Follow ig @abil_rahma
Icha gadis cerdas disekolahnya, terbukti dari segudang prestasi yang dia dapatkan. Tetapi sayangnya dia gadis yang terlihat culun dan jarang bergaul, itu disebabkan karena Ayahnya mengatakan kalau dia sudah dijodohkan sejak bayi dengan anak sahabat Ayahnya. Yang dia tau sahabat Ayahnya itu orangnya sangat baik sekali. Tetapi dia tidak tau siapa orang yang sudah dijodohkan dengannya.
Vicky Al Ghifari seorang cowok yang terkenal playboy disekolahnya, suka gonta-ganti pacar. Dia juga tahu kalau sudah dijodohkan sejak bayi, tetapi keadaan itu dia manfaatkan buat mencari pacar sebanyak-banyaknya. Karena dia tak tahu siapa yang sudah dijodohkan dengannya.
Mereka harus menikah saat masih SMA kelas XII karena suatu alasan. Akankah mereka bisa menerima pernikahannya dan hidup bahagia atau sebaliknya?Karena ternyata orang yang dijodohkan tak sesuai dengan harapan mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Abil Rahma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DMS 22
Icha berangkat ke perusahaan diantar oleh Nayla, padahal dia ingin menaiki mobilnya sendiri, lagi-lagi Nayla melarang supaya nanti pulang bareng Al, gitu kata Nayla. Icha pun tak menolaknya, karena kalau menolak pasti akan jadi panjang urusannya.
Saat memasuki lobi dia bertanya pada customer service dimana ruangan Al.
"Permisi Mbak, dimana ruangan Vicky Al Ghifari ya?" tanya Icha.
"Apakah anda sudah buat janji dengan Pak Vicky? tanya CS tersebut.
"Belum," jawab Icha.
"Kalau belum Anda tidak bisa bertemu dengan Pak Vicky," ucap CS tersebut.
Icha bingung kalau telfon Al gak jadi kejutan dong, tapi kalau gak telfon pasti gak bisa masuk, pikirnya. Mau mengatakan kalau dia istri Al juga gak mungkin.
Saat sedang bingung, tiba-tiba dia melihat seseorang yang dia kenal masuk ke lobi.
"Papa," Icha memanggil orang tersebut yang tak lain adalah Bayu papanya.
CS tadi jadi salah tingkah, karena dia tahu siapa Bayu. Dia adalah rekan bisnis Davit sekaligus teman dekatnya.
"Kamu kok disini Cha?" tanya Bayu saat mengetahui keberadaan sang anak.
"Mau ketemu sama Al, tapi gak tau dimana ruangannya Pa," jawab Icha.
"Papa juga mau ketemu dia, ayo bareng aja," ajak Bayu pada anaknya.
"Iya Pa,"
Sesampainya di ruangan Al, ternyata ada dua orang yang dikenali oleh Icha, mereka berdua duduk di sofa ruangan tersebut. Dia hanya tersenyum kearah keduanya, tanpa bertanya.
Al langsung berdiri dan menghampiri Papa mertuanya ketika dia melihat siapa yang masuk.
"Pa," sapanya lalu mencium punggung tangan Bayu.
Dua orang yang berada disana menajdi tidak enak sendiri setelah kedatangan Icha dan Papanya.
"Kita permisi dulu ya, Om, Al, Cha," pamitnya pada ketiga orang yang berdiri didekat pintu masuk.
"Lho kok malah pergi?" tanya Bayu.
"Gak apa-apa Om, kita sudah selesai kok," jawab orang itu.
"Oh gitu, yaudah hati-hati," ucap Bayu.
Keduanya lalu pergi dari ruangan Al. Setelah kepergian dua orang itu, mereka bertiga duduk di sofa ruangan tersebut.
"Papa sama Icha kok bisa barengan?" tanya Al.
"Kebetulan Papa ketemu Icha di lobi," jawab Bayu.
"Papa kesini mau lihat pekerjaan kamu hari ini seperti apa, mau Papa periksa, boleh kan?" tanya Bayu.
"Boleh banget Pa, malah aku berterimakasih karena Papa mau mengoreksi pekerjaanku, dan mau menyempatkan kesini, padahal kan aku bisa ke kantor Papa," ucap Al merasa sedikit sungkan.
"Gak apa-apa, mumpung Papa lagi free," jawab Bayu.
Al pun menyerahkan pekerjaannya pada Papa mertuanya. Bayu pun memeriksa satu persatu pekerjaan Al hari ini, setelah selesai dia mengoreksi beberapa yang harus Al perbaiki.
Dan Al menyimak secara seksama penjelasan Bayu.
"Sudah cukup itu aja menurut Papa, karena sudah selesai Papa pamit ya. Terimakasih untuk kopinya," ucap Bayu, karena memang tadi setelah kedatangan Bayu dan Icha, Al menyuruh OB untuk membuatkan minuman buat Bayu dan Icha.
"Pa kita makan siang bareng aja ya," Icha mengajak Papanya untuk makan bersama.
