NovelToon NovelToon
Main Villain System

Main Villain System

Status: sedang berlangsung
Genre:Sistem / Dikelilingi wanita cantik / Transmigrasi ke Dalam Novel / Mengubah sejarah
Popularitas:9.1k
Nilai: 5
Nama Author: ex

Jing an, seorang penulis yang gagal, secara ajaib terlahir kembali sebagai Luo Chen, Tuan Muda lugu di dalam novel xianxia klise yang ia benci. Berbekal 'Main Villain System' yang bejat dan pengetahuan akan alur cerita, misinya sederhana... hancurkan protagonis asli. Ia akan merebut semua haremnya yang semok, mencuri setiap takdir keberuntungannya, dan mengubah kisah heroik sang pahlawan menjadi sebuah lelucon tragis.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ex, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 23

Aku bisa merasakan gelombang perlawanan mental yang dahsyat darinya melalui segel kontrak. Jiwanya yang sombong menjerit menolak. Lebih baik mati daripada berlutut seperti anjing peliharaan di samping meja makan tuannya.

Dia tetap berdiri, tubuhnya gemetar begitu hebat hingga gaun pelayan yang kasar itu berdesir. Air mata kebencian yang baru mengalir di pipinya, tetapi dia tidak bersuara.

'Dia masih ada sedikit sisa-sisa harga diri, ya?'

Aku tidak marah. Aku hanya merasa sedikit lelah. Aku mengambil sumpitku, belum mulai makan. Aku hanya menatapnya.

Aku tidak perlu mengaktifkan segel rasa sakit. Aku hanya membiarkan tatapanku... tatapan [Master's Gaze]-ku yang baru menekannya. Tatapanku adalah janji akan siksaan yang akan datang. Tatapanku adalah pengingat akan apa yang terjadi semalam. Tatapanku adalah rantai itu sendiri.

Satu detik berlalu. Lima detik. Sepuluh detik.

Keheningan di ruangan itu begitu berat, hanya diisi oleh suara isak tangisnya yang tertahan.

Itu adalah pertarungan kehendak terakhirnya. Dan dia kalah.

THUD.

Suara lutut telanjang yang menghantam lantai kayu terdengar jelas.

Dia ambruk, tidak lagi mencoba melawan. Dia merangkak dalam jarak pendek yang memalukan itu dan berlutut di samping kakiku. Persis seperti yang kuperintahkan. Kepalanya tertunduk begitu dalam hingga dahinya nyaris menyentuh lantai, rambutnya yang basah tergerai di sekelilingnya seperti tirai hitam yang berduka.

Dia telah hancur.

[Ding! Perlawanan mental target 'Xiao Linyu' telah hancur total.]

[Anda telah sepenuhnya menstabilkan hierarki Tuan dan Budak.]

[Hadiah: +20.000 Villain Points!]

[Total VP Saat Ini: 800.035]

'Bagus sekali,' pikirku dalam hati, VP yang didapat dengan mudah.

Sekarang, aku bisa sarapan dengan tenang.

Aku mengambil sumpitku dan mulai makan. Daging Fire-Lion itu lembut dan penuh energi spiritual. Sup ginsengnya menghangatkan tubuhku. Aku makan dengan perlahan, menikmati setiap gigitan.

Di sampingku, sang Phoenix berlutut dalam diam. Yang terdengar hanyalah suara gemetar giginya yang bergemeletuk menahan isakan dan suara sumpitku yang sesekali menyentuh mangkuk porselen.

Pemandangan ini... benar-benar pemandangan yang paling memuaskan.

'Di novel aslinya,' pikirku sambil mengunyah, 'Luo Chen yang bodoh itu pasti sudah mati di arena. Dan si protagonis sampah, Lin Feng, akan dipuji sebagai pahlawan kota. Dia mungkin akan berlatih di lumpur sekarang, memimpikan hari di mana dia bisa 'menyelamatkan' si Dewi Es yang angkuh ini dari Klan Xiao yang 'jahat'.'

Aku melirik ke bawah, ke sosok gemetar di kakiku.

