Dalam satu hari Tiara kehilangan semuanya...
Orang tuanya yang meninggal secara mendadak, lalu tantenya yang menguasai harta peninggalan orang tuanya, dan terusir dari kamarnya sendiri.
Belum lagi sepupunya yang teramat sangat cantik, yang selalu merebut apapun yang Tiara suka, dan selalu membuat Tiara mendapatkan hukuman dari tantenya.
Dan ketika tiba saatnya ia mengambil alih apa yang seharusnya menjadi miliknya... Tiara harus mencari pria yang sangat berkuasa untuk membantunya, dan pria itu adalah Kenzou.
"Aku akan membantumu, tapi kamu juga harus membantuku..." ujar Kenzou.
"Membantu apa?" tanya Tiara.
"Menjadi kekasih bayanganku, untuk membuat sepupumu itu cemburu...."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nicegirl, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berpeganganlah Padaku
Dengan hanya mengenakan senter sebagai penerang jalan, Kenzou, Tiara, dan para bodyguardnya mulai melakukan pendakian, dengan dua orang guide yang memandu mereka.
Meski waktu baru menunjukkan pukul satu pagi, jalur pendakian masih terlihat ramai, itu merupakan hal biasa pada awal tahun, mereka juga ingin melihat matahari pertama di tahun ini.
Lintasan pertama masih berupa jalan landai, meski semakin lama semakin menanjak,
"Dulu hampir setiap bulan sekali Mama dan Papa mengajakku camping di Gunung Batur ini...." Tiara memulai percakapan untuk mengalihkan rasa lelahnya.
"Mereka pasti sangat menyukai kegiatan alam ya?" tebak Kenzou.
"Iya... Keduanya bertemu justru saat sedang mendaki Gunung Rinjani. Dari perkenalan hingga berlanjut ke arah yang lebih serius... Mereka baru tiga bulan saling kenal saat Papa melamar Mama...." jelas Tiara.
Tiara menghela nafas panjang sebelum melanjutkan, "Janji mereka untuk sehidup semati tercapai juga... Mereka meninggal pada hari yang sama...." desahnya pelan.
"Dan setelah orang tuamu meninggal, kamu akhirnya tinggal bersama keluarga Dasha?" tanya Tiara.
"Lebih tepatnya mereka yang meminta tinggal di rumahku... Bukan hanya sekedar tinggal, tapi juga menguasai semuanya...." jawab Tiara, lalu langsung memekik dan menutup mulutnya.
"Ada apa?" tanya Kenzou khawatir.
"Maaf, aku tidak bermaksud untuk menjelek-jelakkan keluarga kekasihmu..." jawab Tiara dengan sebersit rasa sesal.
Kenzou mengangkat bahunya dengan tidak acuh, "Tidak masalah... Silahkan lanjut ceritanya, supaya kamu bisa melupakan kedua kakimu yang mungkin saja sudah mulai terasa sakit sekarang...."
Bagaimana Kak Zou bisa tahu, kalau aku bicara untuk mengalihkan perhatianku dari rasa nyeri di kedua kakiku?
"Sebaiknya tidak, Kak...."
"Aku mau mendengar kisahmu, sekarang cepat ceritakan!" desak Kenzou.
"Aku tidak mau Kakak berpikiran aku sedang menjelek-jelekkan Dasha dan juga keluarganya... Jadi lebih baik aku tidak menceritakan kisahku, Kak." tegas Tiara.
"Kalau begitu aku akan mencari tahu lewat sepupumu itu...." gertak Kenzou.
Bertanya dengan Dasha? Yang ada nanti Dasha malah menjelek-jelekkan aku... Dan bagaimana kalau itu bisa membuat Kak Zou menjauhkan Zaa dari aku?
Keizaa satu-satunya sahabat yang aku miliki... Satu-satunya yang berteman tanpa pamrih...
"Baiklah aku akan menceritakan kisahku, dan Kakak juga bisa bertanya dengan Dasha... Cerita siapa yang Kakak percayai nanti itu tinggal urusan Kakak..."
"Iya."
Tiara menceritakan semuanya, dari mulai makan malam, lalu kedua orang tuanya yang secara tiba-tiba mual dan muntah-muntah.
Lalu mobil mereka yang tiba-tiba mogok, hingga harus menunggu taksi yang lama datang karena hujan deras yang sedang mengguyur kawasan Puncak, saat akan membawa orang tuanya ke rumah sakit.
Dan menyebabkan kedua orang tuanya yang terlambat ditangani, hingga akhirnya nyawa keduanya tidak tertolong lagi.
Tiara terdiam, ia tidak dapat melanjutkan lagi kisahnya. Menceritakannya kembali seperti mengorek lagi luka yang sudah mau sembuh.
"Aku tidak mau menceritakan selanjutnya, Kak." desah Tiara lirih.
"Langsung ke bagian kenapa bisa keluarga Dasha tinggal di rumahmu saja..."
"Mereka beralasan untuk menemani dan menjagaku... Kak... Ini masalah keluargaku, aib keluargaku... Dan aku tidak mau menceritakannya pada orang lain..."
