“Barang siapa melancarkan rezeki orang lain, rezekinya juga akan dilancarkan. Dan barang siapa menghambat rezeki orang lain, rezekinya pun juga akan dihambat sampai tujuh turunan.”
***
Rahayu Tejo, mandor proyek perempuan telah menandatangani kontrak kerja untuk tugas melanjutkan suatu proyek perumahan yang telah mangkrak selama bertahun tahun.
Rahayu Tejo tidak tahu jika ternyata proyek perumahan itu telah memakan banyak korban pekerja proyek. Maka akhirnya proyek itu mangkrak karena orang orang tidak mau bekerja di proyek itu.
Ada misteri apa di proyek itu, hingga telah memakan banyak korban? Apa karena ada satu pohon yang konon ceritanya sangat angker di lokasi proyek itu atau ada hal lain?
Apa Rahayu Tejo mampu melanjutkan proyek yang telah memakan banyak korban dan banyak dihuni hantu itu? Atau dia justru menjadi korban?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arias Binerkah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 23.
“Orang benaran kulo (saya) Mas, Mbak..” ucap Kakek itu.
“Monggo dilanjut, mau ke mana sampeyan?” tanya Kakek itu lagi.
“Mau beli bambu Mbah. Di mana ya yang jual bambu?” ucap Yayuk selanjutnya.
“Kalau hanya mau membeli bambu di tempat saya banyak Mbak. Mau beli berapa lonjor?” ucap Kakek itu lagi dengan nada serius.
“Lima puluh dulu Mbah, yang ukuran sedang.” Ucap Yayuk sambil menatap Kakek itu.
“Berapa harganya dan bagaimana sampeyan mengantarnya Mbah?” tanya Respati yang kini sudah tidak berdebar debar jantungnya.
“Sampeyan jalan terus saja dulu. Nanti rumah ke dua sampeyan berhenti di situ. Dan pilih bambu yang sampeyan inginkan. Untuk masalah mengantar nanti anakku yang akan mengantar memakai gerobak.” Ucap Kakek itu sambil menunjuk ke ujung jalan.
“Iya Mbah, tapi sampeyan bonceng saja. Kita bertiga naik motor Mbah.” Ucap Yayuk lalu turun dari motor.
Yayuk mengambil alih yang duduk di depan untuk mengemudikan motor itu. Respati duduk di tengah dan Kakek duduk di boncengan paling belakang.
“Pegangan ya Mbah biar tidak jatuh. Tapi pegang perut saya. Jangan pegang perut istri saya..” ucap Respati.
“Ha... ha.. ha... iya iya Mas. Ini saya pegang pundak sampeyan Mas. Istri sampeyan hebat ya.. “ ucap Kakak sambil tertawa senang.
Respati pun tersenyum bangga karena sang istri mendapat pujian secara tulus dari orang tua sederhana.
Motor terus melaju di jalan di antara kebun kebun warga.
“Mbah kalau rumah Yatmi itu di mana Mbah?” tanya Yayuk sambil terus melajukan motornya dengan kecepatan sedang.
“Yatmi yang dibunuh itu?” tanya Kakek itu dan nada suaranya kini terdengar ada kesedihan.
“Iya Mbah.” Jawab Yayuk dan Respati secara bersamaan.
“Ya di dekat rumahku. Yatmi itu cucuku. Sampeyan orang baru di komplek ya?” ucap Kakek.
“Iya Mbah, kami orang baru. Kami turut sedih dengan kematian Yatmi, Mbah. Kabarnya Yatmi anak yang baik..” ucap Yayuk tanpa menoleh.
Motor terus melaju. Suasana sesaat hening. Kedua mata Kakek memerah, dia kembali teringat pada Yatmi, cucu perempuannya..
“Iya Mbak, nuwun. Ya seperti itu, Yatmi anak baik, nurut pada orang tua dan Tarno pacarnya. Uang hasil kerja dikumpulkan, untuk persiapan berkeluarga dan untuk membantu biaya sekolah adik adiknya. Yatmi tidak neko neko tidak selewengan, dekat dengan laki laki ya sama Tarno itu.. “ ucap Kakek selanjutnya..
Kakek melepas satu tangannya yang tadi memegang pundak Respati. Dia hapus air mata yang mulai menitik di pipi keriput nya..
Suasana kembali hening lagi.. hanya suara motor di tempat yang sepi itu..
“Yatmi dibunuh di mana Mbah? Bagaimana Tarno membunuhnya?” tanya Yayuk selanjutnya.
“Yatmi dibunuh di pohon duwet di proyek mangkrak sana. Kata orang orang Yatmi dicekik dulu, baru digantung.” Ucap Kakek, nada suaranya terdengar sangat sedih.
“Ada rekonstruksi ulang nya Mbah?” tanya Yayuk lagi.
Kedua mata Kakek kini tampak lebih melebar sambil menatap ke arah depan.
“Apa itu rekonstruksi ulang, Mbak?” tanya Kakek selanjutnya. Dia tidak tahu istilah yang ditanyakan oleh Yayuk.
“Peragaan ulang Mbah. Bagaimana dan di mana Tarno mencekiknya. Diperagakan lagi macam sandiwara gitu Mbah..” ucap Respati sambil menoleh ke arah kiri.
“Wah, saya tidak tahu itu. Kalau cerita ceritanya sih Yatmi dicekik dulu, baru digantung.” Ucap Kakek pelan..
“Kabarnya Yatmi hamil ya Mbah saat dibunuh itu?” tanya Yayuk lagi sambil terus melajukan motornya.
“Iya...” ucap Kakek pelan.
Kedua mata Kakek kembali lagi berkaca kaca. Ada perasaan sedih dan malu cucu perempuannya hamil sebelum menikah apalagi pacarnya tidak mau mengakui.
