Dengan sisa-sisa tenaganya, akhirnya Anggapala berhasil membuat tempat untuk berteduh. Ia menyekah keringatnya dengan sebuah kain lusuh. Dalam kondisi seperti itu, terdengar dari samping suara langkah beberapa orang yang mendekatinya.
Mereka akhirnya hidup bersama dengan tujuan membangun sebuah tatanan kehidupan yang pada akhirnya banyak orang-orang yang hidup di daerah itu. Hingga dalam beberapa bulan saja, daerah itu menjadi tempat persinggahan para pedagang yang hendak ke arah Barat.
Pada akhirnya daerah itu sekarang menjadi sebuah daerah yang mempunyai banyak unsur seni dan budaya, bahkan daerah Cikeusik atau Gegesik mendapat julukan Kampung Seni.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Artisapic, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB VII GANDRUNG KAPILAYUNG
*Mardi kini sebagai ketua pedukuhan , beliau mempunyai istri yang benama Nyi Rukemi dari Jawa tepatnya dar Bumiayu ( sekarang ). Beliau menikah pada waktu pedukuhan masih dipimpin oleh Ki Bugulun. Saking cintanya sehingga beliau dijuluki Ki Rukem. Nama rukem sendiri adalah pohon liar yang kala itu banyak tumbuh di wilayah pedukuhan Cikeusik*.
*Sambil ditemani sang istri , Ki Rukem sedang menikmati minuman bandrek dengan cemilan kacang kukus. Di ruang depan rumahnya , beliau duduk di hamparan tikar yang biasanya untuk mengobrol dengan para Kerani dan tamu yang lain. Sedang asyik menikmati hidangan tersebut , terdengar suara ketukan pintu. Segera Nyi Rukemi membuka pintu itu. Ucapan salampun terucap dari balik pintu. " Sampurasun Ki ," ucap tamu itu, yang ternyata mereka berlima yaitu Bulhun , Madropi , Mahdi , Soma dan Sabar*.
" *Rampes " jawab Ki Rukem...sambil meletakkan gelas. " Ooooh...rupanya kalian , silahkan duduk , kebetulan ada yang ingin aku sampaikan ", lanjutnya*.
" *Begini Ki , setelah Ki Rukem menjadi pengganti Ki Dukuh , Kerani kurang satu," kata Bulhun sambil menikmati hidangan yang sudah disuguhkan. " Saya teringat pesan Ki Dukuh , supaya kita tetap solid dalam bekerja , beliau pernah mengatakan bahwa di antara kita ini saudara dan sedarah , juga kata Ki Dukuh pernah bilang juga untuk terus membangun , jadi menurut saya sebaiknya Ki Rukem mengangkat kerani baru," lanjut Bulhun*.
" *Justru itu aku memikirkannya , tapi aku punya pendapat begini , bagaimana kalau para kerani ini dirombak, tapi bukan berarti diganti , hanya di sini nanti ada perubahan tugas saja," kata ki Rukem*.
" *Tak apa Ki , yang jelas kita tetap bersatu ", sahut Soma*.
" *Ya sudah , ini sudah aku corat coret tadi , nanti untuk kerani Dana itu Bulhun , kerani Adat sama Madropi , kerani umum nanti dipegang Antenan dan Mahdi jadi kerani Sosial. Itu hanya sebatas pendapat", kata ki Rukem sambil memberikan kertas kepada Madropi*.
*Obrolan mereka pada akhirnya menyetujui pendapat Ki Rukem. Setelah tamu-tamu itu pulang , Ki Rukem duduk sambil menghisap kawung , pikirannya teringat kala waktu pertama kali berjumpa dengan Nyi Rukemi*.
*Saat itu Mardi berjalan menuju bangsal pedukuhan , di sudut gang ia melihat perempuan yang dipandang begitu anggun. Tidak hanya itu saja , Mardi sering menjumpai perempuan itu yang membuat pikirannya selalu tertuju padanya. Hingga suatu hari , hasrat ingin menyapa kepada perempuan itu. Saat yang tepat pun tiba , manakala Mardi sedang berjalan dengan Ki Bugulun , ia pun menyapa.*
*" Sampurasun Nyi , mau kemana membawa sebakul pakaian itu ," tanya Mardi. " Rampes kang ," jawab nyi Rukem , " ini kang mau mencuci pakaian di sungai," katanya*.
Pertemuan itu sering terjadi , hingga kedua mempunyai rasa cinta bahkan rindu. Memang adat zaman dulu tidak seperti sekarang , begitu sering mengobrol , sering berduaan , pada akhirnya mereka berdua menikah.
*Adat di Cikeusik kala itu , sebagai penghulunya dipegang oleh ketua pedukuhan yakni Ki Bugulun. Begitupun dengan Bulhun , Mahdi , Madropi dan sebagian warga lainnya. Kecuali pada masa kepemimpinan Bulhun ,yaitu setelah Madropi menjabat*.
