NovelToon NovelToon
Nuha Istri Tersayang

Nuha Istri Tersayang

Status: sedang berlangsung
Genre:Obsesi / Identitas Tersembunyi / Pelakor / Romansa / Cintapertama / Mengubah Takdir
Popularitas:11.7k
Nilai: 5
Nama Author: Umi Nurhuda

Menikah? Yeah!
Berumah tangga? Nanti dulu.

Begitulah kisah Inara Nuha (21 tahun) dan Rui Naru (25 tahun). Setelah malam pertama pernikahan mereka, kedatangan Soora Naomi mengguncang segalanya. Menghancurkan ketenangan dan kepercayaan di hati Nuha.

Amarah dan luka yang tak tertahankan membuat gadis itu mengalami amnesia selektif. Ia melupakan segalanya tentang Naru dan Naomi.

Nama, kenangan, bahkan rasa cinta yang dulu begitu kuat semuanya lenyap, tersapu bersama rasa sakit yang mendalam.

Kini, Nuha berjuang menata hidupnya kembali, mengejar studi dan impiannya. Sementara Naru, di sisi ia harus memperjuangkan cintanya kembali, ia harus bekerja keras membangun istana surga impikan meski sang ratu telah melupakan dirinya.

Mampukah cinta yang patah itu bertaut kembali?
Ataukah takdir justru membawa mereka ke arah yang tak pernah terbayangkan?

Ikuti kisah penuh romansa, luka, dan penuh intrik ini bersama-sama 🤗😘

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Umi Nurhuda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

23 Naru meminta izin

Naru meminta izin kepada Kanaya untuk menemui Kakek Darmawan di ruangannya. Saat itulah, Sari tiba-tiba menarik lengan Kanaya dengan kasar, menyeretnya ke sudut lorong rumah sakit yang sepi dan jauh dari pandangan orang.

Sari menatap tajam, “Gue butuh uang.”

Kanaya spontan menatapnya, kaget. “Uang? Buat apa Sari? Aku selalu siap jadi ATM berjalanmu, tapi enggak kalo kamu meminta langsung.” Gadis itu selalu bersedia diperas tapi tak mau dikorupsi.

Sari mendecak keras. “Beberapa hari kedepan lo nggak bakal bisa kemana-mana, kan? Siapa juga yang bakal jagain kakek lo kalau bukan lo sendiri? Jadi, sekarang gue butuh uang buat healing sendiri. Gue mau jalan, mau ke vila, minum-minum bahkan keluar negeri!”

“Nggak. Gue nggak bisa--”

“Gue nggak mau tau!” potong Sari cepat, suaranya meninggi. “Duit lo selalu ngalir kayak air. Peternakan sapi milik kakek lo aja omzetnya miliaran per bulan! Ribuan ekor sapi di Indonesia, bahkan punya peternakan besar di Selandia Baru! Masa lo nggak mau berbagi uang dengan gue?”

Kanaya tercekat.

Ia sadar hanya dirinya yang selalu ada untuk sang kakek. Tumbuh di keluarga yang berantakan. Ayahnya suka mabuk-mabukan, ibunya sibuk menghambur-hamburkan uang dan mencari kesenangan sendiri. Dan, sekarang cuma Kanaya yang tersisa.

Dalam sunyi seperti itu, Sari hadir. Awalnya membawa tawa, lalu perlahan mengambil kendali. Hingga kini, Kanaya terbiasa menurut, bukan karena tidak tahu benar dan salah, tapi karena tidak punya kekuatan untuk menanggung akibat dari perlawanan. Ia terlalu baik untuk membenci, terlalu lembut untuk melawan, dan terlalu takut untuk kehilangan.

Sari menyeringai, “Kalo lo nggak nurutin gue, gue bakal suruh bokap nyokap gue buat ngkhianatin kakek lo. Dan gue sebar tentang keluarga lo yang berantakan. Mau, hah?” Kata-katanya dilontarkan sengaja dipakai sebagai alat ancaman. Karena nyatanya orang tua Sari memang termasuk kepercayaan kakek, punya pengaruh besar dalam bisnis peternakan itu.

