NovelToon NovelToon
Saat Aku Berhenti Berharap

Saat Aku Berhenti Berharap

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Dijodohkan Orang Tua / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:10.9k
Nilai: 5
Nama Author: Lisdaa Rustandy

Dua tahun menjadi istri dari pria cuek nan dingin yang tak pernah mencintaiku, aku masih bersabar dalam pernikahan ini dan berharap suatu hari nanti akan ada keajaiban untuk hubungan kami.
Tetapi, batas kesabaranku akhirnya habis, saat dia kembali dari luar kota dengan membawa seorang wanita yang ia kenalkan padaku sebagai istri barunya.
Hatiku sakit saat tahu dia menikah lagi tanpa izin dariku, haruskah dia melakukan hal seperti ini untuk menyakiti aku?
Jujur, aku tak mau di madu, meskipun awalnya aku meyakinkan diriku untuk menerima wanita itu di rumah kami. Aku memilih pergi, meminta perpisahan darinya karena itulah yang ia harapkan dariku selama ini.
Aku melangkah pergi meninggalkan rumah itu dengan hati yang hancur berkeping-keping. Kupikir semua sudah berakhir begitu aku pergi darinya, namun sesuatu yang tak terduga justru terjadi. Ia tak mau bercerai, dan memintaku untuk kembali padanya.
Ada apa dengannya?
Mengapa ia tiba-tiba memintaku mempertahankan rumah tangga kami?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lisdaa Rustandy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Istri Baru

"Dia siapa, Mas?" tanya Naysila dengan tangan yang menunjuk seorang wanita berpenampilan modis yang menggandeng suaminya.

"Dia istriku, namanya Serena," jawab Alden dengan nada datar seolah tidak merasa bersalah sama sekali.

DEGH!

Naysila tercengang mendengar jawaban dari suaminya. Bagaimana bisa Alden mengakui wanita itu sebagai istrinya, sementara dia adalah istri Alden yang sah secara agama dan hukum.

"Mas, jangan bercanda. Siapa dia sebenarnya?" tanya Naysila lagi ingin memastikan.

Alden menatapnya dengan tatapan dingin, "Harus berapa kali aku katakan? Dia adalah istriku. Aku telah menikahinya."

Naysila merasa sesuatu yang keras menghantam hatinya, pengakuan Alden membuatnya mematung di tempat selama beberapa saat, bahkan dadanya terasa sesak.

"Bagaimana bisa kamu menikahi wanita lain sementara aku ini istrimu, yang masih sehat dan segar bugar, aku wanita yang sah kamu nikahi. Kenapa kamu tiba-tiba menikah lagi tanpa seizin ku?" kata Naysila dengan mata berkaca-kaca.

"Apa kamu pikir aku harus meminta izin padamu ketika aku ingin menikah lagi? Aku berhak menikahi dua hingga empat wanita tanpa perlu izin darimu," jawab Alden tegas.

"Aku tahu, seorang pria berhak menikahi hingga lebih dari satu wanita. Tapi, apakah kamu tahu kalau untuk hal itu perlu izin dari istri pertama? Kamu gak bisa seenaknya, Mas!"

"Aku sama sekali nggak butuh izin dari kamu, izin dari kamu itu nggak ada artinya buat aku. Diizinkan ataupun tidak, aku akan tetap menikahi wanita yang aku cintai."

Naysila merasa seakan-akan dunianya runtuh dalam sekejap. Air mata yang sejak tadi ia tahan kini mulai mengalir tanpa bisa dibendung. Hatinya terasa sesak mendengar pengakuan suaminya yang begitu kejam dan tanpa rasa bersalah sedikit pun.

"Tega kamu, Mas... Aku rela meninggalkan orang yang aku cintai hanya untuk dijodohkan dengan kamu dan menikah dengan kamu. Aku sudah berusaha menjadi istri yang baik untuk kamu, tapi kenapa kamu membalasku seperti ini?" suara Naysila bergetar, penuh luka.

Alden hanya menatapnya tanpa ekspresi. "Karena aku nggak pernah mencintai kamu. Seharusnya kamu mengerti kenapa aku memilih wanita lain."

Ucapan itu menusuk hatinya seperti belati. Nafas Naysila tersengal, dadanya terasa begitu sesak. Tangannya mengepal kuat, berusaha menahan gejolak emosinya yang meledak-ledak.

