Xeena Restitalya, hidupnya selalu tidak menyenangkan setelah ibunya meningal. Ayahnya tak pernah peduli dengannya setelah memiliki istri dan juga anak lelaki.
Xeena harus berjuang sendiri untuk hidupnya. Diusianya yang sudah 25 tahun, dia bersyukur masih diberi kesempatan bekerja di tengah sulitnya mencari pekerjaan.
Tapi siapa sangka, bos di tempat kerjanya yang baru itu begitu terobsesi kepadanya.
"Tetaplah di sisiku, kemanapun kau pergi, aku tetap akan bisa menemukanmu, Xeena."
Jeremy Suryoprojo atau Jeremy Wang, dia merupakan bos Xeena.
Pria yang selalu acuh terhadap orang lain itu tiba-tiba tertarik kepada Xeena.
Xeena yang hanya ingin hidup dengan tenang kini malah berurusan dengan bos obsesif sekaligus ketua Geng Wang.
Lalu bagaimana kehidupan Xeena setelah bertemu dengan Jeremy?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tawanan Cinta 23
"Kok kayak ada yang ngganjel ya. Semoga cuman perasanku aja."
Erlan berbalik, dia masuk ke rumah setelah Jeremy benar-benar sudah tidak terlihat lagi.
Ada perasaan tidak enak yang tiba-tiba masuk ke dalam hatinya. Tapi dia menggelengkan kepalanya dengan cepat dan mengusir firasat-firasat kurang baik itu.
Tap tap tap
"Lho Mas, mana Jeremy?"
Yasmin yang baru saja keluar kamar sedikit celingukan. Dia mencari kembarannya itu namun sama sekali tidak terlihat.
Cup!
Bukannya menjawab, Erlan malah melabuhkan kecupan di bibir sang istri.
"Mas."
"Hahaha iya-iya. Dia udah pulang, ada yang mau diurus jarene(katanya)."
Yasmin hanya menganggukkan kepala. Dia tahu kalau saudara kembarnya itu adalah pria yang sangat sibuk. Jadi Yasmin maklum saja.
"Yowes kalau gitu. Aku ke kamar Rose dulu yo, Mas."
Sreeet
Erlan menarik pinggan Yasmin dan membawa ke dalam pelukannya. Dia menghirup aroma Yasmin kuat-kuat.
"Aku kangen sama kamu, sayang."
Yasmin tersenyum. Kalimat itu tentu sudah dipahami oleh Yasmin. Ia pun menggandeng tangan suaminya lalu membawanya ke kamar.
"Aku punya waktu, tapi dikit. Sebelum Rose bangun."
"Ohooo, aman. Gasss."
Lampu hijau sudah di dapat, Erlan langsung 'menyerang' istrinya. Dan mereka pun bertukar peluh di hari yang masih panas itu.
Sedangkan Jeremy, dari Omah Putih dia kembali ke SJ Grup. Bagaimana pun ada pekerjaan yang harus diselesaikannya.
Namun, ada sesuatu yang saat ini mengganggu pikirannya. Di belakang mobilnya, ada sebuah motor yang sedikit mencurigakan. Motor itu memang tidak mengikuti Jeremy ketika keluar dari kediaman Erlan. Tapi yang jelas, motor itu memang mengikutinya.
"Sopo kui (siapa itu)?" gumam Jeremy. Dia meliat dari kaca spion.
Motor tersebut hanya satu, tapi ada dua orang yang menaikinya. Keduanya mengenakan pakaian biasa saja layaknya orang bepergian. Hanya saja Jeremy tidak bisa melihat wajah mereka karena keduanya menggunakan helm full face.
Sreeet
Jeremy mengarahkan mobilnya ke jalan ring root. Dia mencoba mencari tahu, apakah motor itu benar mengikutinya atau tidak.
Dan ternyata memang iya. Motor itu mengikutinya.
Jeremy lalu mencari jalan yang sedikit sepi. Sebuah perumahan yang dia pilih. Itu cukup aman untuk mencari tahu apa yang dua orang itu inginkan.
Akan tetapi, mereka tidak melakukan apapun. Padahal Jeremy sudah berputar-putar di sana.
"Hmmm, kayaknya aku tahu,"ucapnya.
Jeremy lalu keluar dari komplek perumahan itu dan kembali ke jalan raya. Dia kembali melajukan mobilnya, dan dugaannya benar.
Duugh
Sraaash
Motor itu menyerangnya ketika di jalan raya. Mobil Jeremy di tabrak, kaca mobilnya di pukul dengan benda tajam dan kaca spionnya juga dihancurkan.
Bruuum
Setelah melakukan itu, motor tersebut melaju dengan sangat cepat. Tapi Jeremy tidak ada niatan untuk mengejarnya.
"Kayaknya ini bagian dari rencana orang itu. Tapi kiro-kiro sopo yo (siapa ya). Deknen (dia) bener-bener ngincer orang disekitar Erlan. Aku kudu perkuat penjagaan di Lemah Joglo juga. Papi sama Ibu mungkin bakalan diincer juga."
