Namanya Laura, dia masih perawan, namun pekerjaannya ada di Lingkaran Setan.
Sebuah Club malam, yang mewah mau mempekerjakannya. Tugasnya memang sederhana, namun berat untuk di lakukan, Laura hanya akan duduk dan tidak di perbolehkan untul di sentuh oleh semua yang memesannya.
Tugas Laura, hanya akan menemani dan menuangkan Alkohol pada gelas para pria-pria beruang yang mencari kesenangan di Club Mewah tersebut. Mereka pun mendapatkan sebutan “Pelanggan Vip.”
Namun, tidak sedikit dari para pria kaya itu yang menginginkan Laura, karena Laura yang masih muda dan sangat cantik. Semua pria pun mabuk tergila-gila pada Laura bahkan sebelum minum mereka sudah mabuk dengan kecantikan Laura.
Pada akhirnya Laura akan membangkitkan Gangters-Gangster besar yang sudah lama bermusuhan dan melakukan gencatan senjata kembali memanas.
Di tambah dengan kebenaran asal usul Laura. Hingga membuat Laura harus menjadi budak nafsu untuk salah satu Ketua Gangster.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Newbee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPISODE 23
Aaron sedang menikmati buah-buahan yang sudah di iris, dia menusuk menggunakan garpunya, satu demi satu ia melahapnya.
Tak berapa lama Hensen sudah membawa Laura masuk ke ruangan itu. Laura berjalan dengan sedikit terseok. Saat itu Laura memakai seragam pelayannya berwarna hitam putih, rok sepaha berwarna hitam dan kemeja hitam dengan list lengan dan krah nya berwarna putih sedang celemeknya berwarna putih juga.
"Tuan Aaron... Anda memanggil saya?" Tanya Laura dengan suara rendah yang ketakutan.
Aaron kemudian melihat ke arah Heiden.
"Pukul berapa Sheriff Norris meminta bertemu."
"Pukul 10 Tuan, Tuan Norris menunggu anda di Rumah Sakit dimana Tuan Douglas di rawat." Kata Hensen.
Kemudian Aaron menyuruh Hensen keluar.
"Tutup pintunya." Perintah Aaron.
Hensen cukup ragu.
Namun, kemudian Aaron melihat dengan tatapan dingin yang tajam.
"Baik Tuan." Kata Hensen kemudian ia keluar, Hensen tak dapat berbuat apapun.
Setelah pintu di tutup, Laura menelan ludah dan meremass kedua tangannya, ia menundukkan kepala serta pandangannya, perasaannya tidak enak dan tidak karuan.
"Ikut dengan ke Rumah sakit, kakekkmu pasti ingin bertemu dengan cucunya, dan kau pasti juga penasaran kenapa menjadi target balas dendam ku." Kata Aaron.
Laura hanya diam.
Aaron pun berdiri dan mendekat pada Laura. Saat itu Laura berjalan mundur.
"Hahha... Kau menghindariku?" Kata Aaron tertawa dingin.
Laura menundukkan kepala dan pandangannya.
"Jika kau menghindariku lagi kau tak akan bisa bayangkan apa yang akan ku lakukan padamu." Kata Aaron.
Dengan cepat Aaron memutar tubuh Laura dan membungkukkannya ke atas meja makan.
"Tuan... !!!" Pekik Laura menangis.
Dengan satu tangan besarnya, Aaron menekan punggung Laura, sehingga tubuhnya dan dadanya berada di meja, sedang ia seperti menungging.
Aaron pun langsung menaikkan rok Laura dengan kasar dan menarik underware milik Laura.
Dengan kasar pula Aaron langsung memasukkan miliknya.
"AAHHHH!!!" Laura menangis dengan wajah nya menempel di meja makan.
"Aku benar-benar membenci dirimuuu...!!!" Kata Laira menangis tersedu.
Dengan kasar dan tanpa kelembutan sedikitpun, Aaron memacu pinggulnya, tanpa memakai pengaman, Aaron pun terus menerus memompa miliknya pada milik Laura tampa memperdulikan tangisan Laura.
"Eghhh.... Kau pelacurr yang luar biasa." Kata Aaron.
Laura menangis dan ia hendak meraih pisau di dekatnya.
