Dalam pusaran dunia mafia yang gelap, Alex, putra mahkota dari klan Moralez, dihadapkan pada ultimatum ayahnya, Marco Moralez, seorang mafia kejam tanpa belas kasihan.
Untuk membuktikan dirinya layak memimpin klan, Alex harus menemukan adiknya yang bertahun-tahun hilang, sebagai syarat.
Namun, di tengah pencarian nya terhadap sang adik, Alex justru bertemu dengan seorang gadis yang menarik perhatiannya, gadis yang mampu menggetarkan hatinya setelah lama mati.
Akankah dia berhasil menemukan adiknya dan memimpin klan ? Dan bagaimanakah kisah cinta akan mengubah arah hidupnya?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aquarius97, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TERLUKA
Di bawah lorong jembatan yang sepi, Elzatta terkapar dengan tubuh penuh luka, cahaya sore menerobos celah-celah beton menyoroti wajahnya yang semakin memucat. Mata yang tadinya sedikit terbuka, kini semakin sayu. "Tuhan, apa ini akan menjadi akhir hidupku!" gumamnya, sambil merasakan sakit di bagian perutnya. Namun, kemudian ia menggeleng. "Tidak, belum saatnya. Aku masih punya misi untuk di pecahkan!" Dengan sisa kekuatan, tangannya mengepal, ia berusaha bangkit melawan keputusasaan.
"Hey, bagaimana dengan gadis itu?!" terdengar teriakan salah satu pria yang menyerangnya tadi. "Biarkan saja dia mati di sini, ayo!" jawab temannya yang lain dengan nada dingin.
Langkah kaki mereka semakin menjauh, suara-suara itu perlahan memudar hingga hanya tersisa kesunyian. Elzatta berusaha berdiri, tapi tubuhnya terlalu lemah, ia kembali ambruk ke aspal yang kasar, luka-lukanya terasa semakin menghujam, dengan napas yang mulai tersengal.
Di area ini, benar-benar sepi, kendaraan yang melintas hanya beberapa saja dan bisa dihitung jumlahnya. Jalanan ini memang terkenal rawan tindak kriminalitas, sehingga banyak orang yang sengaja menghindarinya.
***
Sebelum kembali menjalankan misi berat dan kembali ke Surabaya, sore itu Fedrick meluangkan waktunya yang terbatas untuk menyusuri jalanan di kota Jakarta, mencari beberapa makanan khas Indonesia yang belum pernah ia coba, seperti bakso dan sate. Ia memang sudah beberapa kali diajak Alex ke Indonesia, tapi belum sempat menikmati makanan yang terkenal itu. Saat melewati lorong jembatan yang sepi, sekilas ia melihat sosok tubuh yang terbaring tak bergerak di atas aspal. Tapi, Fedrick memilih untuk mengabaikannya, tidak ingin terlibat dalam urusan warga sekitar, dan melanjutkan perjalanan mencari sate di pinggir jalan.
Setelah berhasil mendapatkan beberapa makanan sesuai keinginannya, Fedrick bergegas pulang dengan wajah sumringah, membawa bakso, sate, batagor, martabak dan masih banyak lagi. Bagaimana tidak sumringah, setelah antrian panjang yang melelahkan ia baru bisa mendapatkan makanan itu. Bahkan ia sempat menawarkan untuk membayar dua kali lipat agar tidak mengantri, tapi ia malah mendapat amukan dari ibu-ibu.
Hmm...hanya di Indonesia, Fedrick yang notabene seorang anak buah Alex tak kenal ampun, rela mengalah dan mengantri dengan sabar bersama ibu-ibu demi mendapatkan bakso dan sate. Tapi, setelah itu justru ia merasa ada kepuasan tersendiri.
