Queen Li tumbuh dalam kekacauan—dikejar rentenir, hidup dari perkelahian, dan dikenal sebagai gadis barbar yang tidak takut siapa pun. Tapi di balik keberaniannya, tersimpan rahasia masa kecil yang bisa menghancurkan segalanya.
Jason Shu, CEO dingin yang menyelesaikan masalah dengan kekerasan, diam-diam telah mengawasinya sejak lama. Ia satu-satunya yang tahu sisi rapuh Queen… dan lelaki yang paling ingin memilikinya.
Ketika rahasia itu terungkap, hidup Queen terancam.
Dan hanya Jason yang berdiri di sisinya—siap menghancurkan dunia demi gadis barbar tersebut.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linda huang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
“Nona, di sinilah rumah Anda. Tetaplah tinggal di sini. Ini juga keinginan Tuan,” ujar asisten itu dengan sopan.
“Queen!”
Suara Jason terdengar dari arah pintu masuk. Ia baru saja tiba.
“Tuan, Anda sudah pulang,” sapa asisten itu.
“Iya, urusanku sudah selesai,” jawab Jason singkat.
“Kalau begitu saya siapkan sarapan untuk Anda,” kata asisten itu.
“Baik,” sahut Jason.
Jason melangkah mendekat ke arah Queen. Tatapannya lembut namun penuh kekhawatiran.
“Queen, bagaimana kepalamu? Masih sakit?” tanyanya.
“Tidak… sudah tidak sakit lagi,” jawab Queen pelan. “Dan… terima kasih karena telah membawaku ke sini dan merawatku.”
Jason mengangkat tangannya, menyentuh kepala Queen dengan lembut, seolah memastikan gadis itu benar-benar baik-baik saja.
“Yang penting kau selamat. Itu yang paling penting,” ucapnya sambil tersenyum. “Mulai hari ini, tempat ini adalah rumahmu. Tinggallah di sini.”
“Kak Jason…” Queen menunduk sesaat. “Maafkan aku karena telah melupakan banyak hal. Aku baru tahu kalau Kakak adalah putra Paman Shu. Saat kita bertemu dulu… aku bahkan tidak mengenalimu.”
Jason menggeleng pelan.
“Tidak apa-apa, Queen. Yang terpenting sekarang kau ada di sini. Aku akan selalu melindungimu.”
Queen mengangkat wajahnya.
“Kakak… ada satu hal yang ingin aku tanyakan. Saat itu aku masih kecil. Aku hanya ingat Papa selalu sibuk dengan pekerjaannya dan memiliki banyak anak buah. Sebenarnya… apa yang Papa lakukan?”
“Kau ingin tahu tentang papamu?” tanya Jason lembut.
“Iya,” jawab Queen mantap. “Sudah waktunya aku tahu.”
Jason tersenyum tipis, lalu mengulurkan tangannya.
“Kita sarapan dulu. Setelah itu, aku akan menceritakan semuanya.”
Ia menggenggam tangan Queen dan membawanya menuju ruang makan. Genggamannya hangat dan erat, seolah memberi rasa aman yang tak terucap.
Queen menatap tangan Jason yang menggenggam tangannya.
"Apakah dia selalu memperlakukan semua orang dengan kehangatan seperti ini… "batin Queen, hatinya bergetar tanpa alasan yang jelas.
Beberapa saat kemudian
Jason membawa Queen ke ruang pribadinya—tempat ia biasa bekerja saat berada di rumah. Ruangan itu luas dan tertata rapi, dengan dinding dihiasi lukisan pegunungan serta beberapa lukisan antik bernilai fantastis.
“Ini tempat aku bekerja,” ujar Jason. “Aku sering membawa pekerjaan kantor ke rumah dan menyelesaikannya di malam hari. Lukisan-lukisan ini adalah koleksiku. Bagaimana menurutmu?”
Queen memperhatikan satu per satu lukisan itu dengan saksama.
“Lukisan antik seperti ini… bukankah hanya dimiliki oleh segelintir orang?” katanya pelan. “Harganya juga sangat mahal. Aku pernah mendengar bahwa identitas pembelinya selalu dirahasiakan. Tidak ada yang tahu siapa orangnya.”
Ia menoleh ke arah Jason, matanya sedikit membulat.
“Jangan-jangan… orang yang membelinya adalah Kak Jason?”
Jason tersenyum tipis.
“Iya. Lukisan-lukisan ini unik dan langka. Karena itu aku langsung membelinya di pelelangan.”
Queen kembali menatap salah satu lukisan, keningnya berkerut.
