Saking posesifnya orang-orang sampai mengira jika Devano mencintai kembarannya sendiri.
'Jangan terlalu tanggepin Alex dia gak baik untuk kamu'
'Jangan dikuncit rambutnya'
'Jangan pakai baju kayak gitu, ganti!'
'Nanti pulang tunggu di parkiran'
Mereka beranggapan jika Devano mencintai Devina, padahal tidak sama sekali dia juga memiliki wanita yang dicintainya.
Perasaannya pada Devina hanya kasih sayang mereka sebagai saudara kembar.
Semua sikap posesifnya hanya untuk melindungi Devina dari luka yang bisa menyakitinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wida Dwi Oktafiani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
21 : Kamu Jahat
"Vina maaf janji gak gitu lagi"
Sejak berangkat ke sekolah Devina enggan bicara dengan Ziko, dia kesal karena sudah dibohongi dan yang lebih mengesalkan lagi Ziko sama sekali tidak berniat menjelaskan lalu kembali mengabaikan pesannya. Padahal mereka sudah janji akan jujur dan menceritakan apapun satu sama lain, tapi Ziko bohong dia juga tidak mau menjelaskan apapun.
Devina merasa marah dan kesal hingga dia enggan untuk membuka suaranya, membiarkan bibirnya tertutup rapat hingga teman-temannya yang lain juga menatapnya bingung. Sekarang Ziko menghampiri Devina yang ada di depan kelas untuk menghindarinya, dia berniat minta maaf karena dia juga tidak bisa berlama-lama seperti ini dengan gadisnya.
Mengingat bel masuk masih cukup lama Ziko mengajak Devina untuk pergi ke rooftop dan gadisnya mau. Saat sampai di rooftop Devina langsung mendudukkan dirinya tanpa mengatakan apapun lalu menatap lurus ke depan.
"Vin maaf"
Mendengar itu Devina hanya diam dan enggan untuk memberikan tanggapan membuat Ziko menghela nafasnya pelan.
"Maafin Ziko"
"Kamu bohong sama aku! Katanya kita harus jujur satu sama lain, tapi kamu bohong dan gak mau jelasin semuanya malah gak balas chat aku lagi." Kata Devina kesal
Wajahnya menyiratkan kekesalan yang begitu besar.
Ziko terdiam lalu mengatakan sesuatu yang membuat Devina tidak bisa mengatakan apapun.
"Aku merasa tidak perlu bilang ke kamu kemana aku pergi dan dengan siapa." Kata Ziko
Meskipun terdengar biasa, tapi percayalah Ziko menahan rasa sesak di dadanya ketika mengatakan hal itu pada gadisnya.
"Aku juga tidak pernah bertanya sama kamu tentang hal itu kan?" Kata Ziko lagi
"Tapi, Kita kan..."
"Aku juga tidak pernah marah kalau kamu tidak memberi kabar." Kata Ziko pelan
Hanya gumaman pelan yang bisa Devina berikan, dia memang berlebihan.
Kenapa Ziko harus mengatakan kemana dan dengan siapa dia pergi?
Memangnya Devina siapa?
Bukankah mereka hanya sebatas sahabat?
"Kita tidak sedekat itu untuk selalu mengabari kan?" Kata Ziko lagi
Sungguh Ziko sendiri merasa tersakiti dengan ucapannya apalagi ketika sorot mata Devina menatapnya dengan luka dan kecewa.
Sesaat setelahnya Devina berdiri dan berkata dengan penuh kekesalan juga amarah yang dia simpan.
"Yaudah maaf mungkin aku yang terlalu ikut campur." Kata Devina
Entah kenapa perkataan Devina membuatnya terluka, dia suka kalau Devina ikut campur tentang masalahnya karena itu artinya dia peduli kan?
Ziko mengatakan hal itu karena sejak tadi dia merasa sangat kesal dengan orang-orang yang membicarakan masalah kedekatan Devina dengan Alex, termasuk semua teman sekelas mereka.
Fikiran Ziko jadi semakin tidak karuan apalagi Devina yang mengabaikannya, tapi sekarang dia malah semakin membuat semuanya runyam.