"Orang lain? Apa kamu lupa kalau saat ini aku adalah pacarmu?" tanya Kenzou.
"Hanya pacar pura-pura Kak, kekasih bayangan saja... Tidak, aku tidak mau menceritakannya." sahut Tiara.
Bagaimanapun juga, sejahat apapun mereka, mereka adalah saudaraku... Saudaraku yang tersisa... Sementara dari pihak Papa, aku sama sekali tidak mengenal mereka... Papa tidak mau menceritakannya pada aku dan juga Mama...
Aku masih berharap mereka akan berubah... Qku akan melupakan semua perlakuan mereka padaku, kalau mereka mau berubah....
"Kenapa?" tanya Kenzou lagi.
"Karena mereka keluargaku." jawab Tiara singkat dengan nada yang tidak ingin dibantah lagi.
Setelah mendengar jawaban Tiara itu Kenzou terdiam, Tiara pun terdiam juga, mereka jalan dalam keheningan, hanya terdengar suara jangkrik saja yang saling bersahutan.
Hingga mereka sampai di pos 1, dan istirahat sebentar sebelum melanjutkan lagi ke tempat kemah didirikan.
Kenzou menyerahkan satu botol mineral water ke Tiara, dan Tiara langsung menegaknya hingga habis setengahnya.
"Apa kamu mau makan dulu? Di sana ada warung...." tanya Kenzou.
Tiara menggelengkan kepalanya, "Tidak, Kak. Aku tahu setelah ini jalur akan semakin menanjak, perutku akan terasa sakit nanti saat mendaki, kalau mengisinya sekarang." jawab Tiara sambil tersenyum, lalu kembali menegak mineral waternya.
Setelah dirasa cukup istirahatnya, mereka kembali melanjutkan pendakiannya, dengan jalur pendakian yang penuh dengan bebatuan dan juga berpasir di sepanjang jalan menuju puncak, hingga sedikit licin, dan sempit.
"Berpeganganlah padaku... Jalanan ini licin, aku tidak mau kamu terpeleset, lalu jatuh dan terluka...." ujar Kenzou sambil mengulurkan lengannya ke Tiara.
Tiara langsung memegang erat lengan Kenzou itu dengan kedua tangannya,
"Terima kasih untuk perhatiannya, Kak...."
"Jangan geer dulu, aku melakukan ini karena aku tidak mau Zaa memarahiku, kalau sampai kamu terluka..." balas Kenzou.
"Iya aku tahu... Tetap saja aku harus mengucapkan terima kasih juga...."
Kurang dari satu jam mereka sudah sampai di tempat pendirian kemah, dan Kenzou melihat Jayden yang sedang ingin membeli bahan makanan.
"Dimana Zaa?" tanya Kenzou.
Jayden menunjuk salah satu tenda besar, dimana Keizaa sedang duduk di depan api unggun sambil memeluk kedua lututnya.
"Rian, kau ajak dua orang lagi dan temani Jay membeli makanan... Tiara kamu ikut Jay saja yaa!" seru Kenzou.
"Aku tidak mau, Zaa pasti membutuhkanku saat ini...."
Zaa pasti sangat terpukul... Ia begitu ingin melupakan cintanya pada Alson, bukan hal yang mudah, mengingat betapa dekatnya mereka selama ini, melebihi kedekatan Zaa dengan saudara-saudaranya.... Aku harus tetap berada di sini, bersamanya.
"Kamu tunggu di sini, ada yang ingin aku bicarakan empat mata dengan Zaa!" seru Kenzou setelah Jayden dan bodyguardnya menjauh.
"Baik, Kak."
Tiara melihat Kenzou yang melangkah mantap ke arah Keizaa, lalu menepuk-nepuk lembut punggungnya.
Perhatian yang begitu besar dari seorang kakak yang menghibur adiknya yang sedang bersedih, membuat hati Tiara terenyuh.
Seandainya ia memiliki seorang kakak, apakah ia akan semudah ini ditindas? Apakah kakaknya juga akan melindunginya? Menghiburnya dikala sedih?
Mendengar curahan hati Keizaa pada Kenzou membuat Tiara seperti merasakan juga apa yang Keizaa rasakan, hingga tanpa terasa air matanya pun mengalir ke pipinya.
Dan saat Tiara melihat Kenzou melampirkan jaket kulitnya ke pundak Keizaa, Tiara yakin seratus persen, Kenzou adalah pria terbaik dari yang terbaik
Sekali lagi kamu beruntung, Cha... Kamu mendapatkan pria itu.
Tiara menghapus air matanya saat Kenzou dan Keizaa melihat ke arahnya, dan Tiara langsung menghampiri kedua bersaudara itu, dan duduk di sebelah Keizaa.
"Hatiku terasa teriris sembilu saat mendengar tangisanmu yang memilukan tadi, Zaa."
sungguh mantap sekali ✌️ 🌹 🌹
terus lah berkarya dan sehat selalu 😘 😘