Tasya baru pulang membeli sayur. Belum sempat masuk kerumah masih berada dihalaman, ibu mertuanya langsung meraih uang kembalian yang Tasya pegang.
"apaan sih buk, itu nanti sisanya buat beli apa yang kurang didapur. main ambil aja, dasar mertua serakah".
"halah, kasih aja lah kamu ini harusnya bisa membelanjakan sesuai kebutuhan. kalau sisa ya kasih keaku atau gak keibu.
seakan tak memperdulikan Tasya, bu Wiji pun berlalu pergi.
itulah tabiat mertua Tasya yang serakah, serta suaminya yang sangat perhitungan. namun kesabaran Tasya pun ada batasnya, hingga suatu saat Tasya pun meluapkan emosinya yang selama ini dia pendam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riiya Mariiya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 27
"malu kenapa To? Kamu itu gak ada salah sama saya kok", sambung pak Darman.
"saya kan masih ada hutang sama pak Darman, yang buat biaya lahiran istri saya. Bahkan itu sudah setahun lebih tapi saya belum bisa bayar. Makanya setiap ketemu pak Darman saya itu malu banget", jawab Yanto tertunduk lesu.
"ya Allah Yanto, kami itu gak mempermasalahkannya To. Dulu kan sudah pernah saya kasih tahu sama kamu. Kalau memang sudah ada uangnya ya kamu bayar, kalau belum jangan dipaksakan. Kami juga ngerti keadaan kamu kok", ucap pak Darman menasehati Yanto.
"kebetulan mas Yanto ada disini. Saya mau nawarin bangun pagar tinggi biar perusuh tadi gak seenaknya kesini", ucap Tasya.
"kalau kerjaan kuli biasa saya bisa Sya, tapi kalau tukang biar Jupri aja gimana? Dia telaten orangnya",tanya Yanto.
"gak masalah sih mas siapa siapa, yang penting orangnya cekatan. Saya butuh lima orang mas, nanti yang menggarap pagar dua orang. Yang tiga benerin rumah bude saya. Kan lumayan bisa di sewain. Kalau bisa besok mas Yanto bawa satu orang dulu buat angkat material, lusa langsung lima orang buat langsung renovasi",
"makasih ya Sya, besok pagi datang", ucap Yanto sumringah.
"terserah mas Yanto aja, cuma buat angkat material aja kok", ujar Tasya.
"masih ya Sya, makasih juga pak Darman bu Sundari. Kalau gitu saya pamit pulang dulu", ucap Yanto lalu pulang.
Bu wiji masih tak terima dengan perlakuan Tasya kepadanya. Dia tetap menggerutu diperjalanan sampai ke rumah.
"bu, gak capek apa dari tadi ngomel aja. Adi pusing dengar ibu dari tadi. Udahlah bu, kapan kapan aja kita datang kesana lagi", tanya Adi mendengus lesu.
"pokoknya besok ibu mau kesana Di kalau kamu gak mau kesana. Ibu mau buat perhitungan sama Tasya", jawab bu Wiji kesal.
"jangan besok bu, pasti rumah Tasya dijaga sama warga sana karena kita buat keributan tadi. Ibu mau berurusan sama polisi kalau mereka merasa terganggu?" cecar Adi menakuti ibunya.
"iya juga ya Di, ya sudah lah kapan kapan aja", ucap bu Wiji kesal.
Adi masuk kekamar dan membaringkan tubuhnya diatas tempat tidur. Terlihat sangat capek. Salsa memandangi suaminya, sebenarnya dia ingin sekali melakukan hal itu namun melihat suaminya yang baru beradu argumen dengan ibunya dia mengurungkan niatnya.
Dia takut nanti malah merusak suasana. Yang tadinya ingin bersenang senang tapi malah nambah pikiran suaminya. Salsa pun membaringkan tubuhnya disebelah suaminya.
'tak apa lah gak dapat jatah suami, aku juga masih capek melayani klienku tadi' batin Salsa.
Pagi pagi sekali Tasya pergi toko material. Sebenarnya dia ingin mengajak sahabatnya akan tetapi suaminya sudah pulang jadi tidak enak hati jika terus terusan mengajak sahabatnya itu.
Setelah membayar semuanya, dan menyerah kan alamat rumahnya Tasya menyempatkan diri untuk melihat ruko yng akan ia tempati untuk sementara waktu.
Disana terlihat beberapa tukang sedang membenahi bagian bagian yang rusak. Ada Keenan juga yang sedang memantau para tukang.
"rajin banget ya kamu nungguin pekerja disini", celetuk Tasya tiba tiba. Yang membuat Keenan kaget.
"kamu ngagetin aja. Eh iya, besok ruko ini udah mulai bisa kamu isi kok. Hari ini pengerjaannya selesai, cuma plafon sama kran aja tadi yang rusak. Jadi semua aman. Nanti kalau misal ada yang bermasalah tinggal kabari aja. Jangan diperbaiki sendiri", pesan Keenan.