"Vin bukan gitu..."
"Kita memang enggak sedekat itu? Iya kita gak sedekat itu untuk selalu memberi kabar, menemani kalau mau pergi, telponan setiap malam, dan dinyanyikan hampir setiap hari." Kata Devina marah
"Vina"
Wajah Devina memerah dia langsung pergi dengan terburu-buru membuat Ziko langsung mengejarnya dan menahan lengannya, dia tidak bermaksud membuat Devina terluka dengan ucapannya.
"Kamu jahat Ziko"
Setelah mengatakan hal itu Devina berusaha melepaskan tangannya dan kembali ke kelas dengan wajah yang memerah.
Saat dia mendudukkan dirinya disamping Mona teman-teman yang lain memperhatikan Devina apalagi beberapa saat setelahnya Ziko memasuki kelas. Semua orang bertanya-tanya, apa sesuatu terjadi di antara keduanya?
"Vin"
Dengan hati-hati Mona menyentuh pundak sahabatnya dan Devina langsung menatapnya dengan tatapan bahwa dia tidak ingin diganggu.
"Vina aku gak maksud ngomong gitu...."
Belum selesai perkataan Ziko seorang guru telah memasuki kelas dan membuat pria itu mengurungkan niatnya lalu mendudukkan dirinya tepat dibelakang gadisnya.
Bagaimana bisa Ziko mengatakan hal sejahat itu?
'Kalau misal salah satu dari kita udah punya pacar gimana? Kita masih bisa dekat kan Ziko? Aku masih boleh telpon dan chat kamu kan? Aku juga masih boleh minta temani kamu kalau mau pergi kan?'
Menghela nafasnya pelan Ziko merasa sudah melanggar ucapannya sendiri, mereka sudah berjanji untuk saling jujur satu sama lain, tapi dia berbohong dan malah melukai Devina dengan kata-katanya.
'Aku senang banget bisa punya sahabat baik kayak kamu, bisa dibilang kamu lebih baik dari seorang pacar karena aku gak punya pacar, tapi gak papa kamu juga sudah cukup'
Sial! Ziko pasti sudah sangat keterlaluan.
Bagaimana bisa dia mengatakan kalau mereka tidak sedekat itu?
Padahal kenyataannya mereka sudah sangat-sangat dekat satu sama lain.
Saat tengah sibuk dengan fikirannya sendiri Ziko langsung mendongak ketika Devina berdiri dari tempat duduknya lalu pamit untuk pergi ke kamar mandi sendirian, biasanya Devina selalu minta untuk ditemani sama Mona.
Di sisi lain Devina yang baru saja melangkahkan kakinya keluar kelas dipenuhi dengan berbagai fikiran yang membuat hatinya sesak kala mengingatnya.
Bagaimana bisa Ziko mengatakan bahwa mereka tidak sedekat itu?
Saat Devina dibuat bingung dengan perasaannya, merasa jahat karena dibilang memberikan harapan palsu pada sahabatnya, dan berharap Ziko bisa jujur tentang perasaannya.
Tapi, pria itu malah mengatakan kalau mereka tidak sedekat itu.
Memasuki kamar mandi Devina membasuh wajahnya hingga berkali-kali dan menatap pantulannya di cermin, wajahnya masih sedikit memerah.
Menghela nafasnya panjang setelah wajahnya tidak lagi basah Devina melangkahkan kakinya keluar, tapi wajahnya langsung berubah tidak bersahabat ketika melihat ada Ziko yang berdiri tidak jauh dari tempatnya.
Devina mempercepat langkahnya membuat Ziko berlari kecil dan menahan lengannya hingga membuat Devina secara refleks menyentak tangannya.
"Maaf Vin aku gak maksud ngomong gitu ke kamu." Kata Ziko
"Kenapa minta maaf? Kamu gak ngomong sesuatu yang salah? Memang aku yang terlalu ikut campur." Kata Devina dan kembali melanjutkan langkahnya
"Devina, maaf aku lagi banyak fikiran makanya aku asal ngomong tadi." Kata Ziko lagi
Devina tidak menjawab atau memberikan tanggapan, tapi dia tetap malangkahkan kakinya ke kelas.