“Sari, tolong… jangan gitu. Kakek lagi sakit dan aku butuh seseorang yang bisa dukung aku. Aku cuma punya kamu, Sari.”

Plak! Tamparan keras mendarat di pipi Kanaya. “Jangan banyak ngomong!” bentak Sari. “Cepet kasih gue duitnya. Gue males ngancem dua kali.”

Kanaya memegangi pipinya yang panas, matanya berair. “Aku nggak bisa-- AAWW!!!” ia menjerit saat rambutnya ditarik kasar.

“Jangan banyak alasan!” Sari memelototinya, tangan masih mencengkeram. “Cepet kasih gue duitnya sekarang juga sebelum gue--”

“Permisi.”

Suara bariton tenang itu memotong tajam kalimat Sari. Dokter Dilan berdiri di ujung lorong, jas putihnya rapi, stetoskop melingkar di leher. Tatapannya teduh, tapi dingin seperti bisa membaca isi kepala orang yang ditatapnya.

“Menarik rambut orang lain di depan ruang ICU?” katanya pelan. “Menarik sekali caramu menunjukkan kasih sayang, ya.” Nada suaranya bukan marah, tapi penuh sindiran halus yang menusuk.

“D-dok, kami cuma bercanda.”

“Bercanda?” Dilan menatapnya lama, nyaris tanpa ekspresi. “Saya sudah menangani cukup banyak pasien yang bilang ‘cuma bercanda’ setelah memukul atau menyakiti orang lain. Biasanya, mereka memang tidak paham arti kata ‘batas’.”

Ia mengalihkan pandangan ke Kanaya yang masih memegangi kepalanya. “Kamu nggak apa-apa?” suaranya berubah lembut, penuh empati.

Kanaya menggeleng pelan.

Dilan menatap kembali ke arah Sari, lalu mencondongkan tubuh sedikit tidak untuk menakut-nakuti, tapi untuk memastikan setiap katanya menancap sempurna. “Anak muda, kalau kamu punya masalah dengan seseorang, kamu bisa bicara baik-baik. Tapi kalau kamu menikmati rasa takut orang lain, itu bukan masalah dengan dia. Itu masalah dengan dirimu.”

Sari terdiam, wajahnya merah.

Dilan menegakkan tubuh, suaranya kembali datar. “Silakan keluar dari area ini. Dan jangan kembali sebelum kamu belajar menenangkan diri. Saya tidak ingin pasien atau keluarga pasien merasa rumah sakit ini tempat yang berisik.”

Sari tak berani menatapnya lagi.

Sementara itu, Nuha sampai di kediaman rumah besar Bunda Maya. Langkah kaki Nuha terasa berat begitu menapaki halaman rumah besar milik keluarga Naru. Ya, bukan milik Naru.

Kalau orang bilang Naru itu orang kaya…

Yah, benar, tapi setengahnya saja. Yang kaya adalah keluarganya, turunan dari kakeknya yang punya banyak aset dan nama besar. Sedangkan Naru sendiri sedang berjuang dari nol, membangun jalannya sendiri dengan bantuan modal dari sang kakek dan ibunda.

Lucunya,

Sejak SD Naru sudah rajin menabung. Uang hasil beasiswa, hadiah olimpiade matematika, sampai kompetisi sains disimpannya dengan disiplin luar biasa. Tapi ya begitulah Naru...

Semua tabungan hasil jerih payahnya itu akhirnya dihambur-hamburkan untuk Nuha. Beli, beli, beli apapun buat Nuha. Cinta Naru itu memang unik. Kalau orang bilang cinta itu buta, Naru lebih cocok disebut cinta yang ugal-ugalan. Hemat untuk dunia, boros untuk Nuha.

Nuha menarik napas panjang, pundaknya sedikit turun karena lelah. “Ya Tuhan, aku cuma pengen tidur…” gumamnya lirih, lalu menambahkan dengan nada sarkastik yang khas,

“Butuh diselimutin uang, mimpi jadi miliarder, terus bangun pagi udah jadi penakluk dunia.”

