Apa jadinya jika Guru yang menyebalkan itu men*embak mu untuk menjadi kekasihnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zahma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
22
"Loh Pak Wis?".
Celetukan Tami membuat semua orang di meja makan menyadari kehadiran orang lain, dan Mereka semua melihat ke arah yang sama.
"Oh hai? Kalian ada di sini? ". Sanjaya tersenyum, dan tanpa kecanggungan sedikitpun, Guru Kimia itu duduk di kursi yang berseberangan dengan Ganes.
Guru itu tersenyum ke arah empat muridnya, yang menatapnya dengan tatapan kaget, heran, dan bingung.
Mata Sanjaya bertubrukan dengan mata Ganes yang menatapnya dengan sebal. Sanjaya hanya tertawa dalam hati. Jujur Sanjaya tidak menduga jika Ganes hari ini sedang bersama teman - temannya.
Tami, Kila, Sasi dan Lala saling senggol kaki. Karena Mereka duduk bersisian. Canggung? Tentu saja. Mereka tidak menduga, bahwa tamu menyebalkan yang diceritakan oleh Ganes, salah satunya adalah Sanjaya.
Apakah Lelaki dan Wanita Tua yang berada di meja makan itu adalah Orang Tua Sanjaya? Pertanyaan itu bersamaan muncul di kepala empat murid Sanjaya. Karena setelah kemunculan Guru Mereka di meja makan rumah Ganes, membuat keempatnya menarik benang merah.
Sasi yang mengetahui hubungan antara sahabatnya dan Pak Wis pun terkejut dengan kehadiran Sanjaya di meja makan.
Apakah tadi Ganes khawatir karena hal ini? Sepertinya memang begitu. Sasi menyimpulkan sendiri.
Gadis itu melirik Ganes, yang terlihat sedang mendelik ke arah Sanjaya. Sementara Sanjaya hanya membalas dengan senyuman kecil.
"Bagaimana Sanjaya mengajar kalian di sekolah? ".
Di sela makan, Papa Sanjaya yang penasaran bertanya. Sementara yang ditanya saling pandang, hanya Ganes yang tidak.
"Pak Sanjaya galak ! ". Ganes menjawab pertanyaan itu dengan sepenuh hati. Benar - benar jawaban dari lubuk hati yang terdalam.
Sanjaya terbatuk mendengar jawaban Ganes.
"Oh ya? Ke Ganes saja atau ke yang lain? ". Papa melirik ke arah anaknya.
"Jawab saja, tidak usah sungkan. Saya Orang Tua Guru Kalian, biar Saya nasehati anak saya jika tidak mengajar dengan baik ". Ucap Papa dengan bijak.
Sedari tadi, Dia melihat keempat murid Sanjaya itu terlihat canggung. Wisnu menyadari, mungkin Mereka terkejut melihat Guru mereka ada di Rumah Ganes.
"Ah sebenarnya Pak Wis.. Emm maksudnya Pak San enak pas mengajar, tidak bikin mengantuk, dan cara menjelaskannya membuat murid nya cepat paham, Om.. ". Lala melirik takut - takut ke arah Sanjaya. Dilihatnya Gurunya itu tersenyum dengan bangga. Lala tersenyum lega. Sepertinya itu jawaban paling bijak, karena Dia mengesampingkan perasaannya yang sebal karena pernah dihukum dan dimarahi.
Jawaban Lala tentu saja tidak sesuai dengan kemauan Ganes. Gadis itu hanya memberengut. Sebal.
Dua keluarga di tambah teman - teman Ganes, berbincang di meja makan. Untuk sesaat tamu Ganes merasa enjoy. Dan Mereka bisa melihat sisi lain dari Sanjaya di sini. Guru Mereka itu terlihat seperti manusia pada umumnya. Beda dengan saat di sekolah, dan berperan sebagai Guru Galak.
Diantara semuanya, hanya Ganes yang terlihat tidak menyukai situasi saat ini. Dia ingin rasanya kabur ke kamar dan tidak keluar lagi. Tapi? Dia juga punya tamu. Teman - temannya itu masa mau ditinggalkan begitu saja?. Dan satu lagi, setelah ini, Ganes harus menghadapi rentetan pertanyaan dari keempat sahabatnya. Itu hal yang pasti. Dia melirik teman - temannya. Mereka sedang mengobrol dengan Papa Mama dan Ayah Ibu. Sebal nya, topik Mereka adalah Sanjaya.
'Apa sih? Bahas Dia mulu '. Omel Gadis itu dalam hati.
"Wah bagus itu Nak.. Jarang loh ada Gadis yang jago main catur. Kapan - kapan sepertinya Kita harus tanding ! . Dek Sosro, Kita harus lawan teman anak kita ini ! Hahaha ".
"Haha iya Mas.. ".
Dua orang Bapak - bapak itu malah mau menantang Kila, yang tadi diceritakan oleh Sasi sangat jago bermain catur, dan bahkan besok ikut lomba catur mewakili kelas. Kila yang di tantang, menyenggol kaki Sasi dengan keras.
'Iiih Apaan sih ! '. Ujar Kila kesal. Namun wajahnya menyunggingkan senyuman.
"Kata Sanjaya Ganes ikut lomba cerita ya? ". Tanya Mama. Sejak tadi, Wanita tua itu menyadari Ganes yang tidak nyaman dengan suasana di meja makan. Mama menduga, mungkin Ganes tidak memberitahukan pada teman - temannya tentang hubungan Ganes dengan Sanjaya, anaknya.
"Eh, Iya Ma.. Ganes ikut lomba cerita, hehe ".
"Cerita tentang apa?". Tanya Mama lagi.
"Ah itu, Kemarin tentang apa ya Bu, yang Ganes tanya.. Oh, tokoh wayang.. Iya kan Bu? ".