"Plaakkk... Plakk...!!" Aaron terus memukul pantat Laura dan memacu pinggulnya maju dan mundur secara brutal.
"Ugh... Kau budakku, jangan berharap kau bisa lepas dari ku." Kata Aaron.
Kemudian Aaron melihat Laura mengambil pisau steak nya, ia pun menahan dan mencengkram tangan Laura.
Kemudian Aaron berbisik.
"Kau tidak akan pernah berani Laura." Kata Aaron mengambil pisau itu.
Dengan cepat Aaron menarik miliknya dan membuang cairan putih itu di punggung Laura.
"UGGGHHHH KHEHH...!!!" Tubuh Aaron menyentak kuat tatkala semua cairan itu keluar.
"Ganti bajumu dan temui aku di mobil, aku akan membawamu pada kakek tersayangmu." Kata Aaron membersihkan miliknya menggunakan underware Laura dan kemudian memasukkan miliknya lalu membenarkan celananya.
Saat Aaron pergi keluar, Laura merosot dan terduduk di atas lantai dengan menangis tergugu, rok dan pakaian segera ia benarkan meski tak memakai underware.
Laura merasa hidupnya telah hancur sehancur-hancurnya, bahkan ia telah menjadi pelacurr yang sangat rendah.
Hensen kemudian masuk dan melepaskan jas miliknya.
"Nona Laura." Kata Hensen memakaikan jas nya pada bahu Laura.
Laura memangis dan di papah oleh Hensen menuju kamar untuk mengganti baju.
"Aku tidak tahu apa kesalahanku... Tuan Hensen tolong aku... Aku ingin pergi dari sini..." Pinta Laura menangis.
"Nona, maaf saya tidak bisa membantu. Tuan Aaron menunggu anda di mobil." Kata Hensen.
Sesampainya di kamar Laura, dimana kamar itu ada di sebelah kamar Aaron, Hensen menutup pintu dan menunggu Laura selesai berpakaian.
Setelah Laura selesai berpakaian, Hensen melihat Laura lebih berkelas dengan pakaian baru yang di beli saat berada di Kamboja.
Saat itu, bahkan Laura terlihat seperti cucu seorang Ketua Gangster kaya raya. Cantik, berkelas, dan sangat berkilau.
"Anda sangat cantik Nona Laura."
"Untuk apa cantik, aku sudah menjadi barang pecah belah." Kata Laura kemudian berjalan menuruni tangga menuju mobil, dimana Aaron sudah menunggu.
Mata Laura masih sembab dan hidungnya terlihat kemerahan, membuat wajah Laura semakin terlihat cantik.
Semakin Laura menderita, seolah Aaron semakin semangat ingin membuat Laura semakin menderita lagi dan merasaka sakit, hal itu akan membuat Douglas menjadi tersiksa.
Mobil membawa mereka melaju cepat tanpa ada percakapan sedikitpun, hingga mereka sudah sampai di Rumah Sakit, dan kemudian mobil berhenti di depan Lobby.
Hensen membuka pintu dan Aaron keluar, diikuti oleh Laura.
Saat itu Sheriff Norris sudah menunggu.
"Tuan Aaron maaf menyita waktu anda."
"Tidak masalah."
Lalu Norris melihat ke arah Laura.
"Dia cucu dari Douglas." Kata Aaron dingin.
Laura kemudian menundukkan kepala perlahan.
Norris yang memiliki perawakan tubuh besar dan tampan dengan pakaian seragam polisi tentu membuat Laura cukup terkesima, dari dulu, Laura memimpikan memiliki suami seperti Norris.
Hingga beberapa menit berlalu, Norris dan Laura masih saling pandang, Aaron kemudian menarik tubuh Laura mendekat ke tubuhhnya. Norris pun paham akan kode itu, bahwa Laura adalah milik Aaron dan kau tak boleh melihat wanitaku.
"Lalu dimana ruangannya." Kata Aaron.
"Mari." Kata Norris.
Saat berjalan mengikuti Norris Aaron berbisik pada Laura.
"Jiwa pelacurrmu pasti sudah mulai berburu, kau menatap polisi itu tanpa berkedip."
"Maafkan saya Tuan Aaron, bukankah saya hanya sekedar budakk dan pelacur anda? Saya hanya oemuas nafssu anda, jadi anda memanggil saya sebagai budak nafssu. Jadi hati saya masih bebas untuk siapa saja. Dari kecil saya memimpikan memiliki suami seorang polisi, dan sekarang saya semakin menginginkannya." Kata Laura.