Langkahnya terhuyung kecil, ingin rasanya langsung rebahan di kamar. Tapi--

“Nuha.”

Sebuah suara menggema, dingin dan tinggi nada.

Nuha menoleh.

Di ujung ruangan berdiri Naomi dengan ekspresi yang sulit ditebak antara sinis, angkuh, dan penuh sesuatu yang disembunyikan. Kedua tangannya bertumpu di pinggang, “Wah, aku pikir kamu udah nggak betah di rumah sebesar ini.”

Nuha menoleh perlahan.

Perut Naomi yang membuncit tidak menutupi lekuk tubuhnya yang masih tampak anggun. Bahkan, dengan percaya diri, ia menatap Nuha dari ujung kepala sampai kaki.

“Oh ya ampun, kamu tuh ya… anak kuliahan banget gayanya. Kemeja, jrok, sepatu polos. Kutubuku banget, ih. Nggak heran Naru bosen.”

Nuha diam.

Pandangannya datar, suaranya dalam hati berkata, “Berisik. Manusia ini berisik sekali.”

Naomi menyisir rambutnya dengan jari, lalu tersenyum puas melihat reaksi datar Nuha. “Lihat, bahkan kamu nggak bisa marah. Aku sih pantes hamil.” Tangannya menyentuh lembut perutnya. “Masih langsing kan? Katanya bumil biasanya bengkak, tapi aku tetap cantik. Naru pasti lebih bahagia lihat aku kayak gini.”

Nuha terdiam lagi.

Matanya menunduk, tapi hatinya mulai panas. “Naru, Naru, Naru lagi!! Kenapa semua orang senang bicara tentang dia?! Dan cewek ini menyebar racun lewat senyum dan kata manis yang menusuk! Kenapa nggak bisa diam sebentar saja, hah?!”

Naomi melangkah lebih dekat, berbisik di telinganya,

“Kasihan ya kamu, masih muda, cantik sih… tapi nggak punya apa-apa. Aku yang punya segalanya. Suami, anak, dan cinta.”

Nuha mendongak, menatap mata Naomi lurus tanpa gentar. “Kamu ini siapa? Aku aja nggak kenal kamu. Sok-sokan hamil karena Naru,” ujarnya polos akibat ulah amnesia selektifnya.

Naomi tersentak, tapi hanya sebentar. Ia malah tertawa meremehkan. “Oh? Jadi kamu lupa, ya? Lucu juga. Tapi ingat baik-baik... bayi ini darah daging Naru. Sementara kamu, entah siapa di antara kita yang cuma numpang nama.”

Alih-alih marah, Nuha malah terkekeh. Tawanya hambar, nyaris seperti orang yang terlalu lelah untuk peduli. “Hamil? Karena Naru?” ia mengulang, seolah tak percaya. “Haha… Naru aja yang sering nyentuh aku belum tentu bisa bikin aku hamil. Kamu malah ngaku-ngaku? Aduh, lucu banget.”

“A-- apa?!” Naomi terperanjat, wajahnya menegang. Tak menyangka Nuha bisa menanggapinya segitu santainya.

Ia menaikkan nada bicaranya, bergetar di ujung amarah. Kata-katanya jadi tajam seperti pisau. “Kamu itu harus tahu diri, Nuha! Di rumah ini, aku yang lebih pantas jadi menantu keluarga Hartono! Kamu tuh… cuma gangguan!”

Dan di detik berikutnya--

PLAK!

Naomi membeku, saat tamparan itu mendarat di pipinya, matanya membulat. Suara tamparan itu sampai membuat udara langsung berhenti.

Nuha menatapnya tajam, “Bisa diam nggak?!” ucapnya sedikit terengah.

Lelah menahan dunia yang terlalu bising untuk hati yang hanya ingin sedikit tenang. "Akhirnya aku bisa lampiasin semua emosi lewat wanita ini. Puas aku. Puas," batinnya geram.

“Cewek sialan!! Akan kubalas kau!!” Mata Naomi membara, tangan kanannya terangkat tinggi, siap melayang ke pipi Nuha.

