Wajib baca Novel Tawanan Dua Mafia.
Helena harus berjuang saat pria paling dicintainya dinyatakan tewas dalam pertempuran. Satu persatu orang yang disayangi Helena haeus tewas di depan matanya.
Helena harus tetap bertahan di saat situasi dan kondisi tidak lagi menguntungkan baginya.
Akankah Helena berhasil mengalahkan musuh yang tidak lain adalah sepupu suaminya sendiri?
"Strike, kau harus tetap hidup."
"Pergi, Nona. Pergi. Maafkan saya tidak bisa menjaga anda lagi."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sisca Nasty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 23
Hening. Tidak ada lagi yang bersuara. Bahkan Clous yang termasuk hobi mengomel kini hanya diam saja. Dia melirik tangan Helena dan menghela napas kasar. Membayangkan Helena merintih kesakitan membuatnya tidak tega.
"Hanya warna hitam dan aku akan pilih jarum yang tidak menyakitimu." Clous memandang Strike sejenak. "Lalu, bagaimana dengan tangan kirimu? Kau bisa bunuh diri dari sana karena di sana tidak ada nama Aberzio. Apa perlu aku melukis wajahnya di sana?" Clous mulai jengkel ternyata. Kini pria itu asal bicara saja.
"Aku mau ...."
"Stop, Helena. Aku hanya bercanda," potong Clous cepat. Dia tidak akan mengabulkannya juga jika Helena memintanya untuk melukis wajah Aberzio di sana. Sakitnya tidak akan bisa ditahan oleh Helena nanti.
"Buat huruf C di sini." Helena melanjutkan kalimatnya.
"Kau begitu tergila-gila padaku? Kenapa tidak langsung namaku saja?" sahut Clous serius.
"Namamu, Cindy dan Celine."
Jason memandang wajah Helena tanpa berkedip. Kenapa Helena harus mengingat nama Celine lagi? Hal itu membuat sebuah aliran aneh di dalam diri Jason.
"Siapa Celine?" Clous mengernyitkan dahinya. Cerita lengkap Helena pernah amnesia belum berhasil dia dapatkan. Setahu Clous Helena memang amnesia. Tapi tidak sedetail itu juga informasi yang dia dapat.
"Buatkan saja. Kau ini cerewet sekali," protes Helena tanpa mau menjelaskan.
"Aku tidak mau membuatnya jika kau tidak menjawab pertanyaanku."
"Celine merupakan bagian dari hidupku. Aku tidak akan pernah mau melupakannya. Begitupun dengan kau dan Cindy. Kalian berdua begitu berarti di dalam hidupku. Buat huruf C yang indah di sini. Di sini ada nama suamiku. Di sini ada dua saudaraku. Pastikan tatonya permanen."
"Anda lupa satu nama, Nona. Clara juga berawal huruf C," ledek Clous dengan senyum meledek.
"Ya. Nama dia juga harus ada di sini. Jika aku ingin bunuh diri, aku akan mengingat namanya dan mengurungkan niatku untuk mati. Aku harus membunuhnya bukan?"
Clous beranjak dari kursinya. Mengobrol dengan Helena seperti tidak bisa menang. Bahkan untuk seri saja susah.
"Aku akan menemuimu satu jam lagi. Biar aku yang mengukir tatonya. Jangan biarkan tubuhmu tersentuh pria lain. Ingat itu, Helena."
Strike mulai bisa menilai seperti apa kedekatan antara Helena dan Clous. Mereka terlihat seperti adik kakak. Seperti itulah yang ada di dalam pikiran Strike saat ini. Berbeda jauh ketika Helena dekat dengan Jason. Ada perasaan khawatir di sana karena Strike tidak mau sampai Helena luluh dan kembali mencintai Jason.
"Clous!" teriak Helena.
"Aku sibuk, Helena."
Helena segera berlari mengejar Clous. Strike ikut berlari mengejar Helena.
"Aku ikut." Helena sudah berdiri di depan Clous. Menghalangi langkah pria itu.
"Aku tidak mau pergi jalan-jalan. Masuk Helena. Habiskan sarapanmu."
"Aku sudah kenyang," sahut Helena.
"Helena." Clous mulai frustasi.
"Aku takut. Aku takut kau meninggalkanku lagi seperti yang dilakukan Aberzio."
"Aku ...." Clous kehabisan kata-kata. Dia menarik tubuh Helena dan memeluknya. "Kau sudah mengagalkan rencanaku. Bajingan itu pasti akan melaporkannya kepada Clara sekarang."
"Bajingan? Siapa?"
Clous memandang anak buah Clara yang kini berusaha kabur. "Aku harus menangkapnya."
Clous melepas pelukan Helena. "Aku akan kembali gadis kecil. Tetap didekat Strike." Clous berlari mengejar. Larinya sangat kencang hingga Helena malas untuk mengejarnya.