Awalnya ia ingin lansung ke marka suntuk membicarakan ini dengan Paijo. Tapi Jeremy urung dan memilih kembali ke SJ Grup. Dia kembali dengan kondisi mobil yang sedikit rusak tentunya.
Ckiiit
Jeremy memarkirkan mobilnya. Dia lalu turun dari mobil dan melihat keadaan mobilnya yang sangat tidak bagus itu.
"Heleh, kudu dibawa ke bengkel ini. Ck, sialan!" umpat Jeremy. Dia kesal juga rupanya dengan tampilan mobilnya itu.
Tap tap tap
"Eh itu kan Xeena, dari mana dia?"
Jeremy berjalan dengan cepat ketika melihat Xeena. Gadis itu baru dari luar gedung. Ia penasaran dengan apa yang baru saja dikerjakannya.
Awalnya Jeremy ingin bertanya kepada Maman, tapi mungkin lebih baik dia bertanya langsung pada orang yang bersangkutan saja.
Tap!
"Xeen?"
Jeremy memanggil Xeena sambil menepuk bahu gadis itu.
"Oh Pak Jer. Ada apa?" Xeena menjawab panggilan Jeremy sambil menghentikan langkahnya.
Tring
Sreeet
Pintu lift terbuka, Jeremy menarik tangan Xeena dan membawanya masuk ke sana. Dia menatap tajam ke arah karyawannya yang lain yang juga ingin menggunakan lift.
Tentu saja mereka langsung menciut dan memilih tidak masuk ke sana. Lebih baik menunggu lift yang berikutnya dari pada harus berada di lift yang sama dengan big boss.
"Kamu dari mana?"ekspresi wajah Jeremy bisa langsung berbeda ketika berbicara di depan Xeena. Dia yang dikenal hanya memiliki satu ekspresi itu, teryata bisa menunjukkan ekspresi yang lain di depan Xeena.
Sebenarnya bukan hanya kali ini. Akan tetapi sudah sejak bertemu dengan Xeena dia menunjukkan dirinya yang sama ketika berhadapan dengan keluarganya.
"Oh ini, habis beli makanan, Pak. Titipan Bu Olive dan Pak Boni. Eeeh."
Degh
Jeremy terkejut saat Xeena hendak menyentuh wajahnya. Pun dengan Xeena sendiri, dia menarik mundur tangannya itu.
"Ma-maaf Pak, kalau saya lancang. Hanya saja, itu di pipi Bapak ada darah. Bapak terluka?"
Ya?
Jeremy melihat pantulan dirinya di dinding lift. Dan teryata memang ada darah di sana. Agaknya mungkin dia kena pecahan kaca mobil. Tapi sama sekali itu tidak terasa sakit baginya.
"Aduuuh, kok sakit ya."
"Apa dari tadi Pak Jeremy tidak merasakan sakitnya?"
Jeremy menggelengkan kepala. Dia memang sama sekali tidak merasa sakit. Luka sekecil itu baginya tentu bukan apa-apa.
"Iya, aku ndak ngrasa. Pas kamu kasih tahu baru sakitnya terasa."
Bohong, tentu saja itu adalah kebohongan yang besar. Sampai detik ini pun luka itu tidak ada rasanya bagi dirinya. Namun melihat tatapan Xeena yang khawatir membuatnya merasa senang dan dia akan berakting untuk mendapat perhatian dari gadis itu.
"Kamu mau bantu ngobatin ndak, Xeen?" Jeremy sengaja bertanya demikian, dia ingin membuat Xeena menyentuh wajahnya.
Sedangkan Xeena, gadis itu terdiam sejenak. Dia tidak mungkin menolak permintaan bos besar. Alhasil dia mengangguk dengan cepat.
Yes!!
Jeremy bersorak dalam hati. Dia berhasil mendapat sentuhan perhatian dari Xeena kembali.
Saat ini situasinya benar-benar seperti seekor kelinci yang masuk ke dalam perangkap serigala. Jeremy tersenyum dengan sangat lebarnya karena berhasil membuat dirinya dekat dengan Xeena.
"Aku ini kenapa to sebenernya?" Jeremy bertanya pada dirinya sendiri. Di dalam lift itu, bahkan dia sama sekali tidak bisa mengalihkan pandangannya dari Xeena.
"Xeen, apa kamu bisa lihat seberapa parah luka ku?"
Sreeet
Jeremy menundukkan tubuhnya yang tinggi hingga wajahnya tepat berada di depan wajah Xeena.
Hal tersebut membuat Xeena sesaat terkejut. Tapi dia berhasil bersikap tenang. Ia pun fokus dengan luka yang ada di pipi Jeremy.
"Tidak parah kok, Pak. Kayak luka gores. Tapi tetep harus diobati,"jawab Xeena.
"Begitu ya, tolong ya."
TBC
santai wae
kok medok bangett