NovelToon NovelToon
Roller Coaster Kehidupan Jennifer

Roller Coaster Kehidupan Jennifer

Status: sedang berlangsung
Genre:Beda Usia / Nikahmuda / Hamil di luar nikah / Mafia / Cintapertama / Nikah Kontrak
Popularitas:607
Nilai: 5
Nama Author: Inge

Roda kehidupan yang kejam bagi seorang anak perempuan bernama Jennifer. Lara dan Kemalangan yang bertubi-tubi menimpanya. Akhirnya dia menemukan suatu kebahagiaan dari cinta pertama dan cinta sejatinya melalui perjalanan roda kehidupan yang penuh dengan lika-liku dan intrik di dalam lingkungan yang toxic.

Seperti apakah Roller Coaster kehidupan milik Jennifer? Seperti apakah ruang lingkup dirinya sehingga dia menjadi seorang wanita yang mandiri?

Mari baca cerita novel ini ☺

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Inge, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Anak Udik Itu

"Bangun!! Bangun anak jalanan!!" ucap

Tangan yang lancang menarik lengan Jennie dengan kasar sehingga tubuh mungilnya Jennie tersungkur jatuh dari tempat tidur. Saat kesadaran menggapainya, Jennie membuka kedua matanya seketika sambil merasakan sakit yang hebat di kepala. Sinar matahari yang cantik memantul indah pada rona emas dalam kedua netranya. Membuatnya terpukau pada tirai yang berkibar, tapi sesuatu hampir dia lupakan.

Di mana ini?

Ucap Jennie di dalam hati.

"Apa kamu pikir ini rumahmu?! Sina kamu!" teriak Liona, pelayan pribadi Jennie, lalu Liona mencengkeram lengan Jennie dan menyeretnya dengan kejam menuju balkon kamar.

"Lihatlah anak bodoh!! Apa kamu lupa kamu ada di mana?! Beraninya tidur setelah itu saat harus menyapa Tuan Besar dan Nyonya Besar saat sarapan tadi!"

Cara bicara Liona yang kasar telah mengobrak-abrik kesadaran Jennie. Jennie membuka kedua matanya, merasakan angin yang langsung menerpa tubuhnya. Jennie yang bersimpuh di teras kamar mencoba memproses kata-kata itu, tetapi kesadarannya baru sepenuhnya kembali ketika pemandangan yang menakjubkan di depan kedua matanya. Diat terkejut setengah mati.

Di bawah cahaya matahari pagi, mansion besar Ricardo Wales terbentang luas di hadapannya. Bangunan utama berdiri megah dengan arsitektur klasik yang mengingatkan pada istana-istana Eropa kuno. Pilar-pilar marmer putih menopang balkon-balkon yang menghadap taman yang luas. Beberapa burung berkicau riang di antara ranting-ranting pohon, menambah kesan hidup yang mengagumkan. Di bawah sana, di tengah halaman, Jennie bisa melihat para pelayan sedang berbaris, beberapa yang lain berlarian sibuk dengan tugas-tugas mereka.

"Lihatlah semua orang sudah bangun dari pagi!"

Jennie terpaku pada kalimat yang telah dilontarkan oleh Liona. Kedua matanya Jennie menoleh ke sekeliling, terbelalak tak percaya. Dia merangkak ke tepian pagar balkon. Menghirup udara pagi yang segar dan dingin. Merasakan kebesaran dan kemewahan tempat tinggal barunya. Tak lama kemudian, ingatan tentang kematian ibunya karena disiksa dan diperkosa oleh ayah tirinya. Liona yang berdiri di belakang Jennie, tiba-tiba bersimpuh di hadapan Jennie. Meraih dagunya Jennie sambil menyipitkan kedua matanya.

"Jangan seenaknya kamu tinggal di sini anak kampungan!! Aku yang mengurus kamu di sini, jadi menurutlah kepadaku!! Jangan berbicara macam-macam tentang diriku ke siapa pun jika kamu ingin tinggal di sini!!"

Liona mendorong dagu Jennie saat melepasnya. Dia beranjak berdiri. Tiba-tiba menarik beberapa helai rambutnya Jennie dan menyeretnya ke kamar mandi. Melewati tempat tidur ukuran king size, meja hias, walk in closet dan pintu kamar mandi. Membuka semua helai benang yang ada di tubuhnya Jennie. Menaruh pakaian kotornya Jennie ke dalam tempat pakaian kotor. Mendorong tubuhnya Jennie ke tembok kamar mandi. Membuka kran air pancuran. Air pancuran itu telah menyirami tubuh mungilnya Jennie.

