NovelToon NovelToon
Biarkan Ku Tenggelam Di Dasar Hati Mu

Biarkan Ku Tenggelam Di Dasar Hati Mu

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Lari Saat Hamil / Dikelilingi wanita cantik
Popularitas:1k
Nilai: 5
Nama Author: Erny Su

Cinta, benarkah cinta itu ada? kalau ya, kenapa kamu selalu mempermainkan perasaan ku.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erny Su, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15

"Hmm..."lirih nya sambil mengusap sudut matanya. Dia pun pergi bersama ketiga orang yang kini didalam hidup nya.

Dua bayi kembar perempuan yang sama sekali tidak mirip dengan kedua orang tuanya itu pun terlihat tidak nyaman berada di keramaian rumah sakit tersebut.

"Dion boleh tidak setelah ini aku beli ice cream."tanya Jiwa yang kini tinggal beberapa langkah lagi menuju finis.

"Tentu saja babe apa yang enggak untuk mu asal kamu bahagia."ucap Dion yang kini mengambil jas miliknya yang sempat dilepas demi untuk membantu Jiwa yang sedang latihan berjalan.

"Terimakasih Dion yang tampan."ucap Jiwa yang kini tersenyum manis sambil berusaha keras untuk mencapai finish sebelum akhirnya Dion membawa kursi roda yang beberapa minggu ini Jiwa gunakan untuk beraktivitas.

"Ah akhirnya selesai, ini sungguh sangat menyiksaku Dion tidak bisakah aku gunakan kursi roda ini saja jadi tidak perlu belajar berjalan lagi."ucap Jiwa yang kini tengah protes pada Dion yang dibalas gelengan kepala dengan senyum manis.

"Babe aku hanya ingin yang terbaik untuk mu jadi berusahalah aku akan selalu ada untuk mu."ucap Dion yang kini menyeka keringat di wajah dan di leher jenjang milik jiwa yang kini terlihat jauh lebih muda dari usia nya yang kini sudah genap berusia 25 tahun.

Tapi sayang di hari ulang saat ini dia bahkan tidak mengingat dirinya sendiri.

"Hmm..."lirih Jiwa yang kini sudah menggunakan topinya juga masker dan kacamata hitam miliknya dan duduk santai di kursi roda yang otomatis itu.

Jiwa bahkan sesekali memutar kursi roda itu agar bisa melihat Dion yang kini tengah berjalan di belakang nya.

"Hati-hati nanti nabrak."ucap Dion sambil tersenyum manis.

"Tidak Dion yang tampan ini sangat asik mau coba, sini masih muat ko."ucap Jiwa menggoda.

"Jangan macam-macam babe, atau aku tidak jadi belikan kamu ice cream."ancam Dion pada gadis ice cream nya itu.

"Mau itu."ucap Jiwa yang menunjuk kearah suster yang membawa banyak balon yang akan dibawa nya ke ruang anak.

"Jangan itu nanti kita beli yang lain kasihan nanti anak-anak menangis jika tidak kebagian balon."ucap Dion yang dengan sabarnya meladeni Jiwa yang terkadang sepi gadis kecil yang selalu menginginkan hal baru yang ia lihat.

Jika Dion bisa memilih, dia ingin Jiwa tidak kembali mengingat masalalu nya itu yang terlalu menyakitkan. Dion pun hanya akan memberikan kebahagiaan meskipun itu adalah kebahagiaan kecil seperti saat ini.

"Janji beli balon yang banyak aku ingin terbang bersama nya ke awan."ujar Jiwa.

"Jika ingin terbang harus dengan balon gas yang lebih besar. Suatu hari nanti setelah aku punya waktu luang kita akan terbang hingga ke awan dengan balon gas."ucap Dion yang kini mengambil alih kursi roda itu dan mendorong nya agar gadis itu tidak berbuat ulah.

"Lihat itu, disana ada layangan sepertinya dia tidak punya beban hidup ya Dion tampan, apa kita bisa seperti itu."ucap Jiwa yang terus mengoceh dan Dion mendengarnya dengan sabar hingga mereka tiba di sebuah pusat perbelanjaan dimana disana terdapat banyak cafe resto dan kedai penjual ice cream.

