"Ra, lo liat sahabat lo sakit Ra.. dia kehilangan lo disisinya. Gue nggak tahu kehidupan Gema di hari berikutnya tanpa lo di sisinya... Dia akan menjadi manusia versi apa, gue tahu lo capek, lo sakit, lo menderita dan lo pilih pergi dari neraka ini, keputusan lo tepat ra.."
"Tapi bagi Gema itu semua nggak tepat, dia akan jauh lebih sakit ketika lo nggak ada di sisinya lagi. Gue berharap Gema bisa menjalani hari - hari selanjutnya tanpa lo walaupun itu mustahil, dan gue berharap lo disana bahagia Ra... Dan sering - sering untuk datang ke mimpinya Gema Ra"
" Selamat tinggal Tiara Arabella.."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sonya_860, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 22
‘Vanara Bakery’
Vanara Bakery adalah toko roti yang lahir dari kerja keras dan dedikasi Bunda Vania. Setelah kehilangan suaminya, Bunda Vania harus berjuang sendirian untuk menghidupi kebutuhan nya dan Ara.
“Vanara” adalah gabungan dari nama Vania dan Ara, sengaja dibuat sebagai nama identitas Toko karena bunda Vania hanya memiliki Ara seorang di dunia kejam ini.
Dengan keahliannya membuat roti, ia memutuskan untuk membuka toko roti sendiri, hingga kini Vanara Bakery terus berkembang pesat setiap tahun nya menjadi bakery yang di minati oleh kaum muda, maupun lanjut usia.
Bahkan tak jarang banyak yang meminta menu baru...
"Bunda lansung ke dapur ya sayang? Kamu kalau mau keliling toko boleh tapi ingat jangan jauh - jauh nanti kalau udah selesai bunda pangil kamu,"
"Iya bunda iya, Ara ngak akan jauh - jauh kok.. Yaudah sana bunda ke dapur aja Ara di sini aja kok,"
Cup,
"Bunda ke dapur dulu ya, jangan nakal - nakal" setelah memberikan kecupan singkat di pipi milik Ara, bunda langsung berjalan pergi menuju dapur pembuatan kue yang lezat - lezat.
"Di kira gue anak nakal apa?" gerutu Ara tak terima di katakan nakal, orang diri nya ini cantik, baik hati dan suka menolong kok.
Ara menatap sekeliling toko roti Vanara, klasik, bersih, sejuk, indah dan tentunya aroma wangi roti tercium hinga keluar..
"Ternyata toko roti milik bunda rame juga, pasti bunda kaya soal nya banyak banget pelangan nya.." ucap Ara menatap sejumlah pelanggan yang tengah mengantri di kasir bahkan ada yang tengah arisan di sana?
Eh? Arisan? Ah entah lah... Diri nya yang tak tahu atau emang toko roti sudah berganti profesi sebagai tempat serba guna atau? Tempat tongkrongan??
"Huft, gue jadi inget diri gue dulu pas jadi Tiara.. Gue juga kerja jadi pelayan..." sendu Ara saat mengingat kejadian dulu, di mana dirinya bekerja menjadi seorang pelayan di cafe.. Dan berakhir dirinya di pecat,
"Huh, udah lah Tia—em Ara lupain kejadian dulu ingat sekarang lo Ara bukan Tiara lagi!"
Ara berjalan mendekat menuju meja kasir, yang di sana berdiri seorang karyawan dari bunda nya.
"Eh non Ara, non cari ibu ya? Ibu lagi di dapur non lagi bantu buat pesanan kue," ucap nya saat menyadari kehadiran anak dari majikan nya.
Ara mengelengkan kepala nya, "Eh bukan, Ara ngak nyari bunda kok. Ara lagi mau ngadem aja di sini," Ara mendudukkan dirinya di kursi depan kasir,
"Ouh, mbak kira non Ara mau nyari ibu, "
Ara meringis mendengar pangilan dari wanita di depan nya, "Eh jangan manggil non donk mbak, lagian mbak lebih tua dari Ara jadi ngak sopan kalau mbak pangil nya itu, pangil nama aja, Ara"
"Yang ada mbak ngak sopan non masa manggil anak bos sendiri pakai nama nya,"
"Ara juga ngak sopan kalau yang lebih tua malah menghormati bocah mbak, pokok nya mbak harus pangil Ara not nona! Kalau engak Ara aduin ke bunda,"
"Eh jangan donk, iya mbak manggil kamu Ara "
Ara tersenyum puas mendengar nya, "Nah gitu donk kan enak di dengar"
"Mbak— mbak Wati udah berapa lama kerja di sini?" ucap Ara seraya menoleh ke arah id cart yang tergantung di leher.
"Ouh mbak udah dari lama banget kerja ikut ibu, dari waktu kamu masih bayi" ucap Mbak Wati
"Udah lama banget yah, em berarti udah 14 tahun lebih donk?"
"Iya, soal nya mbak betah banget kerja sama ibu"
"Bu—"
"Ara,"
Ara tak melanjutkan ucapan nya, dia langsung menoleh ke arah seseorang yang memangil nya karena memang posisi Ara membelakangi nya.