Helena memandang Strike. Wanita itu menghela napas kasar sebelum masuk lagi ke dalam restoran. Strike menekan nomor seseorang.
"Kau melihatnya?"
"Ya, Bos."
"Tangkap dia. Pastikan pria yang tadi bersama Nona Helena aman."
"Baik, Bos."
Strike menyimpan ponselnya. Dia harus segera menjaga Helena lagi.
***
Helena menunggu Clous di depan kolam renang. Di samping Helena ada Strike yang berdiri dengan siap siaga. Dia akan menjaga Helena dengan baik. Memperhatikan keadaan sekitar untuk memastikan tidak ada musuh di sekitar mereka.
Dari kejauhan Clous muncul dengan sebuah tas kecil di tangannya. Pria itu berjalan dengan tenang. Hanya mengenakan kemeja berwarna cokelat dengan celana hitam. Penampilannya terbilang sederhana namun rapi dan juga wangi. Memang Clous terkenal sebagai pria yang rapi.
Helena mengukir senyum melihat Clous muncul. Dia sudah tidak sabar untuk memandang nama Aberzio di pergelangan tangannya.
Clous duduk di depan Helena. Meletakkan tas yang dia bawa di atas meja. Pria itu mengeluarkan alat-alat yang akan dia gunakan untuk membuat tato di pergelangan tangan Helena.
"Tahan, Helena." Clous mengambil tangan Helena. Dia mulai fokus untuk membuat nama Aberzio Guineno di pergelangan tangan Helena.
Baru juga satu tusukan Helena sudah memekik dan mengigit bibir bawahnya. Menunduk menahan sakit. Strike terlihat khawatir saat itu. Jika saja sakitnya bisa dipindahkan. Mungkin Strike sudah melakukannya.
"No!" Helena menarik kemeja Clous hingga kemeja pria itu terbuka. Kancingnya sampai lepas karena Helena menariknya terlalu kuat. Memperlihatkan bagian dada Clous yang memang selalu disembunyikan olehnya.
Helena terdiam. Dia bisa melihat jelas nama Clara terukir di bagian dada kanan Clous. Dengan wajah kesal Helena memalingkan wajahnya. Dia bahkan tidak lagi merasakan sakit setelahnya. Justru rasa bersalah di dalam hatinya.
"Apa aku terlalu jahat? Apa aku egois. Tidak memikirkan perasaan Clous seperti apa saat ini. Aku tahu dia sangat mencintai Clara. Mungkin juga Clara adalah cinta pertama Clous. Tapi karena demi melindungiku, dia merelakan kebahagiaannya hilang. Jahatnya aku."
"Apa yang kau pikirkan, Helena?" Clous meletakkan tangan Helena. Dia sudah siap mengukir nama Aberzio Guineno di sana. Terukir sangat indah. Dan memang tidak terlalu besar karena Clous tidak mau terlalu menyakiti Helena.
"Kau memikirkan sesuatu yang menyakitkan sampai-sampai tidak lagi merasakan sakit?"
Helena memperhatikan tangannya. Dia tersenyum membaca nama Aberzio kini ada di tangannya. Terukir begitu indah.
"Kemarilah. Tangan kirimu," pinta Clous.
Helena beranjak dari duduknya. Dia membuka kemeja Clous. Rasanya tidak puas jika tidak memandang sekujur tubuh Clous. Dia harus tahu apa saja yang sudah diukir Clous di tubuhnya. Dulu hanya ada nama Helena di tubuh pria itu.
"Hanya kau yang berani melakukannya Helena," protes Clous.
Strike mengernyitkan dahinya melihat kelakuan Helena. Pantas saja selama ini Helena tidak pernah berani membahas hal apapun tentang Clous. Ternyata sedekat ini hubungan mereka. Aberzio pasti akan cemburu. Bahkan mungkin akan sampai mengamuk melihat istri kesayangannya menyentuh tubuh pria lain.
Helena menarik lengan Clous dan memaksanya berdiri. Helena tersenyum masih melihat namanya di bagian dada kiri Clous. "Kau tidak menghapusnya."
"Siapa yang bisa membuatku melupakanmu?" sahut Clous.
Wajah Helena kembali sedih melihat nama Clara bersanding disamping namanya. Helena berjalan dan memperhatikan bagian punggung Clous. Ada beberapa ukiran tanggal. Ada banyak sekali hingga Helena penasaran tanggal apa saja di tubuh pria itu. Kenapa dia harus memasang banyak tanggal.
"Clous, bisa jelaskan satu persatu? Untuk apa semua ini?"
Clous memutar tubuhnya. Memandang Helena. "Apa itu penting? Sekarang duduklah. Aku akan menyelesaikan tugasku dan pergi. Aku memiliki banyak urusan hari ini, Helena. Jangan membuang-buang waktuku."
Helena kembali duduk. Kini Clous tidak lagi memakai baju karena ulah Helena. Pria itu memasang wajah yang serius untuk mengukir huruf C di pergelangan tangan kiri Helena. Mewakili beberapa nama. Termasuk namanya juga nama Cindy.
