NovelToon NovelToon
Erick-Melina Dosen Dan Mahasiswinya

Erick-Melina Dosen Dan Mahasiswinya

Status: sedang berlangsung
Genre:Beda Usia / Dosen / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: Greta Ela

Melina Lamthana tak pernah merencanakan untuk jatuh cinta ditahun pertamanya kuliah. Ia hanya seorang mahasiswi biasa yang mencoba banyak hal baru dikampus. Mulai mengenali lingkungan kampus yang baru, beradaptasi kepada teman baru dan dosen. Gadis ini berasal dari SMA Chaya jurusan IPA dan Ia memilih jurusan biologi murnni sebagai program studi perkuliahannya dikarenakan juga dirinya menyatu dengan alam.

Sosok Melina selalu diperhatikan oleh Erick seorang dosen biologi muda yang dikenal dingin, cerdas, dan nyaris tak tersentuh gosip. Mahasiswi berbondong-bondong ingin mendapatkan hati sang dosen termasuk dosen perempuan muda. Namun, dihati Erick hanya terpikat oleh mahasiswa baru itu. Apakah mereka akan bersama?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Greta Ela, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 22

Kehadiran Profesor George yang sudah dikenal sebagai daftar pustaka berjalan di fakultas, ditambah dengan Erick Frag yang berdiri tegap di sampingnya dengan wajah tanpa ekspresi, membuat suasana tampak tegang.

Profesor George memulai kuliah Fisiologi Tumbuhan dengan suara yang pas tidak terlalu kecil yang memenuhi setiap sudut ruangan.

Ia menjelaskan tentang mekanisme transportasi elektron pada fotosintesis dengan kecepatan yang menuntut konsentrasi penuh. Tak ada satu pun mahasiswa yang berani berbisik, suara gesekan pena di atas kertas hanya terdengar diruangan itu.

Melina mencatat dengan tekun, sementara Devano yang duduk tak jauh darinya tampak sangat fokus, sesekali mengangguk tanda memahami penjelasan yang rumit tersebut.

Setelah satu jam berlalu tanpa jeda, Profesor George membetulkan kacamatanya dan menoleh ke arah Erick.

"Asisten Erick, silakan ambil alih. Berikan mereka sepuluh soal kuis untuk menguji apakah otak mereka masih di sini atau tertinggal di bantal tadi pagi," ujar sang Profesor dengan nada sarkastik yang khas.

Erick melangkah maju ke depan kelas. Matanya sempat melihat keseluruhan ruangan dan berhenti selama satu detik pada Melina sebelum beralih ke Devano. Ada kilat persaingan yang tersembunyi di balik tatapan profesionalnya.

"Siapkan kertas selembar. Sepuluh soal, jawaban singkat namun tepat. Waktu kalian hanya sepuluh menit," suara Erick menggema tegas.

Ia mulai membacakan soal satu per satu. Soal-soal itu tidak mudah, Erick sengaja menyisipkan jebakan-jebakan logika yang menuntut pemahaman mendalam, bukan sekadar hafalan. Melina mengerjakan dengan tenang, meski jantungnya berdebar setiap kali ia harus mendongak dan tak sengaja menangkap tatapan dingin Erick dari depan kelas.

Setelah sepuluh menit yang terasa seperti satu jam, Erick mengumpulkan semua kertas kuis tersebut. Profesor George mempersilakan mahasiswa beristirahat sejenak di kursi mereka sementara Erick memeriksa jawaban-jawaban itu di meja depan dengan kecepatan luar biasa.

Dua puluh menit tersisa sebelum jam kuliah berakhir. Tangan Erick bergerak cepat menggunakan pulpen merah. Ia melewati tumpukan kertas mahasiswa lain yang penuh dengan coretan salah, hingga ia sampai pada dua lembar kertas yang berada di urutan paling atas.

Erick tertegun. Matanya menatap tajam pada lembar jawaban milik Melina. Benar semua. Nilai 100. Sebuah senyum tipis nyaris tersungging di bibirnya karena bangga, namun senyum itu langsung sirna saat ia melihat lembar berikutnya.