"Mandilah sendiri!! Jangan jadi anak yang manja! " ujar Liona kesal.

Sedetik kemudian, Liona membalikkan tubuhnya. Melangkah kesal keluar dari dalam kamar mandi meninggalkan Jennie sendirian. Menutup pintu kamar mandi dengan kasar. Melanjutkan langkah kakinya menuju ke pintu kamar pribadinya Jennie. Tiba-tiba pintu kamar itu terbuka, menampilkan sosoknya Luna yang sedang membawa troli makanan. Luna mengerutkan keningnya melihat ekspresi mukanya Liona yang sedang kesal.

"Anak itu susah sekali dibangunin, dan susah sekali disuruh mandi Mom," ucap Liona sambil melengos keluar dari dalam kamar itu.

"Liona, kamu mau ke mana, Nak?" tanya Luna sedikit kesal sambil menoleh ke Liona yang sedang berjalan menelusuri lorong paviliun.

"Aku mau menyelesaikan tugasku sebagai sekretaris pribadi Tuan Ricardo, Mom!" teriak Liona kesal tanpa menoleh ke Luna.

Luna menghembuskan nafas panjang melihat kelakuan Liona yang sedang kesal. Awalnya Liona tidak mau menjadi pelayan pribadi Jennie, tapi karena dipaksa oleh ibu kandung dan ibu asuhnya, akhirnya Liona menerima pekerjaan itu padahal dia belum menyelesaikan tugasnya sebagai sekretaris pribadi Ricardo. Luna masuk ke dalam kamar sambil mendorong troli makanan. Menutup pintu kamar, melanjutkan langkah kakinya ke tengah ruangan.

Samar-samar Luna mendengar suara tangisan Jennie yang terisak-isak. Luna menghentikan langkah kakinya. Mengarahkan tubuhnya ke kamar mandi. Berjalan mendekati pintu kamar mandi. Menekan handle pintu ke bawah, lalu mendorong pintu kamar mandi ke dalam hingga pintu itu terbuka. Luna terenyuh melihat keadaan Jennie yang sedang duduk meringkuk sambil menangis terisak-isak di bawah guyuran air mancur. Luna masuk ke dalam, lalu menutup pintu kamar mandi.

Berjalan mendekati Jennie, lalu menghentikan langkah kakinya di hadapan Jennie. Menutup kran air sehingga air berhenti mengalir. Luna bersimpuh di hadapan Jennie, lalu mengusap kepalanya Jennie penuh dengan kasih sayang supaya bisa menenangkan hatinya Jennie. Tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka, menampilkan sosoknya Rosalinda. Rosalinda dengan kedua mata yang sayu karena kelelahan, menatap Jennie dengan tatapan sedih.

"Luna, tolong kamu urus Jennie dulu untuk sementara ini sampai Liona menyelesaikan tugasnya sebagai sekretaris pribadi suamiku," ucap Rosalinda lemas.

"Baik Nyonya. Apakah nanti Jennie jadi diperiksa sama psikolog, Nyonya?" ucap Luna sopan.

"Jadi, tapi perginya besok pagi aja Luna, aku mau istirahat dulu."

"Nak, untuk sementara waktu, kamu sama Bi Luna dulu ya cantik, Mommy mau istirahat dulu."

Sedetik kemudian Jennie mengadahkan kepalanya, lalu berucap, "Hiksss...hikss ... aku mau ke Mommy hiksss... hiksss... aku tidak mau berada di sini hiksss ... hiksss..."

"Luna, tolong kamu urus dia dulu," ucap Rosalinda yang sedang kecapean karena semalam dia habis bertengkar sama suaminya akibat dia meminta Liona sebagai pelayan pribadinya Jennie.

Tak lama kemudian, Rosalinda membalikkan tubuhnya setelah menutup pintu kamar mandi. Berjalan mendekati pintu kamar itu. Melangkahkan kakinya keluar dari kamar Jennie melewati pintu kamar yang terbuka. Menutup pintu kamar itu. Berjalan menyusuri lorong paviliun yang berada di lantai dua. Dia mengarahkan kakinya menuju ke tangga depan paviliun itu karena ingin ke kamar pribadinya. Di tengah perjalanan, samar-samar dia mendengar suara desahan dari ruang kerjanya Liona.