"Aku memang tidak meminta kamu mencintaiku, Mas," ucapnya dengan suara lirih, tetapi penuh dengan kesedihan yang dalam. "Aku hanya ingin dihargai sebagai istri. Aku sudah berusaha menjadi istri yang baik, setia, dan selalu berusaha memahami kamu. Tapi ternyata, semua itu tidak ada artinya buat kamu."

Serena, wanita yang berdiri di samping Alden, hanya tersenyum sinis, seolah menikmati penderitaan Naysila. "Sudahlah, Nay. Terima saja kenyataannya. Aku yang dicintai oleh Alden, bukan kamu."

Naysila menatap Serena dengan tatapan penuh luka. Kemudian, ia menoleh kembali pada Alden, berharap setidaknya ada sedikit rasa iba di mata lelaki itu. Namun, yang ia lihat hanyalah kebekuan. Tidak ada penyesalan, tidak ada belas kasihan.

Naysila menggigit bibirnya, menahan gemuruh di dadanya. Tangannya mengepal di sisi tubuhnya, berusaha tetap berdiri tegak meskipun hatinya tengah remuk.

"Aku nggak sudi menerima wanita lain tinggal di rumah ini," ucapnya dengan suara bergetar, tetapi nadanya tegas. "Jika kamu menikah lagi dan memiliki istri baru, maka kamu harus tinggal di tempat lain dan membawa wanita itu jauh dariku!"

Alden menatapnya dengan tatapan dingin, lalu tertawa kecil, seolah tak menganggap ucapannya serius. "Jadi, kamu menolak Serena tinggal di rumah ini?"

"Ya," jawab Naysila tanpa ragu.

Senyum sinis terukir di wajah Alden. "Kalau begitu pergilah dari rumah ini dan kembalilah kepada orang tuamu. Aku sama sekali nggak membutuhkan kamu dalam hidupku."

DEGH!

Naysila terdiam. Ucapan Alden begitu menusuk, membuat dadanya terasa semakin sesak. Seakan ia ini hanya beban dalam hidup suaminya. Tapi pergi? Tidak, ia tidak bisa.

Ia teringat wajah kedua orang tuanya yang begitu bahagia saat pernikahannya dulu. Mereka percaya bahwa Alden adalah pria yang akan menjaganya, yang akan membuatnya bahagia. Jika ia pulang dalam keadaan seperti ini, mereka pasti akan kecewa.

Dia tak bisa membiarkan itu terjadi.

Dengan napas tertahan, Naysila akhirnya berkata, "Baiklah, aku tidak akan pergi."

Alden mengerutkan keningnya. "Kenapa?"

"Aku tidak bisa kembali ke rumah orang tuaku. Mereka percaya bahwa aku bahagia dengan pernikahan ini," ucap Naysila lirih. "Aku nggak mau mereka kecewa. Jadi... aku akan tetap di sini."

Serena tertawa kecil sambil melingkarkan tangannya di lengan Alden. "Wah, luar biasa. Jadi, kamu memilih bertahan meskipun suamimu sudah terang-terangan mencintai wanita lain?"

Naysila menoleh ke arah Serena dengan tatapan tajam. "Aku bertahan bukan karena Mas Alden, tapi karena aku nggak ingin menyakiti orang tua yang telah mempercayakan hidupku padanya."

Alden terdiam sejenak, menatap Naysila dengan ekspresi sulit ditebak.

"Terserah," katanya akhirnya. "Tapi aku nggak akan mengubah keputusanku. Serena tetap akan tinggal di sini, dan kamu harus terima itu."

Naysila mengepalkan tangannya lebih erat, berusaha menahan semua rasa sakit yang terus menghantamnya. Dengan berat hati, ia mengangguk.

Dalam hati, ia tahu bahwa ini adalah awal dari penderitaannya.

Alden mengajak Serena naik ke lantai dua rumahnya, di mana kamarnya berada, ia sama sekali tak menghiraukan walaupun Naysila menangis dalam diamnya. Naysila membayangkan wajah orang tuanya yang selalu tersenyum lebar ketika ia berkunjung dengan Alden. Orang tuanya percaya ia bahagia, padahal sebenarnya apa yang ia perlihatkan saat bersama Alden hanya sebuah kepura-puraan semata.