Devano Larnh. Nilai 100.

Erick menahan napas sejenak, rahangnya mengeras. Ia memeriksa kembali setiap jawaban Devano, berharap menemukan setidaknya satu kesalahan tanda baca atau istilah yang kurang tepat untuk mengurangi nilainya.

Namun, jawaban Devano sesempurna Melina. Keduanya menunjukkan kecerdasan yang setara, seolah mereka belajar dari sumber yang sama atau memiliki frekuensi otak yang identik.

Rasa amarah dan cemburu kembali membakar dada Erick. Di matanya, Devano bukan lagi sekadar mahasiswa pintar, melainkan ancaman yang terus membayangi bahwa Ia akan mengambil Melina.

Ia merasa geram karena tidak bisa memanipulasi nilai tersebut di depan Profesor George yang juga sedang memperhatikan dari samping.

"Bagaimana, Erick? Ada yang menonjol?" tanya Profesor George, memecah lamunan Erick.

Erick berdehem, berusaha menjaga suaranya tetap datar.

"Dua orang mendapatkan nilai sempurna, Prof. Melina dan Devano."

Profesor George manggut-manggut puas.

"Ah, dua permata itu lagi. Bagus. Sepertinya persaingan di kelas ini akan sangat menarik tahun ini."

Erick menyerahkan kertas-kertas itu kembali kepada mahasiswa. Saat ia berjalan melewati meja Melina, ia meletakkan kertas kuis itu dengan sedikit penekanan, lalu beralih ke meja Devano. Ia memberikan kertas Devano tanpa melihat wajah mahasiswa itu, namun aura permusuhan begitu terasa.

Melina melihat angka 100 di kertasnya, lalu melirik ke arah Devano yang juga mendapatkan nilai yang sama. Bukannya senang, Melina justru merasa ngeri. Ia bisa merasakan tatapan tajam Erick yang menusuk dari depan kelas. Ia tahu, setiap kali ia dan Devano disejajarkan, posisi mereka di mata Erick menjadi semakin berbahaya.

"Mel, gila ya, kalian berdua emang monster Biologi," bisik Bunga dari samping.

Melina hanya bisa menunduk, memegang erat pulpennya. Di bawah meja, ia meremas ujung kemejanya. Ia merindukan Erick yang lembut di dalam mobil, bukan Erick yang dingin dan penuh amarah di meja dosen.

"Baik, saya akhiri perkuliahan hari ini. Selamat pagi." ucap Prof. George

"Pagi Prof..." jawab mahasiswa

Erick lalu menyusun laptop dan memasukkannya ke dalam tas.

"Melina, tolong bawakan absen ke ruangan saya." ujar Erick datar

Bunga memperhatikan

"Baik Pak." jawab Melina singkat

"Oh iya, untuk ketua kelas, nanti WA kan ke saya siapa yang tidak remedial ya, batas KKM 80." ujar Erick lalu pergi

Melina yang masih gugup pun mengambil absen itu dari atas meja dosen dan berjalan bersama Erick

"Mel, aku tunggu digerbang ya." ujar Bunga

"Iya Bunga." jawab Melina singkat

Mereka berjalan ke ruangan dosen. Ruangan itu sepi dan hanya ada Erick dan Melina. Erick menariknya masuk ke ruangan khusus Erick Frag lalu menutup pintu.

"Apa maksudnya ini? Apa kalian janjian sama-sama nilai 100?" tanya Erick menggeram

"Aku tidak tahu Erick. Aku hanya menjawab apa yang aku tahu." jawab Melina gugup

Erick lalu mendorong Melina ke dinding dan menyentuh dagu Melina memaksanya untuk menatapnya.

"Benarkah itu? Apa kau masih chattingan dengannya?" tanya Erick geram

"Tidak Erick. Kami tidak ada chattingan. Aku serius. Aku tidak bohong." jawab Melina. Ia jujur

Erick lalu melepaskan tangannya dari dagu Melina tapi tetap berdiri didepannya.