"Iya Bunda?"
"Ini bunda bawain kamu nasi goreng sama kue, ini kamu makan dulu yah habis itu minum obat nya jangan sampai lupa,"
"Wah terima kasih bunda... Nanti Ara habisin semua nya dan minum obat. Bunda tenang aja,"
"Iya habisin yah, bunda lanjut kerja lagi."
"Hu'um nanti Ara bantu bunda kalau Ara udah selesai" ucap Ara,
"Ngak usah sayang, kamu di sini aja" tolak bunda lembut,
Ara hanya bisa mendesah lesu, dari kemarin bunda nya selalu melarang diri nya. Bukan nya tak mau tapi gimana yah dirinya ini hanya kurang istirahat saja bukan sakit keras.
"Ouh iya Wati ibu nitip Ara ya,"
"Siap ibu bos, saya bakal jaga Ara!"
"Yaudah, bunda balik ke dapur ya sayang, ingat jangan nakal- nakal"
"Iya iya," jawab Ara malas, lagi - lagi jangan nakal - nakal huft, mana main nitip - nitip aja emang di kira dia barang apa??
Setelah kepergian bunda nya, Ara segera memakan nasi goreng yang tadi di berikan bunda nya dengan lahap.
Maklum, tadi di sekolah energi nya terkuras habis makanya sekali nemu makanan langsung lahap dan tak peduli pandangan sekitar yang menatap ke arah nya.
Yang penting perut nya terisi dan kenyangg..
"Di sini menunya apa aja sih mbak?" tanya Ara di sela - sela makan nya,
"Banyak, dari minuman ada es teh, kopi, jus, dan lain nya, terus aneka kue, puding dan lain nya deh pokok nya lengkap boleh riques lagi. Apa lagi kalau di malam minguan masih jam 7 malam aja udah banyak banget rata - rata anak - anak muda yang nongkrong di sini," jelas mbak Wati dengan semangat.
Mata Ara berbinar - binar, "Anak muda mbak??"
"Iya Ra, paling masih SMA kayak kamu deh kayak nya," pikir mbak Wati,
"Wah bagus donk!" pekik Ara,
Mbak Wati menyergitkan alis nya tak mengerti ucapan dari Ara, dia menatap Ara dengan wajah bingung nya, " Apa nya yang bagus sih Ra?"
"Ya bagus donk mbak, dengan begitu Ara ngak perlu susah - susah cari calon pacar. Ara tinggal datang aja ke sini dan masalah dapat atau engak nya pikir belakangan yang penting udah usaha. Dan yang paling - paling mata Ara lebih fres lihat yang para cogan hahaha... Uhh ayang beb.. Ara datanggg..." ucap Ara dengan wajah bahagia nya,
Mbak Wati mengelengkan kepala nya melihat tingkah Ara, "Hais, ingat kamu masih kecil Ra, jangan pacar - pacaran dulu fokus aja ke sekolah dulu." nasehat mbak Wati, membuat Ara mengerucut kan bibir nya kesal padahal baru aja planing!
Hais, seperti nya Ara lupa akan sesuatu, tapi - tapi apa??
"Yaudah kalau gitu Ara cariin jodoh buat mbak Wati aja, mbak Wati kan masih jomblo tua"
Mbak Wati mendelik tak setuju akan ucapan Ara, "Hey mbak itu bukan jomblo! Apa lagi jomblo tua! Mbak itu singel bukan jomblo" kesal mbak Wati,
"Loh apa beda nya? Kan sama - sama sendiri juga kan? Lagian jomblo itu juga sendiri kok," ucap Ara polos,
Mbak Wati hanya menyegir, " Mbak juga ngak tahu,"
Ara mendengus kesal menatap mbak Wati jengah, dirinya kembali melahap nasi goreng di depan nya dengan lahap.
"Umm masakan bunda emang enak is the best!!" puji Ara dengan memberikan kedua ibu jari nya.
"Kue nya juga eummm enakk"
Setelah menghabis kan makanan yang di bawa bunda nya dan tak lupa meminum obat nya, Ara melangkah kan kaki nya dengan membawa piring kotor ke dapur.
Sebenar nya mbak Wati sudah menyegah dan menawarkan diri untuk membawa piring kotor Ara, namun Ara menolak dan dia ingin membawanya ke dapur sendiri.
"Bunda?"
Bunda yang tengah sibuk menghias kue langsung menoleh ke belakang,
"Eh sayang udah selesai makan nya yah?" Bunda mengambil alih piring kotor dari tangan Ara dan meletak kan nya di pencucian piring.
Ara menganguk, "Udah bunda, Ara juga udah minum obat nya"
Bunda mengusap kepala Ara dengan lembut, "Pinter nya anak bunda,"
Ara memamerkan gigi kelinci nya, "Bunda lagi hias kue yah?"
"Iya sayang bunda lagi hias kue pesanan,"
"Boleh Ara bantu ngak bunda?"
"Gak—"