*Khusus Bacaan Dewasa*
Sinopsis: Make, pemuda tampan dan kaya, mengalami kebangkrutan keluarga. Dia menjadi "anak orang kaya gagal dan terpuruk" dan dibuang pacarnya yang berpikiran materialistis adalah segalanya. Namun, nasib baik datang ketika dia mendapatkan "Sistem Uang Tidak Terbatas".
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MZI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23: Investasi Kemanusiaan
Meskipun pertemuan kontrol dengan Dr. Larasati belum memberikan hasil yang signifikan dalam misi 'Menaklukkan Sang Penyembuh', Make tidak kehilangan akal. Ia menyadari bahwa mendekati seseorang yang berdedikasi pada profesinya seperti Dr. Larasati membutuhkan pendekatan yang lebih bermakna daripada sekadar pesona dan kebohongan kecil.
Sebuah ide tiba-tiba muncul di benaknya – sebuah ide yang menurutnya brilian dan berpotensi menarik perhatian Dr. Larasati dari sudut pandang yang berbeda. Ia memutuskan untuk berinvestasi dalam proyek sosial yang memiliki dampak nyata.
Make segera menuju sebuah kantor penjualan properti yang memiliki daftar lahan luas di sekitar pesisir. Ia memiliki visi untuk membangun sebuah panti asuhan yang indah dan nyaman bagi anak-anak terlantar di tepi pantai. Menurutnya, dengan mendirikan panti asuhan, ia tidak hanya akan mengeluarkan sejumlah besar uang untuk biaya pembangunan, operasional, makanan, pendidikan, perawatan, dan gaji staf, tetapi juga menciptakan citra positif di mata masyarakat dan, yang lebih penting, mungkin di mata Dr. Larasati.
"Saya mencari lahan yang cukup luas di tepi pantai, dengan pemandangan yang indah dan akses yang mudah," kata Make kepada agen properti yang tampak antusias melayaninya. "Saya berencana membangun sebuah panti asuhan untuk anak-anak di sana."
Agen properti itu terkejut namun segera menyambut ide Make dengan hangat. "Tentu saja, Tuan. Kami memiliki beberapa pilihan lahan yang sangat cocok dengan kriteria Anda. Ini akan menjadi investasi yang luar biasa dan sangat mulia."
Tiba-tiba, notifikasi dari Sistem muncul di benak Make, memberikan arahan yang spesifik:
[Arahan Investasi Optimal Terdeteksi!]
[Lokasi yang Direkomendasikan: Sebidang tanah seluas 5 hektar di Pantai Serenity, berdekatan dengan klinik kesehatan komunitas yang sering bekerja sama dengan Dr. Larasati dalam program kesehatan anak.]
[Analisis: Investasi di lokasi ini berpotensi tinggi menarik perhatian target melalui kolaborasi proyek kesejahteraan anak dan citra positif.]
Make tersenyum tipis. Sistem memang selalu memberikan arahan yang menguntungkan. Pantai Serenity? Ia ingat pernah mendengar nama itu. Jika panti asuhan ini berdekatan dengan klinik kesehatan komunitas tempat Dr. Larasati terlibat dalam program anak-anak, ini bisa menjadi jembatan yang sempurna untuk mendekatinya dengan alasan yang lebih kuat dan tulus (setidaknya dari luar terlihat tulus).
"Saya tertarik dengan Pantai Serenity," kata Make kepada agen properti. "Tolong tunjukkan detail lahan yang tersedia di sana."
Make merasa puas dengan idenya. Ini bukan hanya cara untuk menghabiskan uang dan mendapatkan citra positif, tetapi juga langkah strategis untuk mendekati Dr. Larasati melalui minat dan kepeduliannya terhadap anak-anak. Ia berharap, kali ini, pendekatannya akan membuahkan hasil yang berbeda.
Negosiasi dengan Sang CEO
Setelah melihat beberapa opsi lahan di Pantai Serenity, Make akhirnya menjatuhkan pilihan pada sebidang tanah seluas lima hektar yang direkomendasikan oleh Sistem. Pemandangannya indah, menghadap langsung ke laut, dan lokasinya memang tidak terlalu jauh dari klinik kesehatan komunitas yang disebutkan.
Saat proses negosiasi harga dengan karyawan pemasaran di kantor properti, terjadi sedikit kendala. Karyawan itu, seorang pria muda dengan tatapan meremehkan, tampak kurang yakin dengan keseriusan Make. Luas tanah yang dipilih Make cukup besar, dan harganya tentu tidak murah.
"Luas tanahnya lumayan besar, Tuan," kata karyawan itu dengan nada sedikit sinis sambil melihat penampilan Make yang kasual.
"Apakah Anda yakin sanggup membayar cicilannya setiap bulan? Ini bukan investasi kecil."