'Dia tidak tahu. Dia tidak akan pernah tahu. Pahlawan wanita yang dia puja-puja... sedang berlutut di lantai kamarku, mengenakan pakaian pelayan, sementara aku menikmati sarapanku.'

'Jalur ceritamu sudah mati, Lin Feng.'

Aku menghabiskan makananku. Aku meletakkan sumpitku.

"Sudah selesai," kataku.

Sosok di lantai itu tersentak, tetapi tidak berani bergerak.

"Bersihkan ini," perintahku.

"...Ya... Tuan."

Dengan gerakan kaku, dia bangkit. Dia tidak berani menatapku. Dia mengumpulkan piring-piring kotorku dengan tangan gemetar, menaruhnya kembali di troli.

Aku berdiri dan mengenakan jubah luarku. Aku punya urusan yang harus diselesaikan.

"Kau," kataku, menghentikan gerakannya.

Dia membeku, punggungnya menghadapku.

"Tetap di kamar ini. Jangan pergi ke mana pun. Jangan bicara pada siapa pun. Jika aku kembali dan kau tidak ada di sini, atau jika kau mencoba sesuatu yang bodoh... kau tahu apa yang akan terjadi."

"...Ya, Tuan," bisiknya, suaranya mati.

Aku berjalan ke pintu, membukanya. Ayahku dan para tetua sudah pergi dari koridor. Mungkin mereka sedang mengadakan pertemuan darurat untuk membahas 'monster' yang baru saja mereka temukan.

'Bagus. Biarkan mereka berkeringat.'

Aku melangkah keluar.

"Dan satu hal lagi," kataku sebelum menutup pintu.

Dia menoleh sedikit, matanya yang mati menatapku.

"Cari sesuatu untuk membersihkan lantai," kataku sambil menunjuk ke tempat dia berlutut tadi. "Air matamu mengotori lantaiku."

Aku menutup pintu di depan wajahnya yang hancur, meninggalkan dia sendirian di dalam penjara barunya.

Waktunya untuk mengambil hadiahku yang lain.

'Sistem,' kataku dalam benakku sambil berjalan menyusuri koridor yang kini sunyi senyap. 'Tunjukkan lokasi [Founder's Vault].'

[Ding! Menjawab Host.]

[Lokasi 'Founder's Vault' terdeteksi. Lokasi: Di bawah panggung utama Arena Akbar Floating Cloud City. Tersembunyi di balik formasi ilusi. Diperlukan 'Founder's Vault Key' untuk membuka segel.]

Aku hampir tersenyum. 'Di bawah panggung utama, ya?'

Si pendiri tua itu benar-benar punya selera humor. Hadiah sejati dari Turnamen Akbar disembunyikan tepat di bawah kaki para kontestan yang saling membantai untuk memperebutkan gelar. Betapa ironisnya.

Aku melangkah keluar dari halaman pribadiku menuju gerbang utama kediaman. Pemandangannya sangat berbeda dari pagi hari sebelumnya. Para pelayan dan penjaga yang kulewati tidak lagi hanya menunduk. Mereka bersujud. Mereka berlutut, menempelkan dahi mereka ke lantai batu, gemetar, tidak berani bernapas terlalu keras saat aku lewat.

Kabar tentang Xiao Linyu yang mengenakan pakaian pelayan di kamarku pasti sudah menyebar seperti api. [Master's Gaze]-ku bahkan tidak perlu diaktifkan, reputasiku saja sudah cukup untuk menghancurkan nyali mereka.

'Ini baru namanya kekuasaan,' pikirku puas.

Aku tidak meminta kereta. Aku memutuskan untuk berjalan kaki. Aku ingin melihat kota yang baru saja kutaklukkan ini.

Saat aku melangkah keluar dari gerbang Klan Luo, jalanan di sekitarnya langsung menjadi sunyi. Orang-orang yang sedang berbisnis, anak-anak yang bermain, para pedagang... mereka semua membeku.

Lalu, seperti gelombang yang surut, mereka buru-buru menyingkir, membersihkan jalan untukku, banyak dari mereka yang menunduk atau lari ke gang-gang kecil.

