Stella yang anak konglomerat hanya berpura-pura miskin di hadapan mertuanya. Dia menikah dengan Soni,yang merupakan karyawan swasta di sebuah bank ternama yang ternyata punya Stella sendiri. Tetapi Soni tidak tahu kalau bank itu milik mertuanya.
Semenjak Stella menikah dengan Soni,mertuanya mengira dia anak orang biasa. Dan di rumah dia di suruh kerja layaknya pembantu.
Kalau ada kesalahan sedikit dia di marahin dan di maki sama ibu mertuanya sendiri. Stella dan Soni sudah empat tahun menikah dan mempunyai putri yang sangat cantik. Sebenarnya Stella sudah capek hidup di rumah mertuanya seperti di neraka. Tetapi demi anak dia bertahan sampai akhirnya dia jenuh.
Akankah rumah tangga Soni dan Stella akan bertahan. Atau Stella memutuskan untuk bercerai dari Soni?
Ini hanya ringkasan cerita saja ya. Untuk selengkapnya silahkan di baca per bab nya ya. Terima Kasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LC, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23
Stella memesan tiket business class. Jadi dia duduk nomor dua dari depan. Setelah pesawat jalan,Stella melihat keluar jendela sebentar dan kebetulan cuaca lagi cerah. Setelah itu dia membaca majalah yang ada di pesawat sampai pesawat tiba di Palembang.
Setiba di Palembang,Stella naik taxi online menuju hotel yang sudah dia pesan melalui online.
Setiba di hotel,Stella menunjukkan handphonenya kepada resepsionis dan resepsionis hotel memberikan kunci kamar kepada Stella.
Stella masuk ke kamar hotel di antar karyawan hotel.
Stella melihat-lihat kamar hotelnya yang ternyata cukup besar dan bersih. Dia berbaring di kasur yang besar dan melihat langit-langit hotel sambil merenung.
Stella merasa jika dia menikah akan bahagia bersama suami dan anaknya. Ternyata dugaan dia salah. Ada ibu mertua yang tidak setuju pernikahan dia dan Soni. Dan selalu ikut campur dalam hubungan rumah tangga dia dan Soni.
Di saat asyik melamun,tiba-tiba handphonenya berbunyi.
Drtttd....drttt....
Stella mengangkat handphone tersebut. Dia melihat anaknya yang video call.
Celia
Hallo mama
Stella
Ternyata anak mama yang telepon. Lagi di mana nak.
Celia
Masih di apaltemen papa. Sebental lagi mau pelgi sama papa. Dan jemput kak Evan di toko kue ganma.
Stella
Mau ke mana sama papa dan kak Evan?
Celia
Mau ke mall main playgound dan Timezone sama kak Evan.
Stella
Baiklah nak. Selamat bersenang-senang.
Celia
Mama cudah campe Palembang ya.
Stella
Iya. Ini lagi di hotel. Papa mana,kok Celia sendiri di kamar?
Celia
Papa lagi mandi
Stella
Ya sudah. Mama tutup ya teleponnya. Mama mau telepon grandma dulu.
Celia
Ok mama. Bye
Stella
Bye sayang
Stella menutup telepon dari Celia. Setelah itu dia langsung telepon maminya.
Stella
Hallo ma.
Lucy
Iya nak. Kamu sudah sampe ya.
Stella
Sudah ma. Ini lagi di hotel. Oh ya mi,katanya Celia mau pergi sama papanya. Mau main di Playground sama Evan. Celia atau Soni ada telepon mami tidak?
Lucy
Iya ada. Tadi Soni minta ijin sama mami mau ajak Evan juga ke mall. Mereka juga mau main di Timezone.
Stella
Iya sudah. Tadi juga Celia ada telp Stella. Katanya dia mau diajak papanya ke mall sekalian jemput Evan.
Lucy
Kapan sidangnya?
Stella
Besok siang,mi.
Lucy
Ya sudah,kamu istirahat ya. Mami mau liat para koki di dapur.
Stella
Baiklah mi. Bye mi.
Lucy
Bye sayang.
Stella menutup telepon dari Lucy. Setelah itu dia masuk ke kamar mandi karena badannya sudah lengket.
Karena sudah siang sehabis mandi Stella makan siang di cafenya sendiri. Mumpung di Palembang,sekalian dia mengecek cafenya dan cafenya di pegang sama sahabatnya sendiri. Kebetulan sahabatnya dan Stella itu temanan dari SMA.
Sesampainya di cafe,dia langsung masuk dan bertanya di mana Ririn,sang manajer cafe.
"Maaf,apakah ada Ririn di dalam",tanya Stella.
"Ada mbak. Mbak naik saja ke atas dan di depan pintu ada tulisan manajer cafe",jawab sang kasir dengan ramah.
"Baiklah,terima kasih."
Stella langsung naik ke atas dan menemukan pintu yang di maksud kasir tadi.
Stella mengetuk pintu dan pintu terbuka.