"Vina"
Masih tetap diam Devina kembali masuk ke dalam kelas dan mendudukkan dirinya disebelah Mona dengan pandangan yang menatap lurus ke depan. Beberapa saat setelahnya Ziko juga memasuki kelas membuat orang-orang menatap ke arahnya, wajah pria itu terlihat seperti orang yang frustasi.
Selama pelajaran Devina benar-benar berusaha untuk fokus, dia tidak mau memikirkan hal yang lainnya lagi.
Sekarang satu hal yang dapat Devina fahami adalah dia dan Ziko tidak sedekat itu.
Mereka tidak dekat.
Ya, tidak cukup dekat untuk telponan setiap malam dan dinyanyikan hampir setiap hari.
¤¤¤
Saat istirahat Devina tetap diam di dalam kelas dan enggan untuk pergi ke kantin hanya menitip roti saja pada Mona lalu berdiam diri di tempat duduknya sambil memainkan ponselnya. Di belakangnya ada Ziko dia tau karena pria itu juga menolak untuk pergi ke kantin tadi, kenapa dia terlihat seperti seorang kekasih yang sedang merajuk?
Devina tidak bohong kalau perkataan Ziko sangat-sangat melukainya.
Iya, pria itu memang tidak marah kalau dia tidak memberikan kabar, tapi Ziko pasti mengomel kalau dia lama membalas pesannya.
Ziko juga tidak pernah selalu bertanya kemana dan dengan siapa dia pergi, tapi Devina sendiri yang selalu mengatakannya.
Entah kenapa Devina merasa itu perlu untuk dilakukan, mereka sudah janji.
Hanya Ziko sahabat laki-laki Devina yang sangat dia percayai bahkan Devano saja tidak marah kalau dia pergi bersama Ziko meskipun malam.
Bahkan Devina tidak pernah segan untuk menceritakan banyak hal kepada Ziko.
Tapi, ternyata mereka memang tidak sedekat itu bahkan untuk dibilang sahabat.
Saat ponselnya di ambil Devina enggan untuk mendongak dan tetap diam di tempatnya, dia tau siapa orangnya. Di tempat duduk Mona sekarang ada Ziko yang tengah menatapnya, kelas sudah cukup sepi karena mereka semua pergi ke kantin atau duduk di depan kelas.
"Devina"
"Kenapa?" Tanya Devina sambil menolehkan kepalanya
"Maaf"
"Maaf untuk apa? Kamu gak salah, semua yang kamu bilang memang benar mungkin aku yang terlalu berlebihan." Kata Devina
"Aku gak maksud bilang kayak gitu ke kamu Vin." Kata Ziko lagi
"Gak papa, kamu gak salah." Kata Devina
Ziko tau Devina tidak baik-baik saja dapat terlihat dari matanya, dia keterlaluan ya?
"Aku salah, kemarin aku memang gak sama Gio, tapi pergi keluar sama teman aku yang lain." Kata Ziko
Dia akan berusaha menjelaskan meskipun Devina enggan untuk mendengarkan, menurutnya itu perlu untuk dilakukan mungkin mereka akan lebih baik setelah ini.
"Maaf karena bohong, kemarin aku pergi sama Adyra dia minta temani ke toko buku." Kata Ziko
Menatap Ziko sebentar Devina tersenyum tipis lalu kembali mengambil ponselnya yang ada digenggaman Ziko dan mulai bicara.
"Gak papa, sekarang kamu juga gak harus selalu kasih kabar ke aku atau telpon aku kalau malam dan aku juga gak harus ngelakuin itu kan?" Kata Devina
"Vina"
"Sekarang aku udah tau dimana tempat aku." Kata Devina lagi
Saat Devina berdiri dari tempat duduknya Ziko tidak bisa mencegah gadis itu melangkahkan kakinya menjauh dari kelas. Menghela nafasnya Ziko menyadarkan tubuhnya di kursi lalu mengusap wajahnya dengan kasar.
Apa yang sudah dia lakukan?
