Entah nasib sial, atau memang sudah menjadi takdir dari seorang Zakiya Alarice. Kedua kabar buruk menimpanya dalam satu waktu, yang pertama kabar kebangkrutan keluarganya hingga ia kehilangan semua aset-aset berharganya, dan yang kedua kabar penangkapan kakaknya yang selama ini menjadi satu-satunya pelindung untuknya karena kasus pembunuhan.
Kia yang selama ini hanya tahu tentang bersenang-senang, tiba-tiba dihadapkan pada masalah yang rumit. Tanpa tahu apa yang harus ia lakukan untuk mengembalikan kekayaannya dan juga menolong kakaknya.
Disaat kebingungan itu, Kia menemui seorang pengacara atas perintah kakaknya. Namun, sang pengacara justru meminta dirinya untuk menjadi istri sirri sebagai imbalan untuk penyelesaian masalahnya.
Maukah Kia menjadi istri sirri sang pengacara?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon annin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab.23
Didalam sebuah mobil, Sarah dan asistenya tertawa puas dengan drama yang baru saja mereka lakoni. Micky si asisten, mengeluarkan spray berisi cairan sabun dari saku jas casualnya, lalu melemparnya begitu saja keluar dari jendela.
"Ternyata idemu sangat briliant," puji Sarah pada Micky.
"Tentu saja, kamu selalu bisa mengandalkan ku," bangganya pada diri sendiri. "Tapi yang lebih mencengangkan adalah akting mu tadi benar-benar bagus, kamu terlihat pucat karena kesakitan. Sungguh sangat meyakinkan. Dan yang paling penting saat kamu meminta baik-baik agar gadis itu dipecat. Pandai sekali kamu menyembunyikan taringmu," Micky terkikik sendiri dengan ucapannya.
"Aku tidak boleh berlaku kasar di depan umum, bagaimanapun aku harus menjaga imageku sebagai wanita berkelas. Dan marah-marah di depan umum bukan ciri dari wanita berkelas," ujarnya dengan menyunggingkan senyum.
🍁🍁🍁🍁
Kia pulang dengan rasa lelah di tubuhnya, mengingat bagaimana ia sudah belajar bekerja dengan baik dan juga teman-temannya. Padahal baru saja ia akan berteman dengan Rena, tapi sekarang, dia sudah harus kehilangan pekerjaannya.
Kia berjalan malas memasuki rumahnya, ruangan yang hanya dihiasi lampu temaram itu menunjukkan bahwa tidak ada siapa-siapa di rumah. Satria suaminya mungkin kembali ke rumah mertuanya.
Kia menjatuhkan dirinya di ranjang kamarnya yang gelap. Dia memikirkan kejadian tadi, di mana untuk pertama kalinya dirinya bertemu Sarah Wilmar, model ternama sekaligus istri dari suaminya.
Sarah sangat cantik dan memiliki attitude yang bagus, semua terlihat dari caranya berbicara tadi. Kalau Sarah begitu sempurna sebagai seorang wanita, kenapa suaminya justru menikah lagi dengannya.
Dan, tunggu dulu, bukankah kemarin Satria bilang kalau Sarah tak lagi halal untuknya. Apa maksud dari semua itu?
Kia langsung bangun terduduk, kala lampu kamarnya ada yang menyalakan. Satria, orang yang baru saja ia pikirkan, saat ini sedang berdiri di dekat saklar lampu sambil menatapnya.
"Kamu kok sudah pulang, jam kerja mu kan belum habis?" Satria melirik jam tangannya, baru jam sepuluh.
"Aku dipecat," jawab Kia lugas.
Satria kaget dengan jawaban Kia, dia berjalan menghampiri istrinya di ranjang.
"Kenapa bisa?" tanyanya tak percaya.
"Tentu saja bisa, aku hanya karyawan di sana, dan managerku bisa kapan saja memecatku."
"Tidak mungkin manager itu berani memecat mu."
"Kenapa tidak berani, dia berani dan dia telah melakukannya."
"Ada apa sebenarnya?" tanya Satria lagi.
"Ada seorang tamu yang tiba-tiba sakit perut dan komplain dengan kebersihan peralatan makan di tempat kami, dan kamu tahu artinya? semua kebersihan peralatan dapur adalah tanggung jawab dishwasher, yang artinya tanggung jawab ku sebagai karyawan yang bertugas saat itu," jelas Kia menatap Satria.
"Kenapa manager itu langsung memutuskan memecat mu tanpa mencari tahu dulu kebenarannya. Bisa jadi sakitnya disebabkan hal lain?" tanya Satria tidak rela istrinya dipecat dengan alasan yang belum pasti. Menjadi pengacara membuatnya kritis dalam suatu kasus.