Rosalinda mengerutkan keningnya karena bingung. Setahu Rosalinda, jam segini biasanya Liona sudah kerja walaupun berada di dalam rumah. Dia tidak ingin Liona bersikap tidak profesional saat waktunya bekerja. Rosalinda mendekati dirinya ke pintu ruang kerjanya Liona. Menekan handle pintu ke bawah, lalu mendorongnya. Tapi sayangnya pintu itu terkunci. Rosalinda mengetuk pintu itu dengan sopan.

Tok... tok... tok...

"Liona, aku mau bicara sebentar denganmu, Nak, " ucap Rosalinda dengan volume suara yang kencang.

"Iya Mommy Ros, tunggu sebentar," ucap Liona sambil merapikan pakaiannya yang tersingkap karena ulah Ricardo.

"Nanti kita lanjutkan lagi di ruang kerjaku," ucap Ricardo sambil membetulkan celana kainnya dengan tergesa-gesa.

"Kamu lagi ngapain Nak Liona?" teriak Rosalinda.

"Istrimu cerewet sekali Tuan," ucap Liona sambil membuka sebuah pintu rahasia.

"Harap dimaklum Sayang," ucap Ricardo sambil berjalan mendekati pintu rahasia itu.

"Aku lagi horni Mom!" teriak Liona santai.

Sekilas Ricardo mengecup bibirnya Liona yang sudah menjadi candunya. Tak lama kemudian, Ricardo keluar dari ruangan itu melalui pintu rahasia. Liona menutup pintu rahasia itu. Berlari kecil mendekati pintu ruang kerjanya. Membuka kunci pintu itu. Menekan handle pintu ke bawah, lalu menariknya ke dalam sehingga pintu itu kebuka. Rosalinda menatap bingung ke Liona.

"Maaf Mommy, aku lagi horni."

"Kamu sering melakukan itu dengan Tristan?" tanya Rosalinda khawatir.

"Ehm... iya Mommy, sekarang kan Tristan sedang bertugas di luar kota, untuk mengurusi anak perusahaan Daddy yang berada di sana, jadinya aku bermain sendiri. Kalau aku tahan, nanti aku nggak fokus bekerja," ucap Liona yang sengaja dibikin nada sedih.

"Sebaiknya kalian menikah!" ucap Rosalinda tegas.

"Aku belum mau menikah Mom."

"Kamu sudah melakukan hal yang berdosa Liona!" bentak Rosalinda. "Aku nggak habis pikir denganmu!"

"Hal itu sudah biasa Mommy, Mommy jangan kolot begitu, sekarang jamannya sudah berubah."

"Semoga nanti Jennie mampu mempertahankan kehormatan wanitanya untuk sang suaminya kelak, tidak sepertimu. Mulai sekarang, urusan pribadimu bukan urusanku lagi, kamu sudah besar," ucap Rosalinda melunak karena dia tidak mau marah-marah kelamaan.

"Mommy, sebaiknya Mommy istirahat, aku jadi sedih lihat wajah Mommy yang kelelahan," ucap Liona pura-pura perhatian padahal dia ingin melanjutkan kegiatan yang tadi sempat tertunda.

"Iya, Mommy mau istirahat dulu," ucap Rosalinda lesu.

Tak lama kemudian, Rosalinda membalikkan badannya. Berjalan lunglai mendekati tangga depan. Liona menghembuskan nafasnya dengan kasar, lalu menutup pintu ruang kerjanya. Mengunci pintu itu, berjalan mendekati pintu rahasia. Menggeser sebuah lemari buku sehingga pintu rahasia itu terbuka lagi. Liona melebarkan kedua matanya melihat tubuh telanjangnya Ricardo yang memiliki postur tubuh yang atletis walaupun umurnya sudah melewati setengah abad.

Ricardo langsung menarik pinggang rampungnya Liona, lalu berbisik, "Ayo kita lanjutkan kegiatan buang tadi."

"Tapi Sayang, aku ingin kamu bicara sama istri kamu lagi. Bilang ke dia bahwa kamu benar-benar tidak setuju dengan keinginannya. Masak aku dijadikan pelayan pribadi si anak udik itu. Nanti kita jarang ketemu, Sayang," ucap Liona sambil membelai dadanya Ricardo dengan gerakan sensual.

"Kamu tenang aja, aku ada cara agar kita sering ketemu."

"Caranya bagaimana Sayang?"

"Nanti kamu tahu sendiri. Ayo kita lanjuti kegiatan yang tadi," ucap Ricardo semangat.

"Ayo!" ucap Liona yang tak kalah semangatnya.

Akhirnya aku tidak kehilangan tambang emasku gara-gara si anak udik itu.

Ucap Liona di dalam hati.

1
Inge Gustiyanti
Sangat bagus
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!