"Ya Allah, kenapa hidupku harus seperti ini? Mengapa suamiku tega melakukan itu padaku? Padahal selama ini aku selalu berusaha sekuat tenagaku untuk menjadi seorang istri yang sempurna, tapi aku selalu rendah dan kurang di matanya. Apakah aku tak pantas bahagia?"

Cukup lama Naysila berdiri di tempatnya, mengeluarkan air mata kesedihan yang seakan tiada ujungnya. Ada rasa sesal dalam hatinya karena mau dijodohkan dengan Alden, ia merasa ingin kembali ke waktu di mana dirinya dan Alden tidak pernah mengenal sama sekali, bahkan tidak pernah bertemu.

Naysila mengusap air matanya dengan ujung jilbab yang ia kenakan, ia tahu dirinya harus lebih kuat jika ingin tetap bertahan dengan pernikahannya bersama Alden. Naysila harus siap melihat kemesraan suaminya dengan Serena, yang tak pernah dilakukan kepadanya. Dan bahkan, ia harus siap jika sewaktu-waktu harus bertambah sakit ketika Serena mengandung anak dari suaminya.

Sementara itu di dalam kamar, Alden dengan cepat melepaskan tangan Serena yang menggandengnya sejak tadi. Ekspresi wajahnya kembali dingin, ia berjalan ke arah tempat tidur dan duduk di tepiannya.

"Kamu hanya harus bersikap mesra padaku jika di hadapan Naysila, setelah kita jauh darinya aku ingin kita saling menjauh," ujar Alden dengan nada dingin.

"Kenapa? Statusku kan istrimu, jadi wajar kalau kita bermesraan meskipun dibelakang Naysila," kata Serena, berjalan mendekati Alden dengan langkah menggoda.

"Status istri hanya di hadapan Naysila, baik dalam agama maupun hukum kamu dan aku nggak memiliki ikatan apapun. Ingat, aku hanya menyewamu sebagai istri bohongan hingga Naysila pergi dari rumah ini dan meminta cerai padaku. Setelah itu, kamu boleh pergi dari rumah ini dengan membawa uang bayaran yang aku berikan sesuai perjanjian," tutur Alden.

Serena menyentuh bahu Alden dan mengusapnya lembut, "Kenapa kamu sangat ingin bercerai dengan Naysila? Jika diperhatikan, Naysila adalah wanita yang cukup cantik dia juga terlihat sangat baik."

"Aku nggak pernah mencintainya sejak awal, bahkan aku belum ingin menikah sama sekali. Perjodohanku dengan Naysila tanpa persetujuan dariku, sehingga pernikahan kami nggak pernah benar-benar seperti pernikahan pada umumnya. Aku ingin menceraikan dia tanpa harus aku memaksanya pergi. Aku ingin dia yang pergi sendiri dari rumah ini dan meminta talak kepadaku, dengan begitu aku nggak akan pernah disalahkan oleh orang lain."

"Tapi, walaupun dia yang pergi sendiri dari rumah ini dan meminta talak padamu, bukankah dia akan memberitahu orang tua kalian bahwa perceraian terjadi karena kamu menikah lagi?"

"Satu hal yang selalu aku yakini dari dia, dia nggak akan pernah menceritakan masalah apapun di dalam rumah tangga kepada orang tua kami. Sejak awal kami menikah, Naysila selalu bersikap manis di hadapan orang tua kami, dan sama sekali nggak pernah menceritakan keburukanku pada mereka. Dia sangat menghormatiku, dan nggak mau orang tua kami mengetahui keburukanku. Itulah kenapa, aku memutuskan untuk berpura-pura poligami padanya, sebab dia gak akan pernah mengatakan apapun pada orang tua kami."

Serena mangut-mangut paham, menurutnya Naysila itu wanita yang baik, namun ia masih heran mengapa Alden tak mau mencintainya. Serena tak bertanya lagi pada Alden, saat ini dia hanya istri palsu bagi Alden yang sedang berusaha untuk menjauhkan istrinya dari kehidupannya.

Alden melepaskan tangan Serena dari bahunya, ia berdiri dan berkata. "Mulai hari ini hingga rencana kita berhasil, kamu bisa tidur di sini dan aku akan tidur di ruangan kerjaku."

"Kenapa kita gak tidur sekasur? Aku gak akan macam-macam kok," tanya Serena dengan tatapan menggoda.