*Pernikahan Mardi dengan Nyi Rukem kala itu dimeriahkan dengan hiburan Dombret , Soder , Serimpian , juga kesenian Dokmong dan Reog. Tentu saja nama-nama tadi hampir sama dengan daerah lain , seperti reog , di Cikeusik saat itu nama kesenian dengan alat musik dari buyung atau gembyung , yang dibunyikan bersama genjring rebana. Dokmong adalah sejenis kesenian dimana seseorang melantunkan lagu kinanti atau dangdanggula sejenis kesenian suluk macapat , juga kesenian Dombret , dimana seorang penari wanita memberikan selendangnya kepada tamu undangan , dan yang terkena selendang itu diwajibkan memberi uang atau yang lain*.
*Saat itu Ki Bugulun sempat mengatakan bahwa sebuah pernikahan itu adalah sebuah perjalanan panjang yang banyak rintangan ibarat bahtera di tengah lautan , terhempas badai , terombang -ambing gelombang , terdampar batu karang , maka dari itu jadikanlah pasanganmu sebagai Surti , yaitu yang wajib dinafkahi baik lahir maupun bathin. Bahkan Ki Bugulun pernah berpesan , bila nanti mempunyai anak atau keturunan , itu pertanda mendapat anugrah tiada tara , maka janganlah keturunanmu terjerumus dalam kebathilan , sebab kelak orang tua yang akan menerima hukumannya. Hanacaraka datasawala , anak yang berbuat celaka , mak orang tua akan terbawa-bawa*.
*Ki Rukem tersenyum sendiri bila mengingat semuanya. Beliau teringat pesan Ki Bugulun saat mengukuhkan pembuatan gapura , bila kau lupa asal usul tulisan jawa dan tidak mengerti maknanya , maka jangan harap kemakmuran akan tercipta , hanya keterpurukan yang diderita. Ki Rukem mengingat-ingat urutan tulisan Jawa , hanacaraka, maknanya ada di timur yang artinya ada dan datang sebuah petunjuk atau pertanda kehidupan , matahari*.
Datasawala , mengandung arti bahwasanya bila cinta dunia maka pusatnya ada di selatan , karena disanalah terdapat keraton kencana, Ratu kidul. Padhajayanya , bermakna manakala menginginkan kejayaan baik dalam diri atau sebutan diri , terpandang di masyarakat , disanalah titel dari kejayaan , di arah barat , Haji. Sedangkan Magabathanga , maknanya segala sesuatu baik amal baik ataupun buruk , kaya atau miskin , terhormat atau terhina , semuanya akan berakhir dengan posisi kepala di utara , kematian.
*Seraya memikirkan apa yang pernah disampaikan oleh Ki Bugulun kepadanya , Mardi alias Ki Rukem hanya terdiam. Betapa luasny cara berpikir Ki Bugulun menyampaikan semuanya kepada masyarakat Cikeusik. Ki Rukem terdiam , rasa kantuk mulai menjalar dalam tubuhnya. Beliau akhirnya berjalan menuju kamar tidur*.
*Dalam tidurnya , beliau bermimpi , melihat hamparan luas , di depan sana tampak ada kereta berkuda yang di dalam kereta terlihat duduk seorang wanita berkebaya hijau. Begitu cantik dan anggun , wanita itu menatap dirinya dengan sorot mata yang tajam , wanita itu ibarat putri raja , berhias mahkota berkilauan. Mardi hanya terdiam , matanya selalu memandang pada diri wanita itu*.
*Sementara kereta itu ditarik oleh dua ekor kuda , putih dan coklat. Di belakang kuda tadi duduk seorang kusir kereta , perempuan juga , namun perempuan kusir itu a terdapat kejanggalan , giginya bertaring. Dalam mimpi itu , Ki Rukem merasa kaget dan terperanjat dari tidurnya. Beliau terbangun dan bayangan mimpi itu masih teringat*.
*Pagi harinya , Ki Rukem mendatangi rumah Ki Bugulun , kebetulan beliau pun baru bangun. Dengan mengucap salam , Ki Rukem pun dipersilahkan duduk. Ia menceritakan mimpinya itu*.
Ki Bugulun menjelaskan , " Itu pertanda bahwa kamu akan menjalankan tugas dengan baik , namun ada beberapa ketidakpuasan dari masyarakat, kamu harus bersabar , itu ujian dan ujian itu pertanda bahwa kita masih harus belajar , jangan menyerah dan jangan putus asa , sebab......kalau kamu menyerah berarti kegagalan, untuk itu supaya kamu tetap tegar , nanti aku kasih bacaan hanya buat kamu sendiri," paham , kata Ki Bugulun.
" Baik Ki ," jawab Ki Rukem.
*Setelah selesai menulis , Ki Bugulun memberikannya kepada Mardi alias Ki Rukem. Dan dibacalah tulisan itu....." Niat raga tumikaning lalayung , kawedar maring sakanira*......
" *Nanti bacanya di tengah malam , sekarang bawalah ke rumah , nanti malam baru kamu jalani selama 7 malam ," kata Ki Bugulun*.
" *Baik Ki , kalau begitu saya pamit , ada pekerjaan di pedukuhan ," jawab Ki Rukem seraya berpamitan*.
*Setelah sampai di rumah , Ki Rukem segera ke pedukuhan , pikiranya tertuju pada wanita yang di dalam kereta*.
*Tiba-tiba*.........
Q.Sambling Gegesiklor
Cirebon
Jawa Barat