¤¤¤
Sejak pulang sekolah Devano merasa ada yang aneh dengan kembarannya karena dia hanya berdiam diri di dalam kamar hingga malam. Padahal Devano sangat tau kalau Devina bukan orang yang suka berdiam diri sendirian, dia suka keramaian dan sering kali menghampiri Devano kalau bosan.
Akhirnya sebelum makan malam Devano menghampiri kembarannya ke kamar dan melihat gadis itu yang tengah sibuk menatap ponselnya. Saat Devano memanggilnya Devina menoleh lalu tersenyum tipis dan bangun dari tidurnya lalu duduk.
Devano mendudukkan dirinya disebelah Devina.
"Kenapa diem aja?" Tanya Devano
Bukan menjawab dengan serius Devina malah tersenyum dan menjawab dengan candaan.
"Aku diem salah berisik juga salah." Kata Devina sambil mengerucutkan bibirnya kesal
"Ada masalah apa?" Tanya Devano dengan lembut
Menggelengkan kepalanya pelan Devina tidak memberikan jawaban apapun.
"Enggak ada masalah apa-apa." Kata Devina
"Kenapa diem aja?" Tanya Devano membuat Devina tertawa kecil mendengarnya
"Capek"
"Lagi mikirin apa?" Tanya Devano lagi
"Mikirin drama korea apa yang harus aku tonton." Kata Devina bercanda
Berdecak kesal Devano mencubit kedua pipi Devina dengan gemas dan membuat kembarannya itu meringis.
"Ihh sakittt!"
"Makanya kalau ditanya jawabnya jangan bercanda." Kata Devano
Devina tertawa kecil lalu memeluk Devano dari samping.
"Gak papa Van aku baik-baik aja kok." Kata Devina
Menghela nafasnya pelan Devano hanya berusaha untuk percaya, setidaknya Devina tidak menangis kan?
Dia akan percaya pada Devina untuk sekarang.
¤¤¤
Berkali-kali Ziko menghela nafasnya karena pesannya tak kunjung di balas oleh Devina dan telponnya juga masih diabaikan, rasanya tidak tenang karena mereka biasa beberbalas pesan hingga telponan kalau malam. Sepulang sekolah tadi dia menceritan semuanya pada Mona dan wanita itu langsung memakinya juga mengatakan kalau dia sangat bodoh.
'****! Gimana dia gak marah sih Ko? Coba deh bayangin Vina pergi sama Alex terus dia bohong sama lo, marah gak? Coba bayangin lagi kalau Devina yang ngomong gitu ke lo?'
Mengacak rambutnya dengan frustasi Ziko kembali mengetikkan banyak pesan untuk Devina, tapi sialnya hanya centang satu.
'Lo bisa liat gak sih Ko kalau sebenernya dia itu bingung? Dia bingung sama lo dan Alex karena lo berdua sama-sama gak jelas, deketin doang, tapi gak ada yang berani untuk serius'
Membuka galeri yang ada di ponselnya Ziko menatap foto-foto Devina yang pernah dia ambil ketika mereka ke pasar malam.
'Lo juga tau kan kalau Devina sering dibilangin sama anak kelas kalau dia suka kasih harapan palsu ke lo, dia pasti bingung Ko dan lo malah bilang gitu, sumpah **** banget!'
Ziko juga bersumpah kalau dia tidak bermaksud mengatakan itu semua pada Devina, kata-kata itu keluar begitu saja dari bibirnya bukan hanya Devina bahkan Ziko sendiri merasa terluka dengan perkataannya.
Sial! Semua karena anak-anak kelas yang ribut bergosip tentang Alex dan Devina hingga fikirannya kacau.
Karena itu semua dia sampai berkata hal yang membuat Devina terluka.
Saat sedang sibuk dengan fikirannya ponselnya berdering membuka Ziko langsung membukanya, tapi ternyata bukan Devina yang membalasnya.
Ziko, bisa temenin gue lagi gak?
Pesan itu dari Adyra dan bukan dari Devina.
Tapi, Ziko bukan menanti pesan dari Adyra.
¤¤¤
Yahh lagi marahannn😔
Semoga lekas baikan yaa Ziko sama Vina jangan lama-lama marahannya😢