Dion langsung menghentikan penjual balon yang ada di tepi jalan, dan meminta nya untuk mendekat kearah mereka.

"Pilihlah babe, setelah itu kita cari ice cream favorit mu."ucap Dion yang kini sudah mengeluarkan dompet.

"Hmm aku ingin semua tapi aku mau menerbangkan nya di lapangan."ucap Jiwa.

"Baiklah kita bisa keatas gedung mall ini agar kamu bisa menerbangkan semua itu."ucap Dion.

"Memangnya boleh?"tanya Jiwa.

"Boleh siapa juga yang akan melarang nya, pak tunggu disini ya saya mau borong semuanya."ucap Dion yang kini memberikan satu gepok uang berwarna pink dan pria itu begitu kaget karena harga seluruh balonnya pun tidak sampai menghabiskan dua lembar uang berwarna pink seperti yang ada di genggaman nya itu.

"Tuan ini kebanyakan."ucap bapak tua itu.

"Hmm... ambilah itu adalah rejeki untuk bapak dan keluarga tapi saya minta tolong ikut saya saya sebentar ke atas sana karena kami akan menerbangkan balon itu di atas sana."ucap Dion yang kini mengirim pesan pada seseorang yang tidak lama kemudian datang menyambut nya dengan senyum ramah dan meminta mereka mengikuti langkah nya untuk menuju lantai teratas yang merupakan atap gedung sepuluh lantai tersebut.

Sesampainya di sana dengan Jiwa yang kini terlihat menghirup udara segar dari angin yang bertiup kencang tersebut, dia memejamkan matanya sambil merentangkan tangannya meskipun posisinya kini terduduk di atas kursi roda tersebut.

"Silahkan mulai nona ini balonnya."ucap pria tua yang sedari tadi menggenggam balon tersebut dengan sekuat tenaga karena dia sendiri pun hampir terbawa balon yang kini diterpa angin tersebut beruntung ada besi pembatas yang bisa digunakan untuk mengikat balon tersebut.

Jiwa pun langsung meminta Dion membawanya mendekat ke arah balon, karena sedari tadi ia sudah tidak sabar untuk melakukan hal itu.

"Tuhan semoga kebaikan selalu datang dalam hidup orang-orang baik seperti Dion tampan? Dan semoga dia selalu sehat dan sukses terus agar aku bisa membeli apapun yang aku mau termasuk ice cream!"teriak Jiwa yang terlihat begitu tulus sambil bersiap melepas balon yang kini mulai terlepas satu persatu mewarnai langit sore yang indah dengan sunset yang mulai tampak dari kejauhan.

Dion pun mengaminkan doa-doa Jiwa yang kini tampak tersenyum bahagia dan semakin terlihat cantik di mata ketiga pria yang ada di hadapannya termasuk Delon yang kini ikut menerbangkan balon yang kini mulai menebus Awan.

"Semoga kau selalu bahagia babe."lirih Dion yang kini semakin jatuh cinta pada gadis cantik itu.

Dion pun membungkuk mensejajarkan dirinya dengan jiwa yang kini tersenyum manis padanya."Apa kamu bahagia?"tanya Dion lembut.

"Tentu saja Dion tampan."lirih Jiwa yang kini memejamkan matanya kala wajah mereka begitu dekat meskipun mereka tidak sedang berciuman.

Untuk beberapa detik kemudian Dion mengusap lembut puncak kepala jiwa yang di tutupi kupluk rajut nya itu.

"Ayo kita pulang mungkin ustadzah sudah menunggu kepulangan mu."ucap Dion yang kini mengingatkan Jiwa pada seseorang yang selama ini selalu ada untuk dirinya selain Dion.

"Hmm... kapan beli ice cream nya aku harus."ucap Jiwa yang kini kembali bertanya pada Dion.

"Hmm... Dibawah kita borong, tapi tidak makan di tempat."ucap Dion.

