Galuh yang difitnah oleh penduduk kampung dan dibuang dihutan larangan, hutan yang menyimpang segudang misteri.
Dapatkah galuh membalaskan dendam dan menemukan dalang dari orang yang menghasut penduduk?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon elaacy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23: Bertemu minah
Galuh segera mendekat tanpa ragu, dan berdiri tepat dibelakang minah.
"Bu." Suara galuh membuat minah segera menoleh kearah nya, ia tertegun melihat wajar galuh yang mirip damar.
"Aaaa pergii, pergii." Minah berteriak dengan histeris, hal itu membuat galuh panik ia tak menyangka jika minah akan berteriak.
Nek yanti yang mendengar teriakan minah segera pergi kearah kamarnya, disana minah sudah meringkuk seperti orang ketakutan saat melihat galuh.
"Kenapa bu minah berteriak histeris saat melihatku nek?." Tanya galuh dengan rasa bersalah.
"Wajahmu itu mirip damar, makanya minah saat melihatmu jadi berteriak seperti itu." Jawab nek yanti
"Kamu mundur lah, biar nenek yang kasih tau." Lanjut nek yanti.
Galuh segera mengangguk dan mundur, ia memperhatikan nek yanti yang menenangkan minah yang masih saja ketakutan.
"Dia anak siti, minah jangan berteriak seperti itu." Bisik nek yanti, hal itu membuat minah perlahan mengangkat kepalanya, ia menoleh kearah galuh.
"A-anak siti?." Tanya minah. Nek yanti hanya mengangguk dan segera keluar dari kamar tersebut.
"Kemarilah." Panggil minah. Galuh segera mendekat kearah wanita itu, ia bisa melihat jika mata wanita itu berkaca-kaca.
"Kamu benar anaknya siti?." Tanya nya yang sembari menatap lekat galuh.
"Iya bu." Jawab galuh. Minah yang mendengar langsung memeluk galuh dengan erat, ia menangis.
Galuh hanya diam dan tak bereaksi apapun. Ia membiarkan minah memeluknya.
"Maaf, maafkan aku." Ucapan lirih minah yang penuh penyesalan.
"Kenapa meminta maaf bu?." Tanya galuh yang bingung.
"Andaikan aku menolong siti saat itu, mungkin ia tak akan mengalami hal keji itu." Jawaban minah.
Galuh hanya diam, ia hanya mendengarkan minah yang berbicara.
"Waktu itu, aku mendengar bu sumi merencanakan sesuatu yang akan membuat siti kehilangan harga dirinya, ia juga mengguna-guna siti agar mau tidur bersama mas damar. Pagi itu mas damar berpamitan kepada ku untuk menjual hasil panennya ke pasar, aku curiga kepada mas damar karena tatapan nya terlihat kosong, tetapi bodohnya aku, aku mengizinkan mas damar pergi, hingga hal tak diinginkan terjadi." Minah terus bercerita dengan air mata berjatuhan, galuh yang mendengar mengepalkan kedua tangannya, ia sama sekali tak menyangka jika ini semua perbuatan nek sumi yang ia kenal baik.
"Hingga suatu hari, terdengar cerita jika siti berbuat hal tak senonoh kepada damar, hal itu membuat warga naik pitam dan malam itu juga mereka mendatangi siti dan ternyata siti kabur tetapi mereka berhasil menangkap siti dan menganggutungnya di tiang yang sudah dibuat di lapangan, aku berencana menolong siti, namun aku malah tertangkap oleh bu sumi dan beliau mengunci ku disebuah gudang." Lanjut minah, galuh tak bisa membayangkan bagaimana kondisi ibunya saat itu, apalagi sang ibu tengah mengandungnya.
Setelah puas menangis, akhirnya minah sudah cukup tenang.
"Bu, dimana anak ibu?." Tanya galuh.
"Anakku diambil oleh wanita itu." Jawab minah dengan suara sesak.
"Tapi aku sudah bertemu dengan anak ibu." Ucap galuh, yang membuat jantung minah berdegup kencang.
"Benarkah?.' Tanyanya penuh harap.
Galuh hanya mengangguk dan mulai menceritakan kejadian demi kejadian dan pertemuan antara mereka dan damar, serta saras yang bercerita jika sang ibu mencari ayah.
Minah yang mendengar cerita galuh, bertambah benci kapada bu sumi, ia sama sekali tidak pernah mencari keberadaan damar dan meninggalkan anaknya kepada bu sumi. Justru anaknya lah yang diambil paksa oleh wanita itu.
"Dimana keberadaan ibumu?." Tanya minah.
"Aku tak tau bu, ibuku menghilang saat aku dipukuli masa malam itu." Jawab galuh lirih.
Tak terasa sore telah tiba, galuh berpamitan kepada minah dan nek yanti untuk pulang.
"Saya pulang dulu ya bu, nek." Pamit galuh.
"Tunggu sebentar." Ucap minah, ia segera pergi masuk kedalam kamar, tak lama ia keluar dengan membawa sebuah anak panah dan memberikannya kepada galuh.