Ganes memastikan kembali. Dan Ibu mengangguk, menandakan bahwa itu benar.
"Bagus itu.. Mama jadi ingin melihat penampilan mu ! ". Wanita tua itu terkekeh. Ganes hanya bisa tersenyum.
"Ayah, Ibu.. Terimakasih makan siangnya, menu nya enak - enak, hehee ".
Sasi mewakili teman - temannya untuk berpamitan. Mereka menyalami semua orang tua di sana. Sebetulnya, Niat awal, Mereka akan bertahan hingga sore. Namun sepertinya kondisi tidak memungkinkan. Jadi setelah tadi saling berbisik, Mereka berempat memutuskan pulang. Tami yang sudah memberitahu Kakaknya untuk dijemput sore hari, memilih ikut Sasi naik motor.
Ganes mengantar teman - temannya ke teras.
"Sejak kapan Bapak itu sering ke sini Nes?". Tanya Lala sambil berbisik.
"Bapak yang mana? Yang tua? ". Tanya Ganes. Karena ada dua bapak di dalam sana yang menjadi tamu.
"Bapak Guru kita lah Nesss ! ". Tami yang gemas, mencubit lengan Ganes. Pertanyaan Lala sama dengan nya. Mendengar pertanyaan balik Ganes yang seolah tidak paham membuat nya gemas. Lainnya hanya terkikik. Mereka menjadi pendengar yang baik, sembari memastikan jalan dengan benar.
"Yang sering Papa dan Mama, karena Mereka sahabat Ayahku, dan yah rekan bisnis juga ! " Jawab Ganes seadanya. Yah memang begitu kan?
"Kamu panggilnya Papa Mama juga yaa hehee". Kila tersenyum penuh arti. Alisnya bahkan naik turun. Meledek Ganes.
"Cieeeee.. " Keempatnya malah kompak meledek Ganes.
"Apa an sih ! Ya disuruhnya panggil kayak gitu. Bukan Aku yang mau ". Bela Ganes.
"Tapi Mereka nggak nyebelin kok, Nes.. Memang Bapak nya Pak Wis keliatan Galak, tapi dari cara bicara nya, nggak kok. Ya kan gaes?". Tami berpendapat. Dan lainnya mengangguk. Setuju dengan pendapat Tami.
"Kamu tuh La ! Masa tadi jawabnya gitu sih? Harusnya jawab. Pak Wis kalo di kelas suka marah - marah, dan suka hukum murid. Gitu loh ! ". Ganes teringat dengan pertanyaan Papa Sanjaya di meja makan.
"Loh, Aku jawab dengan bijaksana loh Nes.. Karena emang gitu yang Aku rasain. Terlepas Beliau sering marah dan suka menghukum. Tapi kan cara Dia ngajar bagus aja ! ". Ujar Lala, tidak mau disalahkan.
"Lagi pula sekarang kita jarang di hukum kan? Karena kita jarang buat masalah. Sadar nggak? Terakhir yang Kamu telat upacara itu lah hehehee ". Imbuh Lala lagi. Ganes hanya memutar bola matanya malas.
"Udah.. Kami pamit dulu Nes.. Hutang penjelasanmu sebenarnya masih banyak sih, tapi cukup dulu ya gaess.. Hehee, ". Sasi mengerling ke arah Ganes. Lala, Kila dan Tami terkekeh melihat Ganes yang mendelik sebal ke Mereka.
Setelah teman - temannya keluar dari gerbang rumah, Ganes memutuskan untuk langsung masuk ke rumah. Dia sudah berencana masuk ke kamar, dan mandi.
Ganes melihat Sanjaya yang berdiri di depan pintu. Seperti patung yang menghalangi jalan saja. Gadis itu menatap dengan sebal.
"Saya tidak tahu kalau Mereka ada di sini ". Ucap Sanjaya begitu Ganes sudah di depannya, dan terpaksa berhenti, karena Dia menghalangi jalan.
"Iya kan pas Aku masuk ke rumah, Bapak tau ! Harusnya nggak usah nimbrung di meja makan ! Ini sekarang Mereka jadi mikir aneh - aneh loh ! ". Protes Ganes. Dia masih belum menerima apa yang telah terjadi siang ini, di rumah dan di meja makannya.
"Saya lapar Ganes. Kamu tidak kasihan? Lagi pula, jika Mereka bertanya, Kamu bisa menjawab kalau Saya dan Papa itu Rekan bisnis Ayah ! ".
"Ckk ! Sudahlah, Saya mau mandi dulu. Minggir Pak ! ".
Ganes mendorong Sanjaya agar menjauh dari tengah pintu. Hal itu dimanfaatkan oleh Sanjaya untuk memeluk Ganes yang sedang merajuk.
"Iih Bapak yaa ! ". Ganes mencoba melepaskan diri. Namun rupanya pelukan Sanjaya cukup kencang. Lelaki itu memaksa Ganes menyandarkan kepala nya di dada.
"Jangan marah - marah terus. Jangan sampai wajahmu terlihat lebih tua dari Saya, Ganes.. ". Sanjaya terkekeh setelah mengatakannya.
"Apaan sih ! , dilihat Ayahku baru tau rasa ! ".
"Mereka sedang di taman belakang. Bukankah tidak akan terlihat? ". Ganes berdecak sebal.
Sanjaya melepaskan pelukan nya pada Ganes. Dan...
Cuppp !!! Tanpa aba - aba, Sanjaya mencuri satu kecupan singkat dari Kekasihnya itu. Ganes hanya bisa mendelik, kaget dengan kecupan itu.
"I love you, Ganes". Ucap Sanjaya pelan, diiringi senyuman termanisnya.
.
.
.
Bersambung 😁