Fedrick masuk ke dalam mobil, meletakkan banyak tas plastik berisi makanan di kursi sebelahnya. Ia berencana membagi makanan itu untuk Alex juga nanti. Fedrick pulang, kembali melewati jalan yang sama, dan pandangannya kembali tertuju pada seseorang yang masih terbaring tak bergerak di atas aspal, persis seperti saat ia melihatnya pertama kali.
"Selama itu, dan dia masih berada disana? Jangan-jangan sudah mati!" Batinnya.
Fedrick membelokkan mobilnya, tiba-tiba hatinya tergerak dan akhirnya turun untuk memeriksa kondisi seseorang tersebut. Saat melihat wajahnya, betapa terkejutnya Fedrick, karena gadis itu adalah Elzatta. Gadis yang beberapa waktu terakhir ini mencuri perhatian bosnya. Tanpa berpikir panjang, Fedrick segera membopong tubuh Elzatta, dan memasukkannya ke dalam mobil.
...💣💣💣💣💣...
Kembali ke rumah Alex.
Mendengar Elzatta terluka, Alex segera melangkah menemuinya. Melihat wajah Elzatta penuh luka, sorot matanya menajam, rahangnya mengeras dengan ekspresi dingin.
Alex mengangkat tubuh Elzatta dan membawa ke kamarnya di lantai atas. "Apa yang terjadi, Fed?! Kenapa dia seperti ini!" Ada ketegangan di balik nada datarnya, mencerminkan kekhawatiran dan kemarahan yang tersembunyi di balik wajah tenangnya.
"Maaf, Bos! Saya menemukannya sudah tergeletak di lorong jembatan yang sepi, tidak ada siapa pun di sana," jawab Fedrick, sambil terus mengikuti langkah Alex.
Alex membaringkan Elzatta di ranjang tidurnya dengan hati-hati. "Jangan hubungi Leon, kau bisa habis di amuk olehnya. Siapkan peralatan, biar aku saja yang menangani nya!" titah Alex tegas.
Fedrick mengangguk patuh, "Baik, Bos!" dengan cepat ia menyiapkan apa yang Alex minta.
Alex membuka hoodie Elzatta, menyisakan kaos crop hitam di tubuhnya, dan seketika terlihat luka tembak di lengan kirinya. Tangan Alex mengepal kuat saat melihat luka itu, wajahnya mengeras. "Bastard!" umpatnya. "Siapa yang berani melakukan ini padamu?!" Suara Alex bergetar menahan amarah.
Kemudian, Alex melepaskan celana jogger Elzatta, dan hanya menyisakan sebuah hotpants. Tidak ada nafsu saat ini di hatinya, karena niatnya hanya memeriksa kaki Elzatta, dan memastikan tidak ada luka atau cidera lain yang terlewat. Setelah memastikan tidak ada luka yang lain, Alex kembali memakaikan celana itu lagi.
Tak lama, Fedrick datang membawa peralatan medis. Dengan cepat, Alex mengambil tindakan, ia menyuntikkan bius untuk mengurangi rasa sakit, kemudian dengan hati-hati mengambil peluru yang bersarang di tubuh Elzatta. Setelah peluru berhasil dikeluarkan, Alex menjahit luka dengan jahitan yang rapi dan presisi, memastikan proses penyembuhan akan berjalan dengan baik.
Setelah itu, Alex menyeka tubuh Elzatta menggunakan air hangat untuk membersihkan darah dan kotoran. Kemudian, ia memasang infus di tangan Elzatta untuk memberikan cairan dan obat-obatan yang diperlukan. Alex juga memasangkan selang oksigen di hidung Elzatta untuk mendukung pemulihan.
"Kau boleh pergi, Fed. Biarkan aku yang menjaganya," kata Alex datar, sambil terus menatap Elzatta.
"Baik, Bos. Saya permisi."
Alex terus menggenggam tangan Elzatta, berharap gadis itu segera membuka mata.
...----------------...
Waduh, semoga Elzatta segera sadar yak reader's.....kasian Alex menggalau 🥺