"Maafkan aku Melina. Aku terlanjur emosi." gumamnya rendah

Melina langsung memeluk Erick dan mendekapkan wajahnya didada Erick.

"Maafkan aku." ujar Erick lalu membalas pelukan Melina dan mencium kepalanya

Erick lalu melepaskan pelukan dan mengelus punggung Melina

"Kalau begitu pulang lah. Aku tidak mau sahabatmu itu menunggu lama." ujar Erick

Melina lalu mengangguk. Tapi sebelum Melina pergi, Erick menahan tangannya

"Melina, kapan aku bisa mencium bibirmu?" tanya Erick blak-blakan.

Seketika pipi Melina memerah dan dia tersipu malu.

"Aku belum siap Erick. Maaf ya." balasnya

Melina lalu melepaskan tangannya dari Erick lalu pergi dari ruangan itu. Erick tentu saja memang punya rasa hasrat, dia pria yang sudah matang.

Melina lalu menyadari bahwa Ia tak menggendong ranselnya. Ia lalu cepat-cepat pergi ke gerbang kampus

"Lama banget. Ngapain aja sih." tanya Bunga ketus

"Ini ransel kamu." lanjutnya

Melina lalu memakai ransel itu dan berjalan pulang bersama Bunga

"Maaf Bunga. Tadi ruangannya padat dan ada beberapa mahasiswa yang mau bimbingan." ujarnya dengan alasan

"Oh ya udah deh."

Bunga memang belum merasakan apa-apa dari Melina. Ia hanya menganggap biasa saja jika Erick terus menyuruhnya membawakan absen ke ruangannya yang seharusnya itu menjadi pekerjaan ketua kelas. Tapi Bunga selalu berpikir positif, ia pikir Erick selalu menyuruhnya karena ia tertarik dengan kecerdasan Bunga.

1
Han Sejin
🤣🤣 temanya sama kaya punyaku 🤭 semangat ya, di tunggu update terbarunya.
Milkysoft_AiQ Chhi
🤔🤔🤔
Atelier
cepet sembuh ya Mel
Atelier
ini ujian🤭 pak...
Atelier
iya kadang emang begitu kok Mel
Tina
Jangan macam² ya erick, gw sentil ginjal lo nanti 🙄
Tina
paham rasanya jadi melina, energi terkuras karena frekuensi mereka tak sama 😌
Tina
ckckck erick, bisaan milih gaun kyak gitu.. apa maksudmu??🙄
Greta Ela🦋🌺: Author juga ga tau kak🤭
total 1 replies
Tina
so sweet banget kamu pak 😄
Tina
aku penggemar cowok gepeng, dan ini asli guanteng 😊
Atelier
jangan Erick!
Alexander BoniSamudra
jadi penasaran perbandingan harga makanan kantin SMA sama kantin Kampus 🤔
Greta Ela🦋🌺: Namanya juga anak kuliahan🤭
total 3 replies
Alexander BoniSamudra
Dosen : diluar perkiraan BMKG 😑
Alexander BoniSamudra
jadi keingat pas ujian praktek SMA😭😭😭
Mike_Shrye ❀∂я⒋ⷨ͢⚤
keknya pak Erick bentar lagi khilap deh😭
Mike_Shrye ❀∂я⒋ⷨ͢⚤
saingan baru ahay 😂😂
Mike_Shrye ❀∂я⒋ⷨ͢⚤
kasian aaaaa seneng kali ya🤣🤣🤣
Mike_Shrye ❀∂я⒋ⷨ͢⚤
eh beneran pak Erick lebih ganteng dari devano😭
Mike_Shrye ❀∂я⒋ⷨ͢⚤: balik lagi dukung pak Erick ah🤣
total 2 replies
Mike_Shrye ❀∂я⒋ⷨ͢⚤
panas gak tuuhh😂
Mike_Shrye ❀∂я⒋ⷨ͢⚤
iyess satu kelompok 🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!