"Ada tanggal pertemuan pertama kita. Ada tanggal ketika kau menghilang. Ada tanggal saat kau dinyatakan tewas dalam kecelakaan. Ada tanggal dimana aku begitu gila karena merindukanmu. Ada tanggal pertemuanku dengan Clara. Ada tanggal pertunanganku dengannya."
Helena menggerakkan bola matanya memandang Clous dengan serius. Dia ingin memastikan Clous tetap baik-baik saja saat ini. Tidak sedang bersedih karena harus berpisah dengan Clara.
"Maafkan aku."
"Kau nggak salah, Helena. Tidak ada yang salah di sini." Clous mengusap tangan Helena. Membersihkannya. "Sudah selesai. Jangan pernah bunuh diri ya. Apapun itu jangan pernah bunuh diri Helena. Hidup terus berjalan. Aku harap Aberzio masih hidup agar dia bisa memuji tato buatanku." Clous mencium kedua tangan Helena bergantian.
Helena memeluk Clous dan menangis. "Aku tahu Clara adalah cinta pertamamu. Kau seharusnya bahagia. Begini saja. Benci saja aku. Kita bermusuhan. Kau boleh menyakitiku. Tapi setelah itu aku akan membunuh Clara. Jangan seperti ini. Hubungan persaudaraan ini terlalu menyakitkan."
Clous memejamkan matanya. Memeluk Helena dan menekan rasa sakitnya yang kini begitu menyesakkan dada. "Aku terlalu bodoh. Sampai-sampai bisa diperalat seperti ini. Clara tidak tulus mencintaiku. Berbeda denganmu dan Aberzio, Helena. Kalian saling mencintai. Sedangkan aku. Aku hanya cinta sendirian. Clara memanfaatkanku karena dia tahu aku adalah pelindungmu. Bodohnya aku."
Helena menangis dan air matanya menetes semakin deras. Tapi dia merasa nyaman saat Clous memeluknya seperti sekarang. Bisa sedikit mengobati rasa rindunya terhadap Aberzio. "Maafkan aku. Tolong jangan pernah membenciku."
"Nggak akan, gadis kecil. Kau adikku. Nyawaku." Clous mengecup pucuk kepala Helena. Mengusap pipi Helena untuk menghapus air mata yang menetes. "Jangan menangis lagi."
"Boleh aku melompat ke kolam?"
"Tentu," sahut Clous.
Helena tersenyum. Dia langsung berlari ke kolam dan melompat. Tidak peduli kalau kini hanya memakai gaun saja.
Strike melebarkan kedua matanya. Dia membuka jas dan siap melompat. "Tunggu." Clous menahan Strike. Dia memandang ke arah kolam sekarang. Menghitung mundur. "Tiga ... Dua ... Satu."
Helena belum muncul. Saat Clous juga mau melompat tiba-tiba Helena muncul ke permukaan dan tertawa. Strike kembali bernapas lega setelahnya. Begitupun dengan Clous. Pria itu berjalan ke tepian kolam renang. "Kemarilah. Cepat naik. Apa sekarang sedihmu sudah hilang?" Clous mengulurkan tangannya. Helena berenang dan menyambut uluran tangan Clous. Wanita itu segera naik dibantu oleh Clous.
Strike cepat-cepat menutup tubuh Helena dengan jasnya. Pria itu memegang lengan Helena.
"Istirahatlah. Aku harus pergi." Clous segera berputar dan pergi. Helena masih berdiri dan tersenyum.
"Aku merasa sedikit tenang sekarang."
Jason mengetuk-ngetuk meja di depannya melihat pemandangan di depannya. Tiba-tiba saja dia cemburu dengan Clous. Bukan sama Aberzio lagi. Helena memperlakukan Clous dengan cara yang berbeda. Tidak ada cinta. Tapi kasih sayangnya melebihi rasa cinta.
"Tuan, anda masih mau di sini?" Ben Kembali memperingati.
"Ya." Jason beranjak dari duduknya. Helena juga sudah pergi. Untuk apa lagi dia di sana.
"Sampai kapan, Tuan? ROC Group membutuhkan anda."
"Sampai Helena kembali ke Rio," sahut Jason sambil melangkah pergi.
kenapa harus dirahasiakan dr helena
klo jason tdk seposesif robert
🫂🫂🫂helena km pasti bisa jgn menyerah dulu...tunggulah aberzio kembali
jangan dulu jatuh ke pria lain mending jadi single mom aja sembari ngumpulin kekuatan n strategi baru king tiger yg udah bercerai berai ulah si clara..
emang selalu ada kejutan distiap novel²nya kak sis😲😯
klo aberzio beneran mati nasib helena y jadi tahanan berstts istri robert😭
jgn sampe jjson juga dilenyapkan si robert
jeson ben kalian dimana😭