Aaron berhenti melangkah dan kemudian mencengkram lengan Laura yang kecil, dengan wajah marah dan tatapan tajam.
Seketika tindakan itu membuat Laura terkejut, kakinya pun seperti di paksa berhenti berjalan oleh Aaron.
Pria itu benar-benar diktator, Aaron benar-benar memiliki perintah mutlak, dan arogan serta sifat memaksa.
"Tuan Aaron... Ruangannya di sebelah sini." Kata Norris.
Saat itu Aaron menatap mata Laura dengan tajam dan dingin.
"Kau akan lihat bagaimana aku menghukum mulut dan sikapmu, sehingga kau bisa lebih patuh pada majikanmu. Buang mimpi mu itu, karena selamanya kau akan menjadi budakku, melayani ku di atas ranjang dan di manapun aku menginginkannya." Kata Aaron.
Laura menahan air mata dan tangisannya karena ia tahu tempatnya tidak memungkinkan baginya untuk menangis.
Kemudian Aaron pun berjalan mendatangi Norris menyusulnya masuk ke dalam ruangan Douglas.
"Mari Nona Laura." Ajak Hensen.
Laura pun mengambil nafasnya dan membuangnya dengan harapan agar air matanya berhenti menggembung di matanya. Berkali-kali Laura menenangkan diri.
Laura kemudian masuk ke dalam ruangan perawatan kakeknya, ia melihat ruangan itu sangat berkelas, berbeda dengan ruangan ayahnya yang dulu juga di rawat karena penyakit kanker.
Bahkan, Laura bisa bermain sepak bola di ruangan perawatan kakeknya itu. Ruang perawatan yang mewah, dengan ukuran ruangan yang luas dengan tempat tidur untuk penunggu pasien.
"Lau... Ra...." Panggil Douglas.
Kemudian Laura mendekat.
"Yaa.... Saya..." Kata Laura air matanya menggenang.
Entah kenapa, Laura menangis, namun seolah ia ingin mengadu pada sang kakek, kenapa semuanya jadi seperti ini, kenapa dia yang menjadi korban balas dendam Aaron, jika semua adalah kesalahan kakeknya. Lalu kenapa seorang pak tua ini tiba-tiba adalah kakeknya, dan kenapa sekarang ia menjadi keluarga Gangster yang selalu ia benci, lalu kenapa Aaron memperlakukannya sebagai budak nafsuunnya dan menjadi pelacurr untuknya. Semuanya ingin Laura luapkan.
Laura menangis tergugu, lehernya sakit karena tak bisa mengungkapkan semua hal itu, hatinya terasa penuh begitu menyakitkan dan pikiran serta tubuhnya lelah.
Norris tahu, dan ia paham, ada luka yang dalam serta tanggung jawab besar di dalam diri Laura.
"Tuan Aaron, karena anda tidak berkenan pergi ke kantor polisi, maka saya mengajak anda bertemu di sini untuk memberitahu jika yang anda lalukan itu salah, memukul dan membuat Tuan Douglas menjadi sekarat seperti sekarang, meskipun Tuan Douglas adalah pelaku dan tersangkanya namun tindakan itu tidak di benarkan, maka anda mendapatkan sanksi berupa membayar ganti rugi, yang uanganya akan masuk pada kas daerah Negara Mex." Kata Sheriff Norris.
"Tidak masalah untuk uang." Kata Aaron
Aaron sadar, beberapa kali, Norris terus melihat ke arah Laura.
"Laura. Kemari." Perintah Aaron dengan suara datar yang dingin.
Kemudian Laura melihat ke arah Aaron, pria itu menaruh tangannya di sofa sebelahnya dengan menepuk pelan.
Laura sebenarnya enggan untuk duduk bersebelahan dengan Aaron.
"Saya ingin di sini menemani kakek saya." Kata Laura beralasan.
Kemudian Aaron tersenyum dingin dengan mengangguk pelan, seolah ia menyetujui permintaan Laura. Padahal, senyuman dingin itu mengatakan pada Laura bahwa "Kau melawan perintahku maka tunggulah hukumanmu."
Bersambung~