"Kalian berdua saja, Papa mau makan siang bareng Mama kalian, dia sudah nunggu," tolak Bayu.
"Baiklah, salam buat Mama ya Pa," ucap Icha.
"Iya, nanti Papa salamin ke Mamamu, yaudah Papa pergi dulu ya, assalamu'alaikum," pamit Bayu, lalu keduanya mencium punggung tangan Bayu secara bergantian.
Setelah kepergian Papanya, mereka pun duduk kembali.
"Mau kesini kok gak kabari aku Cha?" tanya Al.
"Niatnya mau buat kejutan, aku juga bawain makanan buat kamu," ucap Icha, lalu dia mengeluarkan makanan yang dia bawa menggunakan paperbag.
"Kebetulan sekali Cha, aku sudah lapar. Kamu pengertian banget sih," ucap Al dengan tersenyum menggoda.
"Mulai deh. Gak usah godain aku gitu dong Al," protes Icha karena Al kumat usilnya.
"Habisnya kamu tambah cantik aja sih," Al masih saja menggoda Icha, dia malah mencolek dagu Icha juga.
"Mau makan apa gak ini?" tanya Icha saat Al tak henti-hentinya menggoda.
"Yaudah makan dulu, aku udah laper," ucap Al.
Keduanya pun lalu makan bersama. Setelah menyelesaikan makanannya, keduanya mengobrol kembali, karena jam istirahat belum usai.
"Tadi kenapa ada Alvian sama Martha? Mereka mau ngapain kesini?" pertanyaan yang sejak tadi Icha simpan akhirnya terlontarkan juga.
Ya, kedua orang tadi yang berada diruangan Al adalah Martha dan Alvian.
"Gak ngapa-ngapain, mereka mampir aja, katanya lewat sini tadi," jawab Al santai.
"Cuma itu?" pertanyaan itu terlontar seakan Icha tak percaya.
"Iya, kenapa kamu cemburu? Lagian kenapa cemburu, aku disini gak berdua sama Martha tapu ada Alvian juga kan?" ucap Al.
"Siapa juga yang cemburu, aku heran aja gitu," ucap Icha.
"Al apa ini dulu ruangan Papa?" Icha mencoba mengalihkan pembicaraan.
"Ck kamu pinter banget buat ngalihin pembicaraan kita," protes Al.
Icha hanya tersenyum, sambil melihat sekeliling ruangan tersebut.
"Iya ini ruangan Papa, jadi aku tinggal makai aja, ada beberapa sih yang ingin aku rubah, tapi kapan-kapan aja lah, untuk sekarang seperti ini dulu sudah nyaman kok," Al menjelaskan.
"Ternyata ada kamarnya juga ya, aku kira disini isinya cuma kamar mandi," ucap Icha sambil melihat kamar yang ada didalam ruangan tersebut.
Al mendekat kearah Icha dan berbisik, "Iya dong, kalau kita lagi mesra-mesraan kan gak ada yang ganggu," Al tersenyum penuh arti.
Bugh
Icha langsung memukul lengan Al stelah mendengar ucapan itu. Dia juga merasa geli karena bisikan Al tepat berada didekat telingannya, meskipun tertutup oleh jilbab.
"Kamu itu ya, dari tadi gitu," ucap Icha, mukanya sudah memerah karena malu.
"Kamu kerja lagi sana, aku mau tidur aja karena ada kamar nganggur," ucap Icha lalu dia masuk kedalam kamar tersebut.
"Temenin aku kerja aja Cha, jangan tidur ya. Aku janji gak godain kamu lagi deh. Aku bosen diruangan ini sendiri, kalo ada kamu kan bisa sambil ngobrol," pinta Al.
"Aku pikir-pikir dulu ya," ucap Icha sekenanya.
"Kalo kamu gak mau yaudah aku kerja disini aja, biar kamu gak jadi tidur," Al berkata seperti itu supaya Icha mau menerima permintaannya.
"Iya ya aku temenin," putus Icha.
"Al ini kan sudah waktunya kita sholat dhuhur, ayo sholat dulu lah. Dimana musholanya?" ucap Icha dia hampir lupa kalau belum melaksanakan kewajibannya sebagai seorang muslim.
"Ayo ikut aku, kita sholat di mushola kantor aja," ucap Al.
Keduanya pun keluar dari ruangan, dengan Al yang menggandeng tangan Icha.
Keduanya memasuki lif menuju lantai dasar, karena musholanya ada disana. Selama mereka berjalan, keduanya jadi pusat perhatian. Karena memang hanya ada beberapa orang saja yang tahu kalau mereka sudah menikah, dan yang belum tahu mereka mengira keduanya berpacaran. Terlihat dari Al yang selalu menggandeng tangan Icha sampai tiba di mushola kantor.
Bersambung.....
**Jangan bosan baca karyaku yah Kak.
Mohon dukungannya dengan like, komen dan rate bintang 5 ya, makasih semua**.
sholat terus maksiat jalan