Dia baik, dia setia, dia cantik, dia pintar, namun ... karena keadaan ekonomi yang rendah dan belum memiliki pekerjaan tetap membuat nya diremehkan dan dihinakan oleh orang-orang yang di percaya selama ini. Orang-orang yang sangat di sayangi dan di kasihi selama ini ternyata tega mengkhianati dari belakang.
Jemima namanya. Dia sangat terluka atas pengkhianatan yang dilakukan kekasih dan sahabatnya, lalu bagaimana sebenarnya kisah ini terjadi?
Yuk ikuti terus kisah Jemima, insyaAllah happy ending.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 01Khaira Lubna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jemima di bawa ke Jakarta
"Bu-bukan saya Tuan Dixon, ta-tapi gosip ini menyebar karena warga heran melihat keluarga Jemima mendadak bisa pasang WiFi dan lainnya, padahal yang warga tahu Pak Hasan sudah tidak bekerja. Jadi wajar kan kalau para warga curiga," jelas Pak kades gugup.
Dixon tersenyum mengejek. Lalu berkata.
"Kalian kan punya mulut, seharusnya mulut kalian itu pergunakan dengan baik untuk bertanya langsung pada Jemima dan orang tuanya. Bukan malah main fitnah fitnah saja tanpa bukti yang jelas. Hah ... Baru segitu saja kalian sudah panas dan iri sama Jemima. Bagaimana kalau saya menikahi nya dan membawa dia tinggal bersama saya di Jakarta. Pingsan mungkin kalian!" ledek Dixon.
Everardo tersenyum kecil mendengar perkataan sang putra.
"Jadi beneran Tuan Dixon ingin menikahi Jemima?" tanya Pak Kades memastikan.
"Iya. Benar sekali. Kalian tidak perlu tau sejak kapan saya dan Jemima kenalan. Yang pasti saya sudah jatuh cinta pada Jemima pada pandangan pertama," terang Dixon dengan jelas. Perkataan nya yang berhasil membungkam mulut para warga.
Setelah itu para warga di minta untuk bubar. Kini tinggallah Pak Kades sendiri yang berhadapan dengan Dixon.
"Tuan, saya mohon maafkan saya. Saya berjanji tidak akan bersikap gegabah lagi," mohon Pak kades dengan kedua tangan saling mengatup di depan dada.
"Jangan meminta maaf kepada saya! Tapi minta maaf kepada Jemima dan kedua orang nya!" tegas Dixon.
"Ba-baiklah," Pak Kades mengangguk takut. Nyali nya ciut.
Ia melangkahkan kakinya kehadapan Jemima serta kedua orang tua Jemima, lalu berkata.
"Pak Hasan, Bu Sekar dan Jemima, tolong maafkan saya. Saya sadar saya telah bersalah. Saya tidak akan mengulangi lagi," ucap Pak kades. Dalam hati ia menggerutu tak sudi.
"Iya, tidak apa apa, Pak." Jawab Bu Sekar. Sementara Pak Hasan dan Jemima hanya diam, mereka masih kesal sama sikap pak kades yang tidak ada bijak bijak nya jadi seorang kades.
Pak Kades tersenyum lega mendengar jawaban Bu Sekar.
"Tuan, saya mohon jangan pecat putra saya. Rakha tidak bersalah, dia tidak tau apa apa," Pak kades kembali berbicara pada Dixon.
"Sudah. Pergi anda sekarang juga. Saya tidak mau lagi mendengar apa apa dari mulut anda!" usir Dixon dengan wajah malas.
Pak kades berlalu dengan langkah kaki lebar.
"Kamu tidak apa-apa, Sayang?"
"Tidak. Aku tadi cuma syok saja," balas Jemima.
Everardo tersenyum senang mendengar sang putra memanggil Jemima dengan sebutan sayang. Pasalnya baru kali ini ia mendengar Dixon memanggil seorang wanita dengan sebutan sayang.
"Syukurlah. Kemajuan nya pesat sekali," batin Everardo.
***
Beberapa hari kemudian.
Kabar Jemima akan menikah dengan Dixon sudah tersebar ke seluruh warga desa termasuk ke kampung sebelah.
Banyak kaum pria yang patah hati mendengar itu. Salah satu nya adalah Adisega. Adisega patah hati untuk yang kesekian kalinya.
Padahal Adisega sudah menyiapkan tabungan yang tidak sedikit untuk melamar Jamima, tapi Adi kalah cepat, ia terlalu lambat mengatakan perasaan nya, selain itu ia juga merasa minder karena Jemima terus menegaskan kalau diantara mereka cuma berteman saja.
"Kenapa kali ini saingan ku lebih berat. CEO? Ah ... Selera Jemima memang tinggi. Dia pantes dicintai pria seperti itu. Aku ini apalah, hanya butiran debu," lirih Adisega dengan dada terasa begitu sesak.