"Ah gak seru Dion tampan... setidaknya satu cup saja untuk aku makan selagi menunggu mereka mengemas."ucap Jiwa merengek.

"Baiklah babe baik."ucap Dion yang sebenarnya tengah khawatir dia bertemu dengan seorang yang tadi sempat ia lihat ada di sana.

"Thanks Dion handsome."ucap gadis itu lagi.

"Hmm... lirih Dion yang kini kembali menggendong nya untuk turun menggunakan tangga sampai ke lantai sepuluh setelah itu mereka akan menggunakan lift, sementara kedua pria itu mengikuti mereka salah satunya membawa kursi roda milik Jiwa.

...*****...

Setibanya di lantai bawah pilihan Dion adalah cafe ice cream yang ada di sana, Jiwa sangat menyukai itu, dan Dion sudah memesan sejak awal jadi tinggal bawa, hanya saja ia ingin membeli lagi di cup yang lebih kecil agar Jiwa tidak merajuk.

"Ini ice cream nya ayo buka dulu masker dan kacamata nya, setelah itu kita pulang."ucap Dion yang kini membantu melepaskan masker dan kacamata Jiwan yang membuat seseorang yang sejak tadi penasaran dengan pasangan itu langsung kaget.

"Sekarang habiskan tapi sambil jalan."ucap Dion yang kini meletakkan kacamata hitam milik Jiwa di kerah t-shirt nya itu sementara maskernya masih digenggaman nya sambil mendorong kursi roda milik Jiwa.

Sampai saat mereka tiba di depan mobil Dion yang kini mereka menghentikan langkahnya karena Jiwa meminta Dion untuk mencicipi ice cream yang ia sodorkan di hadapan Dion.

"Ayo Dion tampan sesekali makan sambil jalan tidak masalah bukan."ucap Jiwa yang kini langsung tersenyum karena Dion mau menerima suapan tersebut dari sendok yang sama yang tadi digunakan oleh Jiwa.

Padahal pria itu adalah pria yang sangat menjaga kebersihan, tapi untuk Jiwa dia rela turun ke selokan untuk menyelamatkan kucing yang terjebak di sana beberapa hari yang lalu.

"Hmm... sangat manis."ucap Dion dengan lembut.

Pria yang sedari tadi menatap lekat kearah mereka langsung mengamalkan tangannya karena dibakar api cemburu yang kini bercampur kesedihan.

Jiwa pun mengalungkan lengannya di leher Dion yang kini menggendong nya hingga akhirnya ia pun masuk kedalam mobil disusul dengan ice cream dan kursi rodanya itu.

"Thanks Dion tampan semoga tuhan membalas kebaikan mu dengan kebahagiaan."ucap Jiwa lembut.

"Amin, sekarang tidak boleh minta apa-apa lagi kita akan pulang."ucap Dion mengingatkan.

Waktu sudah larut sore dan mereka tiba di rumah Jiwa tepat saat kumandang adzan magrib di mesjid komplek perumahan yang ditinggali oleh Jiwa saat ini.

"Jangan nakal makan malam dengan baik, setelah itu mandi dan istirahat."ucap Dion yang kini sudah mengantar Jiwa masuk hingga ke kamar nya disambut oleh perawat yang sejak Jiwa sadar dialah yang merawat Jiwa, Dion sewa perawat itu hingga Jiwa benar-benar kembali bisa beraktivitas dengan lancar.

"Baik Dion tampan thanks for everything, hati-hati dijalan sampai jumpa minggu depan."ucap Jiwa yang kini tersenyum manis pada Dion.

"Sama-sama babe ingat jangan nakal satu minggu kedepan aku akan berpergian dan tidak ada yang mengawasi mu kecuali suster ingat harus jaga diri baik-baik."ucap Dion yang kini mengusap lembut puncak kepala Jiwa.

"Hmm... baiklah tuan tampan."ucap Jiwa yang kini memberikan hormat pada Jiwa.

"Ya sudah aku pulang dulu."ucap Dion yang kini mengusap bibir jiwa dengan lembut.

