NovelToon NovelToon
Ujug-ujug Punya Tiga Suami

Ujug-ujug Punya Tiga Suami

Status: sedang berlangsung
Genre:Pernikahan Kilat / Nikahmuda / Satu wanita banyak pria / Harem / Mengubah Takdir
Popularitas:1k
Nilai: 5
Nama Author: Mega Biru

Duit tinggal ceban, aku ditawarin kerja di Guangzhou, China. Dengan tololnya, aku menyetujuinya.

Kupikir kerjaan itu bisa bikin aku keluar dari keruwetan, bahkan bisa bikin aku glow up cuma kena anginnya doang. Tapi ternyata aku gak dibawa ke Guangzhou. Aku malah dibawa ke Tibet untuk dinikahkan dengan 3 laki-laki sekaligus sesuai tradisi di sana.

Iya.
3 cowok itu satu keluarga. Mereka kakak-adik. Dan yang paling ngeselin, mereka ganteng semua.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mega Biru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 23

Aku mondar-mandir di sekitar tribun sirkuit, mataku menyapu setiap sudut lorong. Tenzin sebelumnya pamit ke toilet, tapi sudah terlalu lama gak kembali.

“Tenzin?” panggilku di depan toilet pria.

Gak ada jawaban.

Jantungku berdebar gak karuan. Menelan ludah, perasaan aneh merayap di dada. Bagaimana kalau dia kenapa-kenapa?

Atau—aku menggeleng cepat—gimana kalau dia menyerah sebelum tanding?

“Tenzin?” panggilku lagi, kali ini lebih keras.

Aku berjalan beberapa langkah, menoleh ke kiri dan kanan, tapi sosok tinggi berwajah kalem yang kucari itu gak juga terlihat.

“Tenzin!” seruku sedikit panik.

“Hm?”

Suara itu muncul tepat di belakangku. Aku tersentak kaget saat berbalik badan.

“Kenapa?”

Tenzin berdiri di hadapanku. Ia sudah berganti kostum mengenakan jaket balap, wajahnya tetap tenang seolah gak akan terjadi pertarungan.

“Kamu lama banget sih perginya!” protesku spontan, dadaku naik turun. “Sonam sama Norbu udah nungguin kamu dari tadi!”

Sudut bibir Tenzin terangkat tipis. “Aku hanya ganti kostum.”

“Tapi kamu lama banget! Aku kira kamu kenapa-napa.”

Tatapannya melembut. “Kamu menghawatirkanku?”

“Iya.”

Tenzin melangkah sedikit lebih dekat. Gak menyentuh apa pun, tapi cukup dekat sampai aroma napasnya berhembus di wajahku.

“Terima kasih.”

Jantungku berdegup kencang, mau mundur pun tersekat pintu toilet. “Pokoknya kamu harus menang, ya?” Tanpa sadar mataku berkaca-kaca.

“Jadi kamu mengharapkan aku yang berhasil mengambil kesucianmu?”

Aku mengangguk pelan dengan genangan air mata yang tiba-tiba jatuh.

“Pasti aku yang menang.” Ia menghapus air mata di pipiku.

Aku mengangguk mantap. “Aku percaya kamu.”

Di kejauhan, suara mesin mobil meraung, menandakan balapan akan segera dimulai. Namun entah kenapa, di detik itu aku lupa pada sirkuit, lupa pada Sonam dan Norbu, dan lupa pada segala kerumitan hidupku—Yang ada hanya jantungku yang berdetak terlalu cepat saat menatap Tenzin.

“Ayo kita mulai.” Tenzin menggenggam tanganku, membawaku keluar dari area kamar mandi.

Dari kejauhan, aku melihat Sonam dan Norbu sudah bersiap di mobil balap masing-masing, lekas kulepaskan tangan Tenzin.

Mobil Sonam paling mencolok—supercar hitam doff dengan garis emas tipis di sisi bodi, terlihat elegan sekaligus tegas, persis kepribadiannya. Lampu depannya pun menyala tajam, seperti mata seekor predator yang sudah siap menerkam lintasan.

Sementara Norbu memilih mobil merah menyala, bodinya lebih agresif, dengan spoiler besar di belakangnya. Mobil itu tampak liar, berisik, dan penuh tenaga—mirip kepribadian Norbu yang tengil.

Begitu aku dan Tenzin mendekat, dua pasang mata itu langsung tertuju pada kami.

“Lama sekali.”

