Devan Ganendra pergi dari rumah, karena iri dengan saudara kembarnya yang menikah dengan Dara. Karena dia juga menyukai Dara yang cantik.
Ia pergi jauh ke Jogja untuk sekedar menghilangkan penat di rumah budhe Watik.
Namun dalam perjalanan ia kecelakaan dan harus menikahi seorang wanita bernama Ceisya Lafatunnisa atau biasa dipanggil Nisa
Nisa seorang janda tanpa anak. Ia bercerai mati sebelum malam pertama.
Lika-liku kehidupan Devan di uji. Ia harus jadi kuli bangunan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari bersama Nisa.
Bagaimana penyelesaian hubungan keluarga dengan mantan suaminya yang telah meninggal?
Atau bagaimana Devan memperjuangkan Nisa?
Lalu apakah Devan menerima dengan ikhlas kehadiran Dara sebagai iparnya?
ikuti kisah Devan Ganendra
cusss...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon si ciprut, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Realistis Saja!
"Iya, aku yang minta maaf banget!, maaf ya, Hasan, Jannah!" Ucap Bu Trimah yang datang ke tempat mas Hasan.
Ia meminta maaf atas perlakuan Wondo yang membuat pak Sabar masuk rumah sakit dan kritis.
"Yo katanya Bu Trimah ga ada hubungannya sama Wondo. Lha kok malah yang minta maaf Bu Trimah to?, harusnya tuh Bu Sumarni itu. Bukan njenengan!" Sahut Mas Hasan yang sudah pulang bersama Devan.
"Iya ya!" Sahut Mbak Jannah menimpali.
"Aku itu merasa mereka masih keluargaku. Meski mereka telah menyingkirkan ku dan Wildan. Bahkan Wildan sendiri sekarang begitu to!" Ucap Bu Trimah sambil menunduk sedih.
"Keluarga kok semena-mena!, Bu Trimah juga sampai engga keurus gitu kok!" Cetus mas Hasan sambil melihat keadaan Bu Trimah yang badannya kurus.
"Sing semena-mena Yo sopo!, orang tiap hari juga di urusin. Lha ngapain bu'e disini?, pulang!" Ucap seorang wanita, salah satu anak tiri Bu Trimah, bernama Winda.
"Nyatanya yo begitu to mbak Winda!, lihat saja tuh ibumu itu!" Sahut mbak Jannah menimpali perkataan Winda. Salah satu anak pak Sugondo.
"Halah!, kamu apa-apaan! mau ikut campur!, Pulang buk!" tangan Winda menunjuk-nunjuk ke arah mbak Jannah, sementara tangan satunya berkacak pinggang.
Nisa pulang dengan motor barunya, kemudian melihat keramaian di depan rumah mas Hasan.
"Oh ini!, mantan emak tiri. Sudah bisa beli motor baru!, sekarang sombong ya!, orang miskin pakai beli motor baru segala. Lha wong suaminya cuma kuli bangunan begitu kok!, bergaya!"
Suara Winda membuat Nisa merasa geram.
"Emang aku miskin mbak!, tapi aku bisa beli mulutmu yang sombong itu!, ga tahu diri emang!" Sahut Nisa dengan ketus.
Devan hanya menyimak, setiap kata dan ucapan yang keluar dari Winda, serta keluarga istrinya itu.
"Hilih!, mau beli pakai apaan?, pakai tem***k mu kui?, di jual sono kalau laku!" Ucapnya Winda semakin menjadi.
"Bukane sampeyan sik ngono kui mbak?" Sahut Nisa dengan lirikan yang tajam. "ini sampai sini memangnya belum ada langganan!" Ketus Nisa.
"Setaannn...!!, buk mulih!!"
Winda menyeret Bu Trimah dari rumah mas Hasan. Keduanya bergegas masuk ke dalam mobil warna merah. Kemudian berlalu meninggalkan tempat itu.
Mbak Jannah tertawa melihat Winda yang pergi karena malu di skakmat oleh Nisa kali ini.
Yah memang banyak orang tahu, jika Winda menjadi salah satu germo di salah satu kota terdekat sini. Makanya Wondo sering berlangganan disana.
Namun semenjak Wondo hilang dan kini masuk rumah sakit, Winda mencari-cari pelanggan yang biasanya di ajak Wondo.
Wondo menjadi perantara pelanggan dan mendapatkan bonus dari Winda. Dan Winda memberikan salah satu anak buahnya kepada Wondo.
Bahkan kadang Wondo juga menikmati tubuh Winda itu.
Lhah, ada aja itu orang!, saudara sendiri juga di sikat.
"Wes ga usah di denger omongan Winda!" Ucap Mas Hasan sambil masuk ke dalam rumah.
"Beli baru Nis?" tanya mbak Jannah kepada Nisa mengenai motor baru yang ia bawa.
"Iya, boleh kan mas?"
"Kan udah aku bilang!, pakai aja!" Sahut Devan.
"Beli motor baru aja udah ada yang kesetanan. Apalagi beli mobil?" Celetuk Mbak Jannah yang kemudian ikut masuk ke dalam, mengikuti suaminya.
"Makasih ya mas!" ucap Nisa kepada Devan.
"Hadiahnya entar malam!" Bisik Devan di telinga Nisa.
aduhh..!!