"Dia adalah tamu yang punya kuasa untuk membuat restoran itu hancur dalam semalam. Karenanya aku terima saja keputusan pemecatan ku dari pada banyak pihak yang akan dirugikan karena aku."
Begitulah yang Kia pikirkan tadi, tidak mustahil jika Sarah dan asistenya akan mengatakan kejadian tadi pada media. Semua itu akan membuat restoran itu tutup malam itu juga, jika berita tentang sakitnya Sarah Wilmar gara-gara makan di restoran tempatnya bekerja tersebar di media.
Untung Sarah hanya meminta untuk memecatnya saja dan bukan melaporkan kejadian tadi ke media. Meskipun sejujurnya, Kia merasa tidak melakukan kesalahan, tapi apa gunanya jika ia keras kepala saat itu. Pasti hanya akan menambah keributan.
"Kamu sendiri kenapa kemari? bukannya istri mu sedang ada di negara ini?" tanya Kia mengalihkan topik pembicaraan.
"Aku ingin bermalam di sini," jawab Satria singkat.
"Apa istri mu sudah tahu kalau kamu menikah lagi?" tanya Kia dengan raut serius.
Satria tercengang dengan pertanyaan istri keduanya ini.
"Aku belum memberi tahunya, kurasa tidak untuk saat ini."
"Bagaimana jika Sarah tahu tentang pernikahan ini dari orang lain. Bisa-bisa dia datang dan membunuhku."
Satria menatap Kia mendengar pemikiran gadis itu. "Apa kamu takut?" tanyanya kemudian.
"Aku tidak takut jika dia akan melenyapkan ku, aku lebih takut pada rasa bersalah ku padanya. Aku seperti wanita yang tak punya harga diri, telah menjadi duri dalam rumah tangga wanita lain," ucap Kia penuh ironi.
"Kamu tidak perlu merasa seperti itu, kamu bukan duri dalam rumah tangga ku dengan Sarah. Karena rumah tangga kami sudah hancur sebelum kamu datang," ujar Satria yang kini menunduk.
Sekarang giliran Kia yang tercengang dengan pengakuan Satria. Kia menggeser tubuhnya lebih mendekat pada Satria yang duduk di tepi ranjang.
"Aku tidak mengerti maksud mu?" tanya Kia.
"Aku sudah lama menceraikan Sarah, dan sejak aku menjatuhkan talak kepadanya hubungan kami hanya sebuah status di atas kertas. Tak ada lagi perasaan. Hanya saja aku belum bisa mengurus perceraian ku di pengadilan."
"Kenapa?" tanya Kia ingin tahu.
"Karena Sarah tidak ingin aku menceraikannya di pengadilan. Baginya cukup status pernikahan kami yang diketahui publik. Masalah rumah tangga kami yang sudah hancur dia tidak peduli."
"Tapi kenapa? apa kalian masih saling cinta. Hingga tak ingin berpisah dengan sungguh-sungguh?"
"Bukan, tak ada lagi cinta diantara kami. Bagiku, aku sudah membunuh cinta itu saat dia membunuh anakku." Air muka Satria terlihat marah kala mengucapkan kalimat terakhirnya.
"Anak? kamu punya anak dengan Sarah?"
Satria mengangguk. "Tapi dia sudah dibunuh sebelum ia dilahirkan." Nampak kesedihan pada wajah Satria.
Sebelum Kia lanjut untuk bertanya, Satria sendiri sudah menjelaskannya. "Sarah pernah mengandung anakku, tapi demi alasan kontrak kerja dan demi karirnya dia menggugurkan janin itu tanpa berkonsultasi pada ku terlebih dahulu," ujar Satria menjelaskan.
"Sejak saat itu, aku tak ingin lagi mencintainya. Dia yang telah membunuh anakku, tidak pantas untuk aku cintai," imbuhnya dengan nada kemarahan dalam kalimatnya.
"Lalu sejak kapan kalian bercerai?"
"Sejak dia tak lagi bisa aku atur, dia lebih memilih kehidupan bebasnya daripada bersamaku. Untuk alasan itulah aku menceraikannya. Aku tak ingin lagi bertanggung jawab pada istri yang sudah tidak mau mendengarkan perintahku."
"Bisa kamu ceritakan pada ku kisah mu dengan Sarah. Aku ingin tahu, agar aku merasa bahwa pernikahan kita ini memang jalan yang tepat, karena jujur saja aku tidak mau menyakiti hati wanita lain. Terlebih jika wanita itu juga sangat mencintaimu." Kia menatap mata Satria sungguh-sungguh, dia benar-benar ingin tahu alasan suaminya itu menikahinya. Kia yakin, saat Satria memintanya untuk menikah, bukan sekedar sebagai imbalan atas bantuannya untuk kakaknya.
"Aku tidak mau disebut pelakor, tidak juga dengan perusak rumah tangga orang," sambung Kia.