Bagi Hasan, mencintai harus memiliki. Walaupun harus menentang orang tua dan kehilangan hak waris sebagai pemimpin santri, akan dia lakukan demi mendapatkan cinta Luna.
Spin of sweet revenge
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma AR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MJW 27 Pov Hasan
Hasan sempat protes karena abinya memasukkannya di sekolah ini. Padahal yang dia inginkan meneruskan saja sekolahnya di pondok milik orang tuanya.
"Di SMA umum ini kamu akan mulai mengenal banyak ragam sifat manusia, Hasan. Mereka tidak tau siapa kamu dan dari mana kamu berasal. Kamu akan mencari kehormatanmu sendiri di sana. Kalo di pondok kamu akan dengan mudah mendapatkannya, karena semua santri tau kalo kamu anak abi, yang punya pondok," jelas abinya panjang lebar.
"Buat latihan ketahanan iman juga, bang. Di sana, kan SMA umum, banyak yang tidak pake jilbab. Apalagi cadar. Roknya juga pendek pendek, bang," timbrung Faris penuh semangat.
Karena itu juga membuat Hasan malas mau melanjutkan sekolah ke sana.
Bisa banyak tambah dosa, batinnya menyahut
"Kak Laila juga akan masuk ke sana. Cie cie..... ditempelin terus sama calon istri," kelakar Faris sambil ngakak.
Abinya-Ali Wahab juga tersenyum senyum mendengarnya.
"Hush, jangan bilang begitu. Hasan, jangan dengarkan adikmu. Laila ngga akan menempeli kamu," sanggah uminya, tapi malah membuat Faris tambah tergelak.
Hasan menatap datar. Sejak kecil, anak teman abi dan uminya selalu dibecandain sebagai calon istrinya. Apalagi kakek nenek mereka berdua. Suka banget mengatakan kalo nanti Laila adalah calon istrinya di masa depan.
Anehnya gadis itu senang senang saja membuat Hasan merasa kurang nyaman. Bahkan beberapa kali tanpa setau umi dan abinya, Laila memarahi santri santri perempuan temannya yang menurut Laila bersikap berlebihan padanya.
Hasan tau karena salah satu santri itu mengadu padanya. Rambutnya bahkan sempat digunting Laila. Hasan sampai memberikan Laila peringatan keras atas perbuatannya. Gadis itu berjanji tidak akan melakukan hal itu lagi asal Hasan tidak melaporkannya pada orang tua mereka.
Setelah itu Hasan memang tidak pernah mendapatkan pengaduan lagi dari santri santri perempuan di pondok abinya.
Tapi Hasan merasa sikap Laila bertambah dominan padanya, seakan akan dia adalah milik gadis itu. Padahal mereka masih SMP, belum pantas bersikap seperti itu. Bayangan menikah juga masah sangat jauh dari pikiran Hasan.
"Memang cobaannya bakalan banyak, San. Tapi kamu bisa lebih banyak melakukan syi'ar di sana. Sekolah itu memudahkan jalan siapa pun yang ingin berprestasi di sana. Juga mendukung prestasi siswanya sampai ke luar negeri," ungkap Ali Wahab panjang lebar.
Hasan tidak membantah lagi.dan menuruti apa yang dikatakan abinya.
Ternyata banyak juga santri yang bersekolah di sana hingga Hasan mulai bisa merasa nyaman. Hingga dia bisa membuat komunitasnya sendiri.
Mereka selalu bersama, termasuk Laila yang selalu mengikutinya sampai dia terkadang merasa risih. Tapi percuma protes, orang tuanya dan juga kakek neneknya hanya tertawa menanggapinya.
Hingga suatu hari ketika Hasan secara tidak sengaja melihat beberapa gadis yang turun dari sebuah mobil mewah di gerbang sekolah. Gadis gadis yang kata adiknya merupakan cobaan beratnya.
Salah satu diantaranya melihat ke arahnya dan tersenyum.
Saat itu Hasan secara spontan membalas senyumnya. Dia seperti terhipnotis, hingga terus menatapnya sampai gadis itu berpaling.
Hasan menyelidiki siapa gadis itu yang ternyata kelasnya berbeda dengannya.
Pantas saja Hasan tidak pernah melihatnya di kelasnya. Dan yang mengejutkannya, gadis itu cucu pemilik sekolah yang awalnya tidak ingin dia masuki. Namanya sangat manis, Luna Kanina.
Hasan menghela nafas panjang. Seolah sudah digariskan, sejak pertemuan pertama waktu itu, dia jadi sering melihat Luna. Seakan gadis itu selalu ada di mana pun Hasan berada.
Setelah tau siapa gadis itu, Hasan malah lebih sekarang menghindar. Kalo bertemu, dia akan menundukkan kepalanya atau mengalihkan tatapnya. Alasannya karena gadis itu selalu membuatnya gugup.