Namun sebelum tamparan itu sempat mendarat, suara lantang memotong udara. “Naomi! Apa yang kamu lakukan?!” Tangan Bunda menahan pergelangan Naomi dengan cepat. Tatapannya tajam, penuh amarah tertahan.

Naomi tertegun, lidahnya kelu. “Bi-- bi… aku--”

“Diam!” bentak Bunda, lalu meraih bahu Nuha dan menuntunnya perlahan. “Ayo, Sayang, ikut Bunda.” Sentuhannya lembut.

Sebelum pergi, Bunda menoleh lagi ke arah Naomi, pandangannya tajam seperti pisau dingin. Tapi nada suaranya tegas, jelas siapa yang berkuasa di ruangan itu.

“Sekali lagi Bibi lihat kamu semena-mena sama mantu Bibi,” suaranya turun satu oktaf, mengandung ancaman dingin, “Bibi nggak akan segan-segan ngeluarin kamu dari rumah ini. Anak sahabat Bibi sekalipun, bukan alasan buat bersikap seenaknya!”

.

.

.

. ~Bersambung...

1
Fing Fong
Gaun beludru merah marun itu jatuh lembut di bahunya, seakan ingin menutupi dosa yang berkilau di balik mutiara di lehernya. 👍
Fing Fong
Andai Naru ada di sini…
Fing Fong
ini kalimat indah banget, jangan ubah!
Fing Fong
Hah, serius dia mau selingkuh? 😨
Fing Fong: “Terpaksa aku harus cari wanita lain buat nemenin aku tidur malam ini.” katanya dengan nada sarkas. WKWKWK 🤣🤣
total 1 replies
Fing Fong
frustrasi tapi masih gemas itu chef’s kiss! 😆
Fing Fong: relatable and gold line! 👍
total 1 replies
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
Rudi, soora, naomi. licik. dilan?
kanaya tau kebusukan suami & sahabatnya, gak ya?
Miu Nuha.: Kanaya disini masih single kak 😝
total 1 replies
Destira Chan
Naomi, girl... take a seat !!! 😤kamu nggak lebih dari side character yang lagi overconfident.
Destira Chan
Nak Nuha, sabar ya, emak di belakangmu! Jangan kalah sama drama keluarga mertua, kau masih ratu di cerita ini!! 😍😍
Destira Chan
😱 Itu beneran atau cuma akal bulus aja, hah?? Kalo bener, emak sumpah bakal lempar sandal ke Naru !!!
Destira Chan
Naomi sama Mamiya 😤 Nih cocok jadi duo sinetron jam 8 malam. licik, pengen banget lempar sambel terasi biar sadar diri 😭🔥
Destira Chan
MASYAALLAH 😭💪
itu baru emak singa betina yang classy banget!! Bicaranya lembut, tapi nancep kayak belati dari sutra.
“Aku ada bersama mereka.”
langsung pengen slow clap di meja makan
👏👏👏
Destira Chan
Nuha nih strong banget 😭.
Pas diserang dari segala penjuru masih bisa bilang “Aku percaya sama Naru.” Uuuuhh, emak langsung pengen peluk dia sambil bilang, “Nak, sabar ya… dunia emang keras, tapi jangan kasih Naomi menang!” 😤😤😤
Destira Chan
WELADALAH KIRAIN 😑
Destira Chan
LAH NAK, ITU BUKAN SOLUSI, ITU TIKET MENUJU NERAKA EMOSI!! 😭🙄😤
Peter_33
pengen nyakar Naomi 😤
Peter_33
itu line paling powerful !!
chill naik sampe ubun-ubun, sumpah 🔥😱
Peter_33
😭😭😭 plss dia jahat banget.
Peter_33
OMG Nuha sendirian 😭
Peter_33
ihh lucu bngttt 😍😍
Ame Ricka
❤️‍🔥 LOVE MEMBARA BUNDAAA!!!
“She said: don’t mess with my daughter-in-law,, mother-in-law supremacy era!!! 👊👊👊
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!