“Kenapa lukisan ini terasa tidak asing…” gumamnya. “Seperti pernah kulihat sebelumnya.”
“Queen,” panggil Jason pelan. “Ada sesuatu yang ingin aku berikan padamu.”
Ia merogoh dompetnya dan mengeluarkan selembar foto, lalu menyerahkannya kepada Queen.
Queen menerima foto itu. Matanya melebar saat melihat isinya—
sebuah foto dirinya bersama Jason… dan Lin Fan, ayahnya.
Tangannya sedikit bergetar saat memegang foto itu, seolah kenangan lama mulai mengetuk pintu ingatannya.
“Apa kau masih ingat?” tanya Jason pelan. “Foto ini diambil saat ulang tahun Papamu.”
Queen menatap foto itu lama, jemarinya mengusap permukaannya dengan hati-hati.
“Ingat…” jawabnya lirih. “Dan Papa meninggal sehari setelah ulang tahunnya. Ini… adalah foto terakhir kami bersama.”
Suara Queen bergetar. Matanya berkaca-kaca, seolah kesedihan lama kembali menyeruak bersama kenangan yang tak pernah benar-benar sembuh.
“Aku menyimpannya selama ini,” ucap Jason pelan. “Saat itu kau telah kehilangan ingatan, dan aku tidak ingin mengungkit foto ini di hadapanmu. Sekarang, foto ini menjadi milikmu.”
Queen menggenggam foto itu erat, seolah takut kenangan di dalamnya kembali menghilang.
“Kak Jason…” ia mengangkat wajahnya. “Siapa sebenarnya Papaku? Bisnis apa yang ia jalankan?”
Jason menarik napas dalam-dalam sebelum menjawab.
“Paman Lin menjalankan bisnis yang legal dan tidak melanggar undang-undang,” katanya tenang. “Namun identitas dan posisinya sangat berbahaya. Ia telah menyinggung terlalu banyak orang.”
Jason menarik napas dalam-dalam sebelum berbicara.
“Papamu adalah pengusaha logistik dan keamanan internasional,” ucapnya pelan namun tegas. “Semua bisnis yang ia jalankan legal dan tercatat resmi. Namun jalur yang ia kuasai terlalu penting bagi banyak pihak.”
Ia menatap Queen dalam-dalam.
“Papamu menolak bekerja sama dengan orang-orang yang melanggar hukum. Karena itu, ia menyinggung kepentingan banyak orang berbahaya. Sejak saat itu, hidupnya—dan juga hidup keluarganya—tidak pernah benar-benar aman.”
Jason menggenggam tangan Queen dengan lembut.
“Itulah alasan kenapa identitasnya dirahasiakan, kenapa ia selalu sibuk, dan kenapa ia memiliki banyak anak buah. Semua itu bukan karena kekuasaan… tapi karena perlindungan.”
Nada suaranya merendah.
“Dan itulah sebabnya, Queen… aku akan menjaga apa yang ditinggalkan papamu. Termasuk dirimu.”
“Apakah Papa memiliki banyak musuh?” tanya Queen dengan suara lirih.
Jason mengangguk pelan.
“Benar. Bahkan setelah beliau meninggal, musuh-musuhnya masih mengincar keluarganya,” jawabnya serius. “Karena itu, selama ini aku tidak pernah muncul di hadapanmu.”
Queen terdiam.
“Mereka tidak tahu siapa putri Paman Lin Fan,” lanjut Jason. “Selama identitasmu tersembunyi, kau aman. Itulah alasan kenapa aku memilih menjaga jarak… meski dari kejauhan aku selalu mengawasimu.”
Ia menatap Queen dengan penuh tekad.
“Sekarang aku tidak akan membiarkan siapa pun menyentuhmu.”
hai teman teman .... ayo ramaikan karya ini dgn follow tiap hari dan juga like, komen dan jangan ketinggalan beri hadiah yaaaaaaa
sungguh, kalian gak bakalan menyesal, membaca karya ini.
bagus banget👍👍👍👍
top markotop pokoknya
hapus donh🤭🤭
kau jangan pernah meragukan dia, queen
👍👍👌 Jason lindungi terus Queen jangan biarkan orang2 jahat mengincar Queen
.
ayoooooo tambah up nya.
jangan bikin reader setiamu ini penasaran menunggu kelanjutan ceritanya
ayo thor, up yg banyak dan kalau bisa up nya pagi, siang, sore dan malam😅❤️❤️❤️❤️❤️❤️💪💪💪💪💪🙏🙏🙏🙏🙏
kereeeeennn.......💪
di tunggu update nya....💪