Suara Sonam terdengar datar. Namun aku bisa merasakan nada kesalnya, meski ia berusaha menutupinya. Tatapannya sempat jatuh ke arahku, lalu kembali ke Tenzin.

“Kamu gemetar karena lawannya aku, ya?” Norbu tersenyum usil.

“Jangan banyak bicara. Buktikan saja kemampuan kita,” jawab Tenzin.

Tenzin berjalan menuju mobil peraknya—mobil yang tampak paling tenang di antara ketiganya, silver metalik dengan desain ramping dan bersih tanpa banyak ornamen itu terlihat sangat presisi. Sama seperti dirinya—gak mencolok, tapi diam-diam menghanyutkan.

Sonam mendengus pelan saat Tenzin masuk ke mobilnya. “Lihat saja, aku lah pemenangnya.”

Norbu tertawa. “Jangan harap, aku lah yang paling jago bawa mobil.”

Aku berdiri di samping mobil mereka, merasa aneh. Karena aku bukan hanya penonton, tapi hadiah yang sedang mereka perebutkan.

“Ready?” Seorang pria asing berdiri di sisi lintasan, mengangkat bendera sebagai tanda balapan akan segera dimulai.

“READY!” jawab mereka semua.

Mesin-mesin mulai meraung bersamaan, sampai membuat dadaku bergetar. Aku menatap ketiga mobil itu berjajar di garis start—tiga pria dengan beda ego dan ambisi, tapi tujuan mereka sama.

BRAAAAM!

Balapan dimulai.

Dalam hitungan detik, Sonam langsung melesat ke depan. Mobil hitamnya seperti anak panah—stabil dan presisi. Norbu menyusul ketat di belakangnya, gak memberi jarak sedikit pun. Sedangkan Tenzin, Aku mencondongkan tubuh ke depan, jantungku semakin gak karuan karena mobilnya paling belakang.

“Tenzin,” gumamku cemas.

Lintasan pertama dilewati. Sonam masih memimpin, Norbu terus menempel, dua kakak-beradik itu seperti sedang adu gengsi. Mereka bahkan sempat berdampingan di tikungan panjang, roda mobil nyaris sejajar.

“Tenzin plis.”

Aku semakin cemas karena Norbu dan Sonam penuh semangat. Namun tiba-tiba aku melihat sesuatu yang membuat mataku membelalak—Mobil milik Tenzin melesat dari sisi luar lintasan.

“Tenzin?!” bisikku gak percaya.

Dengan manuver halus tapi berani, Tenzin menyalip keduanya sekaligus. Seperti bayangan yang tiba-tiba muncul lalu menghilang di depan mata.

Dadaku berdesir. “Keren.”

Namun belum sempat aku bernapas lega, mobil merah menggeram, menekan gas, lalu menyalip Tenzin di tikungan tajam berikutnya.

Mobil merah memimpin di depan, mobil perak tepat di belakangnya, sedangkan mobil hitam justru tertinggal.

Aku refleks menutup mulut, berharap Tenzin bisa mengalahkan mobil Norbu yang gayanya mirip pembalap sungguhan itu.

Mobil hitam gak mau kalah, dia berusaha menyalip mobil merah dan mobil silver. Tapi kecepatan mobil silver dan mobil merah justru semakin meninggalkannya—ke dua mobil itu semakin menunjukkan kecepatannya.

Balapan belum selesai. Dua lap terakhir terasa seperti penyiksaan bagi jantungku. Mobil silver dan mobil merah terus saling salip, bergantian memimpin. Kadang mobil merah unggul dengan agresivitasnya, kadang mobil silver menyusul dengan manuver bersih.

“Ayo Tenzin,” lirihku sampai lupa bernapas.

Lap terakhir, mobil merah memimpin tipis. mobil silver berada tepat di belakangnya. Mereka masuk tikungan terakhir, namun di detik itu, aku melihat mobil silver mengambil jalur dalam—Jalur yang sempit dan berisiko.

“Ngapain jalan situ, sih,” bisikku panik.

Namun mobil silver itu melesat, nyaris menyentuh pembatas, lalu menyalip mobil merah dengan sempurna, dan meninggalkan mobil hitam yang jauh di belakang mereka.

“Serius?”

Aku tertegun saat salah satu mobil melewati garis finish, garis start sama yang menjadi garis penentu akhir.

”Itu mobil Tenzin bukan, sih?”

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!