Aku berjalan lurus menuju Arena Akbar. Tempat itu tampak seperti zona bencana. Gerbang utamanya ditutup dan dipalang. Beberapa penjaga Tuan Kota berdiri di depannya, tampak lelah dan tegang. Mereka jelas sedang membersihkan kekacauan dari hari kemarin terutama sisa-sisa mayat Wang Li.

Saat mereka melihatku mendekat, kapten penjaga itu langsung panik.

"Tu-Tuan Muda Luo!" sapanya tergagap, buru-buru memasang badan di depan gerbang. "Arena ditutup untuk pembersihan atas perintah Tuan Kota! Tidak ada yang diizinkan masuk!"

Aku tidak berhenti berjalan. Aku juga tidak berbicara.

Aku hanya menatapnya.

Tatapan dinginku, yang kini diperkuat oleh [Master's Gaze], menguncinya.

Kapten itu, seorang pria tegap yang mungkin veteran perang, tiba-tiba merasa seolah-olah seekor binatang iblis kuno sedang menatapnya. Kakinya mulai gemetar.

Keringat dingin sebesar biji jagung mengucur di pelipisnya. Dia merasa sulit bernapas. Dia mencoba mempertahankan posisinya, tetapi kehendaknya hancur di bawah tekananku.

"Aku adalah pemenang turnamen ini," kataku pelan, suaraku dingin. "Arena ini... dan semua yang ada di dalamnya... adalah milikku. Sekarang, minggir dari jalanku."

"Ta-tapi Tuan Kota..."

"Apa kau ingin bernasib sama seperti Wang Li?"

Pertanyaan sederhana itu mematahkan perlawanan terakhirnya.

"TIDAK! TIDAK, TUAN MUDA!" Dia buru-buru melompat ke samping dan membungkuk begitu dalam. "Si-silakan! Silakan masuk! Kami tidak melihat apa-apa!"

Dia buru-buru memerintahkan anak buahnya untuk membuka palang pintu untukku.

Aku berjalan melewati mereka tanpa sepatah kata pun. Arena raksasa itu kini kosong dan sunyi, terasa menyeramkan. Bau samar darah dan ketakutan masih menggantung di udara.

Aku berjalan lurus ke Panggung Utama, mengabaikan noda darah besar yang sudah digosok setengah bersih di Arena 17, dan noda darah yang lebih kecil di tempat Xiao Linyu menandatangani kontraknya.

Aku berdiri tepat di tengah panggung, di tempat Tuan Kota biasa berdiri.

'Sistem. Di mana tepatnya?'

[Tepat di bawah kakimu. Mundur tiga langkah. Geser lempengan batu ketujuh dari kiri.]

Aku mengikuti instruksi itu. Lempengan batu itu tampak sama seperti yang lain. Tapi saat aku mendorongnya dengan sedikit Demonic Qi, lempengan itu bergeser tanpa suara, memperlihatkan sebuah lubang persegi yang gelap. Di dasarnya, sebuah panel batu kecil bersinar redup, menampilkan sebuah lubang kunci kuno.

Aku melihat sekeliling. Para penjaga Tuan Kota pura-pura sibuk membersihkan tribun terjauh, tidak berani melirik ke arahku.

Aku berjongkok, mengeluarkan [Founder's Vault Key] dari inventorisku. Kunci perunggu itu terasa dingin saat disentuh.

Aku memasukkannya ke dalam lubang kunci.

KLIK.

1
ellyna munfasya
update lagi thorr
Xiào Hān ୧⍤⃝🍌
Pake POV 3 harusnya lebih rame sih ini novel.
I'M BLACK: Povnya campur ini btw 🤣
total 1 replies
Aryanti endah
Luar biasa
I'M BLACK: terimakasih kak
total 1 replies
VolChaser
mampir 🙏, wkwkwk sialan, the real anti-protagonis sekali 🤣
Xiào Hān ୧⍤⃝🍌
Jumkat berapa bang?
I'M BLACK: 1000 bab 1, lainnya lebih ada yang 1400, 1500, 1900
total 1 replies
Alnezro
seru
I'M BLACK: makasih 🙏
total 1 replies
Alnezro
mantap uppp lagi thor
Alnezro
Uppp
pembaca gabut
asik gue suka ini 😈
Alnezro
upppp
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!