“Yatmi kerja di tempat Pak Waspo ya Mbah?” Tanya Respati sambil menoleh ke arah Kakek.
“Iya Yatmi kerja di tempat Pak Waspo. Lumayan gajinya. Kalau sepi tidak ada penyewa, bersih bersih saja. Siang sudah pulang. Kalau pas ramai kadang sampai malam Mas, jam sembilan baru pulang. Tapi dapat tambahan bayaran.” Ucap Kakek lagi
“Tapi nasib Yatmi tidak baik. Suatu hari dia nangis nangis bilang hamil, dan Tarno tidak mau tanggung jawab.” ucap Kakek nada suara nya masih terdengar sedih.
“Apa mungkin Yatmi hamil dengan orang di tempat kerjanya Mbah?” tanya Yayuk dengan hati hati.
“Saya tidak tahu Mbak. Orang orang bilang Yatmi hamil dengan grenduwo penunggu pohon duwet itu. Tapi Embuh Mbak.. Mas.. baru mau diperiksakan malah Yatmi dibunuh Tarno. Saya bingung.. padahal pagi itu Tarno pamit baik baik mau mengajak Yatmi ke rumah sakit..”
“Sebelum Yatmi nangis nangis bilang hamil. Apa dia pernah juga nangis nangis Mbah?” tanya Yayuk yang masih penasaran dengan misteri kehamilan dan kematian Yatmi.
Akan tetapi Kakek belum menjawab karena motor sudah melewati satu rumah..
“Itu Mbak, belok kiri, rumah ku.” Ucap Kakek sambil jari telunjuk menunjuk ke arah satu rumah dengan halaman yang lumayan luas.
Yayuk menganggukkan kepalanya, dan telinganya siap siaga untuk mendengar lagi cerita dari Kakeknya Yatmi.
Namun kini mulut Kakek hanya diam saja. Pandangan mata nya terus tertuju ke arah rumahnya yang semakin dekat.
Motor pun belok kiri masuk ke halaman rumah yang luas. Ada beberapa pohon buah buahan. Di sudut halaman itu ada pula rumpun tanaman bambu yang sangat lebat.
“Kenapa juga orang orang tidak menuduh Yatmi hamil dengan penunggu pohon pohon di sini.” Gumam Yayuk di dalam hati.
Yayuk lalu menghentikan motor di dekat rumah Kakeknya Yatmi.
“Mbah sampeyan ambil bambu di situ?” tanya Respati saat Yayuk sudah menghentikan motornya.
“Ada yang dari situ ada yang dari kebun dekat sungai Mas. Di kebun belakang rumah juga banyak bambu bambu saya.” Ucap Kakek sambil turun dari motor pelan pelan.
“Itu yang sudah saya potong dari kebun. Sampeyan pilih pilih mana yang cocok. Kalau belum ada yang cocok bisa pilih yang masih di pohon.” Ucap Kakek sambil menunjuk pada tumpukan bambu bambu yang sudah dipotong dari pohon nya.
Sesaat pintu rumah itu terbuka, muncul sosok perempuan kira kira berusia empat puluh tahun. Wajahnya yang manis alamiah memancarkan aura kesedihan dari dalam hatinya. Perempuan itu keluar dari rumah karena mendengar suara motor berhenti di halaman.
“Oo itu Emaknya Yatmi.” Ucap Kakek sambil menoleh ke arah perempuan itu.
“Prih, buatkan minuman buat Mbak dan Mas nya ini. Mereka mau beli bambu banyak.” Ucap Kakek kini bibirnya sudah tersenyum senang.
Kakek memperkirakan paling sedikit uang lima ratus ribu rupiah akan segera masuk kantong.
“Ngih Mbah... “ ucap perempuan yang dipanggil Prih, oleh Kakek itu. Nama lengkapnya Suprihatin.
Yayuk menatap ke arah perempuan yang mulai melangkah masuk kembali ke dalam rumah itu. Rumah sederhana dengan arsitektur Jawa, ber dinding tembok.
“Pak, sampeyan yang pilih bambu ya. Aku masuk ke dalam rumah.” Bisik lirih Yayuk pada suaminya.
Respati mengangguk paham jika Sang istri ingin mencari informasi dari orang tua Yatmi.
Kakek dan Respati melangkah menuju ke tempat tumpukan bambu bambu yang yang sudah dipotong potong sepanjang 6 meter.
Yayuk melangkah menuju ke rumah.
“Assalamualaikum..” ucap Yayuk saat berada di depan pintu. Tampak ruang depan rumah itu lumayan luas. Lantai terbuat dari semen yang belum dikeramik, tapi terlihat bersih. Kursi rotan model lama ada di ruang depan itu.
“Wa alaikum salam Bu.. masuk saja.. “ suara Emaknya Yatmi dari dalam rumah.
Di saat Yayuk melangkah masuk ke dalam rumah. Jantung Yayuk berdesir kala menatap sebuah pigura foto ukuran sedang yang dipajang di atas buffet..
Foto seorang gadis cantik, ayu manis alamiah. Akan tetapi wajah gadis itu membuat jantung Yayuk berdebar debar lebih kencang, bulu kuduk meremang. Yayuk terbayang bayang wajah pucat pasi perempuan berbaju putih kedodoran..
ini yayuk is the best yaaa
lanjt yuk biar semua terungkap
dann ohhh whattr.. blnjane jlimiet
wissss jannn tliti amat apa sih yg mau di jlimetin palg harga cabe naik lagi g jd harga tomat melambung g jadi
harga kacang panjang melambung ambil lain lagi 🤣🤣🤣🤣🤦