Wang Cheng, raja mafia dunia bawah, mati dikhianati rekannya sendiri. Namun jiwanya bereinkarnasi ke dalam tubuh seorang tuan muda brengsek yang dibenci semua orang.
Tapi di balik reputasi buruk itu, Wang Cheng menemukan kenyataan mengejutkan—pemilik tubuh sebelumnya sebenarnya adalah pria baik hati yang dipaksa menjadi kejam oleh Sistem Dewa Jahat, sebuah sistem misterius yang hanya berkembang lewat kebencian.
Kini, Wang Cheng mengambil alih sistem itu bukan dengan belas kasihan, tapi dengan pengalaman, strategi, dan kekejaman seorang raja mafia. Jika dunia membencinya, maka dia akan menjadi dewa yang layak untuk dibenci.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SuciptaYasha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
14 Niat Licik Wang Cheng
Cahaya matahari pagi menembus celah jendela, menyapu lembut kamar utama dengan sinar keemasan. Tirai kain tipis berkibar pelan diterpa angin, menciptakan tarian halus di udara hangat sisa malam.
Lishan perlahan membuka matanya. Kelopak matanya yang sedikit bengkak akibat lelah dan rasa campur aduk semalam, kini tersapu sinar pagi. Ia mengerjap sebentar, lalu menoleh ke samping—dan mendapati Wang Cheng yang masih terlelap.
Pria itu tampak jauh lebih tenang saat tidur. Tidak ada tatapan dingin, tidak ada aura menakutkan kasar seperti biasanya. Yang ada hanyalah wajah maskulin yang terukir lembut dalam diam, membuat dada Lishan sesak oleh perasaan yang sulit dijelaskan.
Ia tersenyum kecil, senyum yang tulus.
“Meskipun Tuan belum sepenuhnya berubah… Tapi cukup. Bagi saya, ini sudah cukup,” bisiknya pelan.
Dengan hati-hati, ia bangkit dari ranjang. Selimut tergelincir perlahan dari tubuh polosnya, memperlihatkan bekas-bekas kemarin malam—goresan lembut, merah samar di leher, dan terutama rasa nyeri di bagian bawah tubuhnya yang membuatnya meringis pelan saat mencoba berdiri.
Tangannya memegang tiang ranjang untuk menyeimbangkan diri. Kakinya gemetar, tapi Lishan tetap memaksakan langkah untuk memungut pakaiannya yang tergeletak acak di lantai.
Ia menarik nafas dalam, lalu mengenakannya perlahan. Setelah semuanya tampak rapi, ia berbalik dan melihat wajah tuannya sekali lagi lalu menunduk hormat layaknya pelayan yang ingin meninggalkan ruangan.
Namun, langkahnya terhenti ketika tepat berada di ambang pintu kamar. Di sana, tepatnya di lantai, terlihat pecahan cangkir dan genangan teh herbal yang belum dibersihkan.
"Siapa sebenarnya orang semalam?" gumamnya, namun ia tidak berpikir lebih jauh dan memilih untuk membersihkannya sebelum pergi.
Wang Cheng perlahan membuka matanya setelah pintu tertutup.
Sinar matahari yang hangat menyorot wajahnya, namun tak mampu menyamarkan kilatan liar dalam tatapannya.
Ia mengangkat tangannya, menjilat ujung jarinya dengan gerakan santai, seperti seseorang yang baru saja menikmati santapan istimewa.
“Hm…” desahnya rendah, suara serak karena baru bangun, namun sarat dengan gairah yang belum sepenuhnya padam. “Tubuh wanita bukan hal baru bagiku… Tapi yang satu itu, sungguh—luar biasa.”
Ia duduk perlahan, membiarkan selimut jatuh begitu saja, memperlihatkan dada dan punggung yang penuh cakaran liar dari Lishan. Tatapannya menyapu tempat tidur yang kini kosong, dan ia tersenyum miring.
“Mungkin karena wanita di zaman ini lebih polos... lebih murni. Tidak seperti para wanita di dunia modern yang penuh tipu daya,” gumamnya pelan. “Lishan... kau manis sekali saat merintih.”
Suara tawa pelan terdengar di udara, seperti bisikan dari alam lain.
“Benar-benar pria iblis…” Suara itu menggema sebelum tubuh bulat Mouth muncul di samping ranjang dan melayang tanpa suara.
“Tak kusangka kau akan sejauh itu. Bahkan untuk seseorang sepertimu.” Mouth menatap Wang Cheng lekat-lekat. “Kau tahu, gadis itu... Lishan... dia adalah satu-satunya orang yang pernah disayangi oleh pemilik tubuh ini. Dan sekarang kau telah mengotorinya.”
Wang Cheng tertawa kecil, rendah dan penuh ironi. “Mengotori? Tidak... aku menyelamatkannya dari hidup yang membosankan. Lagi pula, siapa yang peduli pada perasaan orang mati?”