"Apa ini bu?." Tanya galuh yang terkejut.
"Itu anak panas, di ujungnya itu terkandung racun yang mematikan." Jawab minah seraya tersenyum lembut kepada galuh.
"Terimakasi bu." Ucap galuh. Minah hanya mengangguk sebagai balasan.
Galuh segera pergi meninggalkan perkarangan rumah nek yanti dan akan mencari tukang ojek.
Tak lama galuh sudah sampai didekat gapura desa, disana masih ada 1 tukang ojek yang belum pulang padahal hari sudah sore. Galuh segera mendekati tukang ojek tersebut.
"Pak, bisa antarkan saya ke desa alas pati?." Tanya galuh dengan sopan.
"Bisa mas, ayo naik." Jawab bapak itu dengan senang.
Galuh segera naik, tak lama bapak itu segera melajutkan motornya dijalanan yang masih bebatuan.
Tak lama ojek yang ditumpangi galuh sudah sampai didepan gapura desa alas pati. Galuh segera turun dan membayar ongkos ojek tersebut.
Ia segera melangkahkan kakinya, langit sore yang mendung, menandakan sebentar lagi akan turun hujan. Galuh mempercepat langkah kakinya, tak lama ia sudah sampai didepan rumah mbah surya, disana mbah surya dan renggo sudah menunggu kedatangannya.
"Lama sekali kamu nak." Ucap mbah surya yang khawatir begitu juga dengan renggo.
"Aku udah bertemu dengan bu minah." Ucap galuh seraya tersenyum tipis. Hal itu membuat mbah surya dan renggo saling pandangan.
"Beneran?." Tanya renggo yang memastikan.
"Bener paman, bahkan aku sudah berbicara dengan bu minah, banyak hal yang diceritakan beliau kepadaku." Jawab galuh yang teringat akan cerita minah.
"Dia menceritakan apa kepadamu?." Kini giliran mbah surya yang menanya.
"Tentang ibu." Jawab galuh.
Ia pun segera menceritakan yang sama persis diceritakan oleh minah kepadanya tadi.
Renggo dan mbah surya yang mendengar cerita galuh barusan membuat mereka naik pitam, ia tak menyangka jika dalang dari semua ini adalah sumi.
"Kasihan sekali kamu siti." Gumam renggo dengan sedih, ia tak menyangka dengan kejadian yang menimpa kekasihnya itu.
"Aku akan membalas perbuatan mereka mbah." Ucap galuh dengan penuh dendam.
"Kita akan membalas perbuatan mereka." Sahut renggo dengan dingin, ia semakin membenci damar dan ibunya.
Mbah surya segera masuk kedalam kamar dan tak lama ia keluar dengan membawa sebuah buku tebal dan meletakannya dihadapan galuh dan renggo.
"Buku apa ini kek?." Tanya galuh penasaran.
"Buku ini berisi ilmu hitam yang sudah ditulis oleh leluhur." Jawab mbah surya.
"Ilmu hitam?." Ucap galuh dengan kaget.
"Untuk membalas mereka kita harus menggunakan ilmu ini, hitam dibalas hitam." Sahut mbah surya dengan tatapan tajam.
"Mereka sudah menghancurkan hidup ibumu, dan membuat namanya jelek di desa ini." Lanjut mbah surya.
Galuh hanya diam dan ia baru teringat akan anak panah yang dikasi oleh minah kepadanya tadi.
"Oh ya mbah, bu minah tadi memberiku sebuah anak panah." Ucap galuh.
"Anak panah?." Tanyanya.
"Iya mbah." Jawab galuh, ia segera mengeluarkan anak panah itu yang disimpannya dibalik baju.
Mbah surya segera mengambil anak panah itu dan memperhatikannya dengan teliti.
"Anak panah ini sangat beracun, jika terkena orang pasti orang itu akan mati." Ucap mbah surya.
Galuh hanya mengangguk, sebelumnya bu minah pun sudah mengatakan hal itu.
"Galuh, apa kamu mau mempelajari isi dari buku itu?." Tanya mbah surya setelah sekian lama mereka terdiam.
"Eee... Anu mbah aku takut." Jawab galuh dengan ragu.
"Jangan ragu nak, jika kamu mau mempelajari isi buku itu maka besok mbah akan membawamu ke seseorang yang bisa mengajari ilmu yang ada di dalam buku itu, jika tidak mau pun mbah tidak akan memaksa." Ucap mbah surya, galuh menjadi bimbang antara mempelajari ilmu itu atau tidak.
"Baiklah mbah." Ucap galuh yang setelah lama terdiam.
"Kamu ingin mempelajarinya?." Tanya mbah surya, memastikan ucapan galuh barusan.
"Iya mbah." Jawab galuh. Mbah surya hanya mengangguk.
"Baiklah, ayo kita segera tidur, besok pagi-pagi sekali kita akan menemui orang itu." Ucap mbah surya, ia segera berjalan menuju kearah kamarnya, begitu juga dengan galuh.