Adi berdiri di depan rumah Jemima, rumah yang kini tengah di renovasi. Bukan di renovasi sih, lebih tepatnya di bangun ulang menjadi rumah yang lebih bagus, rumah lama di roboh dan akan dibangun menjadi rumah tiga lantai.
Dixon tidak terima calon istri nya di rendahkan warga desa, makanya dengan cepat ia menugaskan orang orang untuk membangun rumah Jemima.
Jemima awalnya menolak, akhirnya luluh juga karena Dixon terus memaksa.
Sekarang Jemima beserta kedua orangtuanya sudah di bawa Dixon ke Jakarta.
Meskipun mereka sudah di Jakarta, tapi di desa, gosip baru kembali mencuat.
"Pasti Jemima telah mengguna-guna Tuan Dixon, makanya Tuan Dixon jadi kepincut sama dia," ucap Ibu pemilik warung yang dari dulu tidak pernah suka melihat Jemima bahagia.
"Benar itu. Dukun pelet mana yang dia datangi, kok ya manjur banget peletnya," sahut Ibu yang lain.
***
Malam hari.
"Bagaimana pekerjaan mu? Apa semuanya baik baik saja?" tanya Bu Fathiah lewat sambungan telepon.
"Semua baik Bu. Memang kenapa?"
"Rakha, kamu tau tidak, Jemima dan Tuan Dixon akan segera menikah," ucap Bu Fathiah dengan nada panik.
Mendengar itu Rakha tertawa lebar.
"Hahaha mana mungkin, Bu. Mana mungkin Pak Dixon suka sama Jemima. Jangan kan suka, dilirik saja tidak," ucap Rakha tak percaya. Dia tertawa menganggap Ibu nya hanya becanda.
Rakha dan Rara sudah kembali ke Jakarta dari beberapa Minggu yang lalu, jadi wajar dia tidak tau apa yang terjadi di desa Bujung Sakti.
"Ibu beneran Rakha. Cepat atau lambat kamu akan mengetahui nya. Ibu yakin Tuan Dixon pasti akan membawa Jemima ke kantor lalu mengenalkan Jemima kepada semua karyawan kantor,"
"Ah ... Sudahlah Bu. Ibu makin ngaco aja," Rakha memutuskan panggilan secara sepihak.
Usai berbicara sama sang ibu, Rakha menceritakan semuanya kepada Rara. Dan reaksi Rara sama seperti Rakha, dia juga tertawa lebar karena tidak percaya.
"Ngimpi! Mana mungkin si kampung itu menikah dengan seorang CEO tampan kaya raya. Emang Drakor. Ada ada saja," ucap Rara meremehkan Jemima.
***
Keesokan harinya.
Disebuah rumah mewah dan megah, nampak para pelayan sedang sibuk menyiapkan sarapan pagi untuk sang majikan.
Beberapa hidangan lezat sudah tersedia diatas meja makan.
Dixon memanggil Jemima beserta kedua orang tua Jemima, mengajak sarapan bersama-sama.
Ini adalah hari kedua mereka sarapan satu meja.
Dixon memperlakukan mereka dengan sangat baik.
Sampai sampai kedua orang tua Jemima menangis haru karena tidak menyangka akan mendapatkan mantu yang baik hati seperti Dixon.
Pun saat pertama kali menginjak rumah Dixon, mereka tercengang tak percaya menatap rumah bak istana. Mereka merasa sedang bermimpi bisa berada di rumah yang mewah lagi megah.
Jemima pun masih bersikap malu dan kaku, semuanya terasa asing baginya. Tapi ia sangat berterimakasih kepada Dixon karena Dixon sudah memperlakukan nya dengan sangat istimewa. Meskipun begitu, Jemima tatap tau diri, dia sama sekali tidak menyombongkan dirinya, bahkan dia menganggap para pelayan sebagai temannya.
"Sayang, makan lah yang banyak. Hari ini aku akan membawa mu ke kantor ku, aku akan mengenalkan kamu kepada para karyawan serta petinggi perusahaan. Setelah itu kita akan pergi menemui designer ternama untuk menjahit busana pernikahan kita," ucap Dixon begitu lembut.
"Ibu sama Ayah mau ikut?" sambung Dixon.
"Tidak. Kami di rumah saja Nak Dixon," jawab Bu Sekar.
"Ya sudah. Kalau begitu nanti aku akan meminta designer itu untuk mengirimkan karyawan nya ke rumah ini, mereka akan mengukur ukuran busana kalian," ucap Dixon ramah.
Bersambung.
Hallo manteman, dukung cerita Dixon dan Jemima ya agar terus berlanjut hingga happy ending. Jangan lupa like, komen, vote dan kalau bisa kasih hadiah juga untuk menghargai novel ini. Sekian terimakasih.
tunggu karmamu
Sabar ya Dixon puasa tujuh hari aje 🥰🥰🥰🥰🥰
Alhamdulillah 🤲🤲🤲🤲🤲
♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️