Hasan sering mengharumkan SMAnya dengan memenangkan banyak kompetisi keagamaan sampai ke luar negeri.
Hingga hari itu, dia baru saja pulang dari Dubai, setelah mendapat juara satu kaligrafi, Hasan bertemu lagi dengan Luna.
Hasan memberanikan dirinya memberikan Luna sekotak coklat yang dibelinya waktu di Dubai.
"Suka coklat?" tegurnya ketika mereka bersisian di lorong sekolah
Luna yang sedang berjalan sendirian menampakkan ekspresi terkejutnya karena ditegur Hasan.
Hasan mengulurkan kotak coklat itu dan diraih Luna dalam diam. Gadis ini adalah cobaan terberatnya. Dalam jarak sedekat ini Hasan bisa melihat betapa cantiknya Luna.
Hasan merasa gugup setelah setelah tanpa sengaja tangan mereka bersentuhan. Tanpa berkata kata lagi Hasan langsung pergi begitu saja, meninggalkan gadis itu.
Setelah tindakannya iru, Hasan baru bisa berpikir. Pasti gadis itu sudah biasa makan coklat dari Eropa yang lebih enak dan mahal. Dia sering mendengar cerita tentang gadis itu dan sepupu sepupunya yang sering liburan ke negara negara Eropa dan Amerika.
Hasan kembali merasa insecure, dan berusaha menghindar saat bertemu Luna. Hingga insiden bola itu terjadi.
Tidak dia sangka, bola itu malah memilih Luna sebagai korban. Hasan masih ingat betapa lembut kulit Luma ketika bersinggungan dengannya saat dia gendong.
Hasan sudah siap untuk maju lagi mendekati Luna, apalagi Luna juga memberikannya respon positif.
Tapi anehnya, Luna yang malah bertingkah seperti dia dulu. Menghindar.
Sampai suatu hari mereka bertemu. Hasan mengulurkan sekotak coklat untuknya.
"Terimakasih."
Hasan bisa melihat binar di mata gadis itu.
"Sama sama." Hasan mengalihkan tatap karena detak keras dan cepat jantungnya.
Kalo Faris tau, pasti adiknya akan mentertawakannya.
"Imanmu lemah juga akhirnya. Bang." Pasti itu yang akan dikatakannya.
"Kamu menghindar?" tanya Hasan waktu itu tanpa mau menatap Luna.
"Aku baru tau kamu sudah punya tunangan."
Barulah Hasan menatap Luna.
"Dapat info hoak dari mana?"
"Dari tunangan kamu."
Hasan menghela nafas panjang. Dia tau siapa orangnya yang dimaksud Luna.
"Dia bukan tunangan aku." Hasan tau Luna tidak percaya dengan penyangkalannya.
"Tapi kalian pas aja bersama."
Hasan mendengar suara itu terdengar lirih. Kemudian tanpa bisa dicegah, Luna pergi sambil membawa coklat darinya.
Hasan mencari Laila untuk meminta gadis itu tidak mencampuri urusannya lagi.
"Kamu pikir rencana orang tua dan kakek nenek kita hanya becandaan aja. Mereka serius, Hasan," tegas Laila menolak permintaan Hasan.
"Aku juga yakin, mereka ngga akan mungkin mau menerima Luna. Mereka sudah memilih aku untuk jadi istri kamu." Setelah mengatakan itu Laila pergi.
Malamnya, neneknya tiba tiba sakit. Padahal neneknya baru saja melakukan operasi jantung dan keadaannya baik baik saja pasca operasi.
"Hasan.... , nenek hanya ingin melihat kamu bersama Laila."
Hasan tidak menjawab. Dia tau siapa yang menyebabkan neneknya drop begitu. Terpaksa dia memutuskan menjauhi Luna.
Tapi saat perpisahan, dia tidak bisa menahan lagi. Dia memberikan alternatif pada Luna saat mereka bertemu lagi nanti.
Bukan Hasan tidak berusaha melupakan Luna, tapi semakin mereka berjarak, semakin dia merasa rindu. Hasan tau perasaan ini tidak boleh ada di hatinya. Tapi Hasan sulit mengendalikannya.
Karena itu dia kuliah sambil bekerja tanpa kenal waktu selama di Kairo. Di Amerika juga sambil bekerja di perusahaan besar, dia juga membangun beberapa usaha dengan teman temannya.
Kalo nanti dia ditakdirkan bersama Luna, dia bisa menghidupi gadis itu dengan kemampuannya. Tanpa gadis itu perlu meminta pada keluarganya yang super kaya raya.
beruntungnya kamu luna.
malu malu tapi mau 🤭🤭🤭