah
nah mas Dim , , , Hadooohhh kan kedisek an Gus Farid 🤣🤣🤣
Nur Wakidah
mas Dimas isok misoh yoan 🤣🤣🤣
Nur Wakidah
awas ketikung MAS DIM , , , 🤭🤭🤭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!