Benar, siapa yang peduli dengan perasaan si pemilik tubuh yang telah mati. Tindakan seperti menjaga orang yang disayanginya, membalaskan dendam kepada orang yang menyakitinya, dan lain sebagainya, itu hanyalah tindakan yang naif.
Tubuh ini sekarang adalah milik Wang Cheng seutuhnya, dan dia akan melakukan apapun sebagai dirinya sendiri.
Mouth menatapnya lekat-lekat, tampak bangga sekaligus lega. 'Awalnya aku berpikir jiwanya akan di dominasi oleh pemilik sebelumnya, tapi sepertinya aku terlalu berlebihan. Bagaimanapum orang ini adalah jiwa baru, jiwa jahat yang murni."
Mouth mengangguk pelan, lalu berkata dengan nada yang sedikit menggoda, “Tapi aku menyukai bagaimana kau melakukannya... Terutama jika membayangkan wajah Jiulei saat mengetahui wanita yang dia cintai telah menjadi milik pria yang paling dia benci.”
Nada bicara Wang Cheng berubah lebih dalam, lebih dingin. “Sekarang kau tahu apa gunanya Mata Penilai Takdir. Aku melihat potensi... Aku tahu siapa yang pantas dipertahankan, dan siapa yang harus disingkirkan.”
Matanya menyipit, bibirnya menyunggingkan senyum kejam.
“Lishan adalah permata dalam lumpur. Sementara Jiulei... hanya seekor anjing yang menggonggong di kaki majikannya.”
Mouth melayang lebih dekat, suara tawanya seperti bel logam yang berdenting. “Kau akan membunuhnya?”
“Tidak secepat itu.” Wang Cheng memutar tubuh, menurunkan kakinya ke lantai. “Aku ingin menghancurkan mentalnya lebih dulu. Perlahan. Menyaksikan setiap detik saat harga dirinya runtuh. Saat hatinya remuk oleh rasa kecewa dan kebencian.”
Dia berdiri, lalu berjalan ke jendela. Pandangannya menembus kejauhan—ke arah halaman belakang tempat Jiulei tengah bekerja dengan tatapan kosong.
“Dan saat dia tak lagi punya apa-apa… saat dia tidak sanggup lagi untuk memberiku poin kebencian... saat itulah aku akan membuangnya." Wang Cheng menyeringai, wajahnya kembali menampilkan kebengisan sang mafia.
Mouth bersiul pelan. “Sungguh kejam... Tapi bagus. Setidaknya sekarang kau punya pabrik penghasilan poin kebencian yang efektif. Sekarang, apa yang akan kau lakukan dengan poinmu itu?"
Wang Cheng tidak menjawab, sebaliknya ia membuka toko sistem. Layar transparan dengan tulisan merah darah yang menetes terlihat mencekam di hadapannya.
[Poin Kebencian: 1380]
Poin Kebencian yang ia dapatkan dari Jiulei berjumlah 1000 poin, ini termasuk sangat besar untuk poin yang diberikan oleh satu orang.
Wang Cheng membuka menu toko sistem. Seperti biasa, pandangannya disuguhi oleh banyak produk sistem mulai dari teknik atau skill kuat, senjata spiritual, pil dan obat-obatan, material langka, dan masih banyak lagi.
Namun, Wang Cheng hanya memilih satu diantara banyaknya pilihan itu:
> [Teknik Kultivasi Sutra Pemangsa Jiwa Level 1]
Harga: 1000 Poin → Diskon 10%: 900 Poin
Teknik kultivasi tingkat menengah yang memungkinkan pengguna menyerap jiwa yang dibunuh oleh pengguna menjadi Poin Jiwa yang akan meningkatkan ranah kultivasi pengguna.
Mouth melayang ke sampingnya, pupilnya menyempit saat melihat teknik kultivasi yang dipilih oleh Wang Cheng.
“Teknik yang cukup kejam…” Mouth mengerutkan alisnya. “Itu adalah salah satu dari banyaknya teknik terlarang yang ada. Banyak sekte dihancurkan karena seseorang berani mempelajarinya.”
Wang Cheng mengangkat alis santai. “Bukankah sempurna untukku yang masih lemah ini?”
Tanpa pikir panjang, Wang Cheng langsung membeli teknik kultivasi itu.
[Membeli Sutra Pemangsa Jiwa…]
[900 Poin telah dikurangi. Sisa: 480 Poin]
Cahaya ungu hitam menyelimuti tubuhnya. Rasa dingin yang menjalari tulangnya bagaikan seribu tangan dari neraka yang meraih jiwanya. Namun Wang Cheng tak melawan—sebaliknya, ia menyambutnya.
Bayangan naga hitam dengan mata hijau menyala melintas di balik punggungnya, kemudian menghilang ke dalam tubuh Wang Cheng.
[Teknik berhasil ditanamkan.]
sering sering update Thor