"Jangan pernah berpikir aku mau tidur dengan wanita yang bukan istriku, aku masih punya iman walaupun sangat tipis. Selama menjadikan Naysila sebagai istriku, kami nggak pernah tidur sekamar ataupun sekasur. Apalagi dengan kamu yang bukan istriku, tentu aku menolak," jawab Alden tegas.

Tanpa menunggu wanita itu bicara lagi, Alden langsung masuk ke ruang kerjanya yang berada di dalam kamar itu juga. Serena mengangkat bahu setelah Alden masuk, ia juga tak mau peduli dengan apapun selain uang.

Yang harus ia lakukan hanya terus berpura-pura menjadi istri Alden di hadapan Naysila, dan Alden akan memberikan banyak uang padanya.

Naysila yang sudah masuk ke kamarnya masih menangis tersedu-sedu walaupun pelan, rasa sedihnya tak hilang sedikitpun, dalam hati ia mengutuk perbuatan suaminya itu. Namun, sebagai wanita beriman, ia mencoba untuk menerima dengan ikhlas perbuatan suaminya meskipun sangat sulit.

"Kamu jahat, Mas... kenapa harus menikah lagi? Jika tak mencintai aku, seharusnya kamu menceraikan aku, bukan dengan menikah lagi tanpa seizinku."

*****

1
Sunaryati
Kamu nanti yang bucin Alden
Yati Syahira
lebay nyesel ydk guna
Yati Syahira
dibikin menye menya drama lgi
Lisdaa Rustandy: lahhhh, emang ada novel yg gak drama? semua juga butuh drama biar seru😄
total 1 replies
Yati Syahira
laki munafik dan bodoh ,bikin bucin dan nyesel nay dpt yg lebih dari alden
Yati Syahira
cerai bicara jujur jgn nyiksa diri
Yati Syahira
sungguh brutal dan kejam perkataanya ,pergi dan cerai nay ,tdk di hargai sebagai wanita
Tutuk Isnawati
😍 bu tamara getol bener pgn mntunya bertahan
Tutuk Isnawati
semangat thor😍
Lestari Ari Astuti
ditunggu kelanjutannya,setelah minum jus dari ibunya adel🤭
Tutuk Isnawati
kyanya ini ulah bu tamara biar kluarga adiknya nginep 🤣
Lisdaa Rustandy: sengaja dia mah biar anak mantu satu kamar🤣
total 1 replies
Sunaryati
Karena sejak awal pernikahan kamu langsung menutup hati, dan menyakiti hati dan sekarang malu akan berjuang, setelah merasakan kehilangan saat ditinggalkan
Sunaryati
Jika ragu akan disakiti lagi namun kamu akan beri kesempatan, buat perjanjian Nay
Aretha Shanum
ahh bosen alurnya , menye2 kaya bumi sempit ga ada lski2
Lisdaa Rustandy: iya, emang sempit kok. kalo mau yg luas keluar dari novel aja🤣🤣
total 1 replies
lovina
ketawa sj kalau baca novel modelan gini, wnaitanya selalu naif dan bodoh sdngkan laki2nya selalu di buat semaunya dan ujungnya balikan dgn ending sm semua novel, baca buku berkali2 dgn alur yg sama... niat amat author2 dadakan kek gini g bisa yah buat yg beda, g mungkinkan oyak nya cmn satu tuk semua author...kalau di kritik biasnaya tantrum
Lisdaa Rustandy: maaf, saya sudah berkarya hampir 4thn, jadi bukan dadakan lagi. Setidaknya buatlah versi anda sendiri sebelum menertawakan karya orang lain🤣🤣🤣
total 2 replies
Sunaryati
Kamu renungkan semua kesalahan kamu Alden, dan berpikir cara memperbaikinya. Nayla jika kamu masih ada cinta untuk Alden berpikir jernih baru ambil keputusan.
Lestari Ari Astuti
semoga bersatu kembali
partini
hemmm enak bener jadi laki udah cup sana cup nyesel minta maaf balikan ga jadi baca Thor
Lisdaa Rustandy: tapi Alden gak pernah ngapa2in sama Serena, kan dari awal cuma boongan. Cup sana cup sininya darimana, kak? 😄 Alden masih ORI itu
total 1 replies
Lestari Ari Astuti
di tunggu kelanjutannya
Tutuk Isnawati
nyesel deh sekarang gliran orgny dah. prgi
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!