"wah.. Enak juga sewa ruko ini ya. Semua kamu yang tanggung",celetuk Tasya.
"ya kalau bukan kamu yang rusakin itu tanggungjawabku. Tapi kalau kamu yang buat, gak mau ah perbaiki enak aja",
"hahaha, ternyata kamu ini orangnya humble juga ya. Udah ulet, humble, bertanggungjawab tapi belum nikah nikah juga", canda Tasya.
"ini maksudnya pujian apa ejekan sih?" tanya Keenan sedikit kesal.
"bercanda kok, emang umur kamu berapa sih? Masa gak ada cewek yang mau dekat sama kamu. Kayaknya gak mungkin deh," tanya Tasya.
"baru juga 28, panjang sih ceritanya kenapa aku bisa jomblo menahun, hehehe", jawab Keenan terkekeh.
"bertahun tahun gak bisa move on?" ledek Tasya.
Merek saling melempar candaan dan tertawa bersama seperti sudah lama saling kenal. Tanpa mereka sadari ternyata dari kejauhan Adi telah mengintai mereka sejak tadi.
Ada rasa cemburu dalam hati Adi. Dulu dia sangat mengejar Tasya dan ingin sekali mendapatkannya. Namun sekarang semua sudah berbeda. Sekarang dia hanya bisa memandang mantan istrinya dari kejauhan.
"berdua? Apa mereka ada hubungan spesial?" gumam Adi.
Tasya meminta Keenan untuk satu mobil dengannya. Karena Tasya tak enak hati jika Keenan harus mengikutinya dari belakang.
Keenan menyadari ada yang mengikutinya dari belakang. Namun dia tak tahu itu siapa. sengaja Keenan menginjak pedal gas secara tiba tiba dan membuat Tasya kaget.
"Keenan, kamu mau bunuh aku!" teriak Tasya.
"huff... Akhirnya", gumam Keenan. Dan memberhentikan mobilnya.
"kamu gil* ya! tadi kan sebentar lagi merah, malah ngebut banget!" gertak Tasya.
"iya maaf", jawab Keenan lalu menengok kebelakang.
"kenapa sih? Ada apa dibelakang?" Tanya Tasya panik.
"tuh lihat mobil yang berhenti paling depan. Dia tadi ngikuti kita.", jelas Keenan melajukan mobil perlahan dan mengubah arah.
"loh kok malah balik arah?" tanya Tasya.
"biar kamu lihat itu mobil siapa. Dan siapa tahu kamu hafal itu mobil milik siapa? Kamu kenal?" tanya Keenan.
Tasya memandangi mobil berwarna silver itu. Dia hafal betul itu mobil milik siapa. Ada perasaan kesal namun was was dalam dirinya.
"apa sih maunya ngikutin aku terus?" gerutu Tasya sambil mengernyitkan dahi.
"kenapa? Kamu kenal?" tanya Keenan.
"kenal banget. Itu mobil mantan suamiku, aku hafal mobilnya platnya juga aku masih ingat. Ngapain dia masih gangguin aku terus. Bikin hidupku gak tenang", jawab Tasya kesal.
"ya sudah mending kamu panas panasin aja. Biar dia makin gak bisa move on dari kamu", ucap Keenan menyusun rencana.
"maksudnya?" tanya Tasya tetap tak paham.
"dasar lemot. Sini aku bisikin", celetuk Keenan mendekatkan bibirnya pada telinga Tasya.
"apa...ih... Gak usah aneh aneh deh Keenan, kita baru aja kenal", ucap Tasya kaget.
"mau gak?" tawar Keenan.
"tapi ide kamu bagus juga, oke deh. Aku mau tahu reaksi mantan suami aku itu kayak gimana. Soalnya istrinya itu gampang tantrum kalau lihat lakinya masih ngurusin hidup aku, hahaha",
Mereka berdua sampai disebuah restoran yang sangat bagus. Sudah bisa ditebak dari customer yang datang bahwa ini adalah restoran mahal.
"restoran pastry?" tanya Tasya.
"iya, standart bintang 5", jawab Keenan.
"pasti orang kaya semua".
"bisa dibilang iya sih, soalnya yang sering booking tempat ini tuh kayak mata sipit, bule, pengusaha pengusaha, konglomerat, dan biasanya yang sering itu ibu ibu sosialita. Makanya aku bangun di pusat kota. Karena pasaranku emang orang orang seperti itu", jelas Keenan.
"cabangnya yang lain?" tanya Tasya penasaran.
"ada lagi di Bali, satu lagi di ibukota. Mau lihat? nanti kalau udah jadian beneran aja" celetuk Keenan.
"apa?"
...****************...