Nisa mencubit Devan, "Apa sih mas!, engga pakai hadiah-hadiahan. Aku juga mau kok!" Sahut Nisa.
Keduanya saling mengedipkan mata, bibirnya mengulum senyum.
"Woy masuk!, romantis-romantisannya entar di kamar!!"
Mbak Jannah nyembul dari balik pintu, melihat pasangan muda yang saling kasih kode tersebut, kemudian berteriak kepada keduanya.
Nisa kaget sampai berjingkat karenanya, tanpa sengaja mencium bibir Devan.
"Oalah!, Maghrib!" Teriak mbak Jannah kembali.
Nisa justru tertawa karena ulah mbak Jannah itu.
"Ganggu aja mbak!" Ucapnya, kemudian menarik Devan masuk ke dalam rumah.
"Cieeehhh, Nisa wes ngebet banget!, mandi dulu!, jangan langsung tangkring-tangkringan!" Ucap mbak Jannah.
"Ini mau mandi mbak!, mandi bareng yuk mas!" Goda Nisa membuat mbak Jannah melotot.
"Kurang kerjaan!" Sahut mbak Jannah.
"weeekkk....!!"
Nisa kabur masih menarik tangan suaminya masuk ke dalam kamar.
"Ada aja ini anak!" Ucapnya, kemudian berlalu menuju dapur.
"Syukur Alhamdulillah, jika Nisa sekarang sudah nyaman sama Evan. Semoga kamu selalu di lindungi Allah, Nisa!" Ucap doa mbak Jannah ketika sampai di dapur.
"Amin!" Sahut mas Hasan yang baru keluar dari kamar mandi.
"Udah mas?" Tanya mbak Jannah kepada suaminya.
"Sudah, itu yang mau mandi siapa sekarang?"
"Nisa apa Devan tuh ga tahu. Apa jadi mau bareng!"
"Aeng-aeng Bae!" sahut mas Hasan kemudian berlalu untuk berganti baju.
Mas Hasan pun memanggil Nisa untuk bergantian mandi. Sebab kamar mandi hanya satu saat ini, tidak mungkin berbarengan kan?.
Nisa pun bergegas mandi, kemudian bergantian dengan Devan. Apalagi sebentar lagi maghrib, saling ber-kejar dengan waktu.
.
.
Malam harinya,Devan dan Nisa berduaan di kamar. Devan sedang mengecek laporan pekerjaannya.
"Itu laporan apa mas?" tanya Nisa kemudian mulai mendekati Devan.
"Pekerjaan yang di Jakarta!" Sahut Devan.
"Mas engga kesana?"
"Engga!, dari sini kan bisa, Nis!" Sahut Devan.
"Padahal aku mau ikut ke tempat bunda!" Sahut Nisa tampak sedih. Devan kemudian merangkul Nisa.
"Nanti ya!, kita pasti kesana!" Ucap Devan kemudian mencium kening Nisa.
"Bener lho mas!"
"Iya sayang!"
"ciehhh! udah pakai sayang segala!" Nisa tampak malu, jika di panggil seperti itu. Entah karena belum terbiasa atau memang belum pernah punya kekasih.
Devan tidak mempermasalahkannya. Sebab saat ini Nisa sudah sepenuhnya milik Devan.
Hanya saja Devan memang belum mengungkapkan kata yang mungkin kebanyakan orang di tunggu. Yaitu kata cinta yang keluar dari bibir Devan untuk Nisa. Nisa sangat mengharapkan itu.
Mungkin memang tidak mudah bagi lelaki seperti Devan. Karena memang berbeda dari kebanyakan lelaki yang suka mengobral kata cinta, hanya demi kepuasan nafsu semata.
Devan lebih mendalami perannya sebagai seorang lelaki yang penuh perhatian dan kasih sayang dari pada sebuah ungkapan.
Tapi nyatanya begitu, Nisa sudah jatuh hati dan klepek-klepek oleh perbuatan Devan.
Bagaimana tidak klepek-klepek, orang Nisa di kasih perhatian dan isi kartu ATM segitu banyaknya oleh Devan.
Bukan karena matre, tapi realistis saja, namanya perempuan pasti butuh perawatan diri dan berbagai kebutuhan materiil maupun non materiil. Dan itu semua tidak lepas dari namanya uang. Dan Nisa mengakui itu.
Justru saat ini Nisa bingung,mau buat apa uang segitu banyaknya. Jangankan segitu jumlahnya, kadang sepuluh juta kalau di suruh habisin aja bingung. Lahh ini malah lebih dari yang di harapkan.
"Udah kan mas?, laporannya!"
"Udah!"
"Yuk!, aku pingin!, ihhh...!!" ucap Nisa sambil mencubit janggut Devan. Bibirnya terbuka dan matanya menatap bibir Devan yang sudah tersenyum.
"As wish you honey!!"
.
.
.
BERSAMBUNG
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
ibu tirinya, Nisa???
lanjut thor ceritanya
lanjutkan
jadi semangat bacanya deh
kog bisa2nya kek gitu
kan mayan ada devan yg jadi jaminan
cwek tuh perlu bukti ucapan juga lhooo
pokoknya yg bilang habiskan semua nya 😅😅😅😅