"Makan dengan benar jangan belepotan."ucap nya sambil tersenyum kemudian pergi meninggalkan Jiwa yang kini dibantu oleh perawat nya untuk bersiap mandi.

Jiwa tidak lumpuh hanya saja ia mengalami kaku di seluruh tubuh yang kini perlahan sudah mulai membaik dan tangan nya sudah mulai beraktifitas seperti biasa.

"Nona tuan Dion sangat baik, apa anda tidak berniat untuk menikah dengan ny?"tanya perawat tersebut.

"Jangankan kepikiran untuk menikah suster, mengingat siapa diri saya saja sulit apalagi saya ini tidak sebanding dengan nya."ucap Jiwa yang kini menatap cermin di kamar mandi nya itu.

"Saya ambilkan shampo yang baru ya."tawar suster yang kini sudah menyiapkan perlengkapan mandi untuk Jiwa.

Jiwa pun langsung mengangguk pelan dia memang butuh keramas setelah hampir seharian beraktivitas di luar sana.

Hari ini Dion sedang ada waktu luang ditengah-tengah kesibukan nya mengelola perusahaan.

Dia menyempatkan diri untuk menemani Jiwa melakukan terapi berjalan agar dia bisa cepat sembuh.

Jiwa pun mandi di dalam kamar mandi dengan posisi duduk di dalam bathtub-e hingga ia selesai mandi barulah perawat datang untuk membantu dia berdiri dan kembali gunakan kursi roda miliknya.

Sebenarnya Jiwa bisa jalan tapi masih kaku seperti robot, mungkin karena terlalu lama terbaring di atas ranjang rumah sakit tersebut, jadi tubuhnya itu kaku.

Setelah dia selesai mandi dan berpakaian, dia pun turun ke bawah dibantu oleh suster sambil berpegangan pada pembatas tangga dengan perlahan tapi pasti dia tiba di bawah dan kursi roda kembali menjadi alat bantu untuk beraktifitas seperti saat ini dia sudah berada di dekat meja makan saat ustazah salamah mengetuk pintu dan perawat membuka pintu untuk ustazah yang kini datang bawakan makan malam untuk Jiwa yang kini tersenyum padanya.

"Ya ampun nak, kamu sudah fresh pasti baru mandi kan."ucap ustazah salamah yang kini mengusap lembut punggung Jiwa.

"Ya ustazah ini juga baru turun balas Jiwa sambil tersenyum tulus.

"Baiklah sekarang makan ini ibu sudah masak makanan lezat spesial untuk mu."ucap ustazah dengan lembut nya.

"Hmm... kebetulan kami sedang menunggu kurir yang mengantar makanan, tapi belum datang juga."ucap Jiwa.

"Ya sudah makan ini saja ini cukup untuk berdua kok."ucap ustazah dengan lembut.

"Terimakasih ustadzah."ucap perawat yang kini mengambil piring dan juga sendok garpu.

"Nak bagaimana apa sudah ada perkembangan yang jauh lebih baik?"tanya ustazah.

"Hmm... lumayan ustadzah, setidaknya aku bisa berjalan sampai finish meskipun terasa berat."jawab Jiwa.

"Syukurlah nak semoga kamu bisa segera sembuh."ucap ustazah.

"Amin."ucap Jiwa dan juga perawat itu.

"Baiklah ibu pulang dulu setelah ini langsung istirahat."ucap nya yang begitu perhatian pada gadis yatim pintu tersebut.

Jiwa pun mengangguk pelan."Suster ice cream nya sudah dibuka belum aku ingin makan ice cream sebelum tidur."ucap Jiwa.

"Nanti setelah makan saya buka."ucap nya.

"Hmm...kalau suster mau ambil saja."ucap Jiwa.

"Terimakasih."ucap perawat tersebut.

Jiwa pun mengangguk pelan, dia yang baru saja makan beberapa suap saja sekarang sudah merasa kenyang jadi tidak dia lanjutkan, berbeda dengan suster yang memang nafsu makan nya bagus, dia sanggup menghabiskan makanan yang benar-benar lezat itu sendiri sementara Jiwa minta diambilkan ice cream.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!