Make menatap karyawan itu dengan tatapan datar, sama sekali tidak terpengaruh oleh keremehannya. Ia sudah biasa menghadapi orang-orang seperti ini. Kekayaan dan kekuasaannya seringkali tidak terlihat dari penampilannya.
"Anda tidak perlu khawatir tentang kemampuan finansial saya," jawab Make dengan tenang namun dengan nada yang jelas menunjukkan otoritas. "Sebaiknya Anda panggil atasan Anda. Saya ingin berdiskusi langsung dengan pemilik perusahaan ini."
Karyawan itu terdiam sejenak, sedikit terkejut dengan permintaan Make yang tiba-tiba. Ia menyadari bahwa ia mungkin salah menilai orang di hadapannya. Dengan sedikit ragu, ia mengangguk. "Baik, Tuan. Mohon tunggu sebentar. Saya akan menghubungi CEO."
Beberapa menit kemudian, seorang wanita cantik anggun berusia sekitar empat puluhan dengan rambut hitam legam yang tergerai indah dan tatapan mata yang lembut namun berwibawa menghampiri Make. Ia mengenakan blus sutra berwarna krem dan rok pensil hitam yang mempertegas lekuk tubuhnya. Aura kepemimpinan dan kekayaan terpancar kuat darinya. Senyum tipis namun memikat menghiasi bibirnya.
"Selamat pagi, Tuan. Saya Renata Wijaya, CEO dari Wijaya Properti. Ada yang bisa saya bantu?" sapanya dengan nada suara yang lembut namun penuh pesona.
Tiba-tiba, notifikasi dari Sistem muncul di benak Make, kali ini dengan warna ungu yang menandakan misi target utama:
[Misi Target Utama Baru Terdeteksi!]
[Judul: 'Menaklukkan Sang Ratu Properti']
[Target Utama: Renata Wijaya (Status: Janda, CEO Wijaya Properti)]
[Deskripsi: Terdeteksi potensi koneksi yang sangat menguntungkan dan daya tarik signifikan dari target. Mengikat target sebagai 'Budak Setia' akan membuka peluang besar dalam jaringan bisnis properti skala nasional, sumber daya investasi raksasa, dan potensi pengaruh yang sangat luas.]
[Tujuan Utama: Tingkatkan tingkat 'Love' Renata Wijaya menjadi minimal 90 dalam waktu 10 hari.]
[Hadiah: Akses penuh ke jaringan bisnis target di seluruh negeri, informasi investasi properti eksklusif bernilai triliunan, pengaruh signifikan di pasar properti nasional, dan dana 100 Miliar.]
Mata Make sedikit melebar membaca notifikasi tersebut. Renata Wijaya... CEO Wijaya Properti? Janda? Hadiah 100 miliar? Ini jauh lebih menarik dari perkiraannya. Kekecewaan sesaatnya karena usia dan 'selera' Sistem langsung menguap digantikan oleh ketertarikan pada potensi keuntungan yang sangat besar.
"Selamat pagi, Ibu Renata," jawab Make dengan nada sopan namun dengan sedikit kekaguman yang tulus.
Renata tersenyum lebih lebar, tidak menyadari perubahan ekspresi di wajah Make sebelumnya. "Jadi, Tuan yang tertarik dengan lahan di Pantai Serenity untuk pembangunan fasilitas?" tanyanya dengan nada penuh minat.
"Benar, Bu..." ucap Make secara refleks.
Seketika, senyum Renata sedikit memudar. "Bu?" tanyanya dengan nada sedikit terkejut namun tetap ramah. "Panggil Rena saja, Tuan Make. Saya... eh, usia saya juga belum terlalu jauh dari anda." Ia terkekeh kecil, berusaha mencairkan suasana. "Masih cukup muda untuk diajak berdiskusi proyek yang menarik seperti ini."
Make yang mengetahui usia Renata dari informasi Sistem – empat puluh dua tahun – sedikit terkejut dengan reaksinya. Ia berusaha menyembunyikan senyum gelinya dengan berdeham pelan. CEO muda kepalamu... batin Make sambil menahan kesal.
"Tentu, Rena," jawab Make dengan senyum pura-pura ramah, berusaha agar tidak terdengar mengejek dengan usianya.
"Maaf atas kekeliruan saya tadi. Anda memang terlihat... sangat muda cantik dan hot!" Ia menekankan kata 'hot' untuk menyembunyikan ketidakpercayaannya.
Renata tersenyum lega. "Terima kasih, Make. Mari kita lanjutkan diskusi ini di ruangan saya. Saya yakin kita bisa mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan." Ia mempersilakan Make untuk mengikutinya, meninggalkan karyawan pemasaran yang tadi meremehkannya dengan tatapan bingung. Make mengikuti Renata, kini dengan semangat yang baru membara melihat potensi hadiah yang luar biasa dari misi ini.
Bersambung...