Sahabatnya kaget ternyata Stella yang datang.
"Ya ampun Stella,kapan loe datang. Kenapa nggak kasih tau gue. Kalo gitu kan gue bisa jemput loe di bandara. Ayo masuk",Ririn yang bawel terus saja ngoceh tanpa henti.
Stella masuk ke ruangan Ririn dan duduk di sofa yang sudah di sediakan di ruangan.
"Gue baru dua jam yang lalu sampe Palembang. Gue ke sini kan menerima panggilan dari pengadilan. Sidang perdana."
"Sidang apa,kok gue nggak tahu?
"Sidang cerai gue sama Soni."
"What,nggak salah denger kan gue",Ririn begitu kaget mendengarnya.
"Nggak,loe nggak salah denger. Gue sama Soni sudah sepakat cerai. Justru dia yang suruh gue datang ke pengadilan sendiri biar urusannya cepat selesai."
"Soni kan di Palembang. Kenapa nggak dia saja yang datang ke pengadilan. Di banding harus loe bolak balik Jakarta - Palembang."
Ririn tahu kalau Stella pindah ke Jakarta. Stella berpamitan dengan Ririn melalui telepon. Tetapi Ririn tidak tahu kalau Stella mau bercerai dengan Soni. Ririn tahunya dia hanya pulang karena Stella kangen orang tuanya.
"Soni sudah pindah Jakarta. Kerja di Jakarta."
"What,aduh kok gue jadi pusing ya liat kehidupan loe."
"Ok,gue cerita tapi loe harus denger gue sampe selesai. Jangan motong pembicaraan gue. Ok. Tapi sebelumnya pesenin gue makan. Gue laper ini."
Akhirnya Ririn menelepon ke kasir dan memesan makanan buat Stella. Sambil menunggu makanan,akhirnya Stella menceritakan tentang kenapa dia bercerai sama Soni dan menceritakan sang mertua yang tidak menyetujui pernikahan mereka dan selalu ikut campur dalam kehidupan dia dan Soni.
Setelah Stella selesai bercerita baru Ririn mengomentari cerita Stella.
"Gila,itu mah sama aja.udah kayak di neraka klo tinggal sama mertua kayak gitu. Gue setuju Ama loe. Emang lebih baik bercerai daripada makan ati sama mertua. Lagian Soni juga nggak tegas sama makanya sendiri."
"Ya itu,setelah Soni mau dijodohkan sama makanya baru tegas. Sekarang melipir ke Jakarta. Dan sama Rico,Soni di pindah tugaskan ke Jakarta",Stella menanggapi ucapan Ririn.
"Nah,gue setuju sama Rico. Biar tahu rasa itu maknya Soni. Biar kasih sedikit pelajaran gimana kalo tidak ada Soni. Lagian mau di jodohin sama Tante menor. Mana masuk itu cewek sama Soni. Mana mau Soni sama Tante menor."
Nah Loch Ririn kalo sudah menghujat orang pasti senangnya minta ampun. Bagi Ririn jika ada pelakor atau ada yang ganggu langsung mulutnya gatel seakan dia kayak netizen maha benar. 😃😃
"Emangnya kamu tahu siapa itu Gaby",tanya Stella.
"Nggak tahu. Kan gue denger dari cerita loe doank. Kalo yang namanya pelakor itu udah pasti menor dan kegatelan alias ganjen",sahut Ririn dengan menggebu-gebu.
Di saat mereka sedang bercerita tiba-tiba ada yang mengetuk pintu.
Tok..tok..
"Masuk",sahut Ririn dari dalam.
Pelayan masuk dan membawa makanan buat Stella dan Ririn. Karena Ririn akan menemani Stella makan.
Pelayan menaruh makanan di meja. Setelah itu dia keluar dari ruangan Ririn.
"Yuk makan dulu. Nanti lagi lanjut ceritanya",ajak Ririn.
Mereka berdua makan dengan nikmat sambil bercerita ringan.
"Loe sekarang masih ngekos atau tinggal di rumah susun?"
"Enak aja di rumah susun. Ya gue sekarang tinggal di rumah sendiri. Beli rumah gue. Biarpun kecil setidaknya puas tinggal di rumah sendiri."
"Ya baguslah. Walaupun bertahun-tahun kerja sama gue setidaknya bisa lah terbeli rumah."
"Ya dong. Kan gaji yang loe kasih lumayan gede. Dan juga gue nggak ada tanggungan. Nyokap bokap gue bukan orang miskin-miskin amat. Walaupun bokap nyokap gue sudah pensiun setidaknya anak-anaknya sekarang sudah kerja. Dan sekarang anak-anaknya yang tanggung buat orang tua."
Stella memberi jempol kepada Ririn.
Ayah Ririn bekerja di pemerintahan. Sedangkan ibu Ririn seorang guru negeri. Dan keduanya sudah pensiun. Walaupun ibu Ririn guru negeri tetapi anak-anak mereka di sekolahkan di sekolah swasta.
