Hampir Semua orang di desa Black Sword membenci Risa Ariz. Anak yatim piatu itu dijauhi, dianggap terkutuk, dan dipercaya menyimpan makhluk kegelapan di dalam dirinya.
Muak diperlakukan layaknya sampah, Ariz memutuskan untuk berbuat onar. Ia tidak melukai, tapi ia pastikan setiap orang di desa merasakan kehadiran dan penderitaannya: dengan menyoret tembok, mengganggu ketenangan, dan menghantui setiap sudut desa. Baginya, jika ia tidak bisa dicintai, ia harus ditakuti.
Sampai akhirnya, rahasia di dalam dirinya mulai meronta. Kekuatan yang ditakuti itu benar-benar nyata, dan kehadirannya menarik perhatian sosok-sosok yang lebih gelap dari desa itu sendiri.
Ariz kini harus memilih: terus menjadi pengganggu yang menyedihkan, atau menguasai kutukan itu sebelum ia menjadi monster yang diyakini semua orang.
"MINOTO NOVEL"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MINOTO-NOVEL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 9: IMPIAN DAN TUJUANKU..?
Sungguh pertanyaan yang berat untuk diucapkan. Reo hanya bisa terdiam, tidak mampu menjawab apa-apa ketika Ariz bertanya, "Mengapa kedua orang tuaku tiada?"
Dari raut wajahnya, Reo tampak sangat kebingungan, tak tahu harus berkata apa. Namun, karena Reo tak kunjung menjawab, Ariz mendesak.
"Cepat ceritakan semuanya kepadaku!" serunya, nada suaranya sedikit meninggi.
Reo masih membisu. Melihat Reo tak merespons, Ariz menghela napas, lalu kembali duduk di kursinya.
"Haahh... Paman tahu?" Ariz melanjutkan, suaranya sedikit melunak. "Aku selalu bertanya pada pria yang memberiku uang bulanan itu. Aku pernah bertanya kepadanya, 'Ke mana kedua orang tuaku pergi?' Tapi, dia hanya menjawab, 'Kau tidak akan mengerti...'"
Reo menatap wajah Ariz, menyimak setiap kata yang diucapkannya itu.
"Aku selalu berusaha bertanya pada pria itu," lanjut Ariz, suaranya pelan. "Tapi, dia hanya menjawab kalau orang tuaku sudah tiada. Dia hanya menjawab singkat... tanpa pernah memberitahuku bagaimana kejadian yang sebenarnya..." Ariz menunduk, wajahnya tampak murung.
"Ariz, perkataan pria itu memang benar," sahut Reo, suaranya terdengar serius. "Kau tidak akan mengerti... sekalipun sudah diceritakan secara detail."
"Tapi, tapi aku hanya ingin tahu, mengapa kedua orang tuaku tiada?!" Ariz mendadak berdiri dari kursinya, nadanya meninggi dan sedikit cepat. "Apa salahnya kau bercerita padaku... walaupun aku tidak mengerti?! Setidaknya aku tahu, mengapa kedua orang tuaku bisa tiada?!"
Reo menatap Ariz. Wajahnya itu terlihat sangat serius.
"Paman! Cepat ceritakan semuanya kepadaku!" tuntut Ariz, mendesak Reo agar menceritakan alasan di balik kematian orang tuanya.
Reo menghela napas. Ia menyerah. Terpaksa, ia harus menceritakan semuanya kepada Ariz.
"Kedua orang tuamu tiada, karena..." Reo sengaja menggantung jawabannya.
"Karena apa?!" Ariz mendesak, mulai serius.
"Kedua orang tuamu tiada karena terbunuh saat perang melawan raja kegelapan," jawab Reo, nadanya terdengar berat.
"Hah?! Raja kegelapan?" Ariz terkejut.
"Ya. Dia adalah makhluk kegelapan yang sangat kuat! Dia sudah ada semenjak ratusan tahun yang lalu," jelas Reo serius.
"Ratusan tahun? Siapa raja kegelapan yang kau maksud?" Ariz menuntut penjelasan.
"Ariz, sebelum aku memberitahu semuanya kepadamu," Reo menatap Ariz dengan serius, "kau harus tahu terlebih dahulu, bagaimana peperangan terjadi... sepuluh tahun yang lalu."
"Sepuluh tahun yang lalu?" Wajah Ariz dipenuhi rasa penasaran.
"Sepuluh tahun yang lalu, ada 5 desa yang sangat berpengaruh, memiliki generasi penerus kuasa untuk mengalahkan sang raja kegelapan," Reo memulai ceritanya dengan wajah serius. "Desa pertama, Desa Astanova. Yang kedua, Desa Velmur. Yang ketiga, Desa Vendora. Yang ke empat, Desa Kris's. Dan yang terakhir, desa yang kau tinggali sekarang, Desa Black Sword."
"Hah?! Itu berarti, desa ini pernah terlibat peperangan juga?" Ariz terkejut.
"Ya. Karena di desa ini juga... tersimpan kuasa yang sangat kuat. Setelah kejadian itulah, para generasi sebelumnya mencoba menantang sang raja kegelapan untuk bertarung. Namun, kemenangan masih belum berpihak pada kita," Reo melanjutkan, lagi-lagi dengan ekspresi serius. "Keempat desa yang kusebut hancur tak tersisa! Banyak sekali masyarakat yang jadi korban, termasuk kedua orang tuamu, Ariz."
"Apa?! J-jadi, kedua orang tuaku tiada... karena dibunuh oleh Raja Kegelapan? Tapi, mengapa Paman bisa selamat dari pembantaian itu?" Ariz tampak sedih sekaligus bingung.
"Sebenarnya, peperangan tersebut menghasilkan ledakan yang luar biasa! Ledakan itu berasal dari Desa Astanova, tetapi dampaknya mengenai Desa Black Sword. Di situlah, kedua orang tuamu terkena ledakan dahsyat itu..."
Ariz menatap Reo, matanya terbuka lebar, terkejut mendengar cerita Reo.
"Untungnya, aku berhasil selamat dari ledakan itu. Tetapi tidak dengan kedua orang tuamu. Mereka sudah tidak bisa ditolong lagi. Mereka hanya ingin berpesan padaku, agar aku merawatmu sampai dewasa. Tetapi, saat umurmu sudah beranjak tujuh tahun, aku ditugaskan untuk melatih para generasi sekarang, agar bisa mengalahkan raja kegelapan," Reo menjelaskan, wajahnya tertunduk.
Mendengar seluruh cerita dari Reo, Ariz mengepalkan tangannya. Wajahnya terlihat bingung sekaligus marah! "Benar-benar keterlaluan!" geramnya, suaranya tertahan. "Mengapa hanya aku saja yang selamat? Raja kegelapan itu... Siapa dia sebenarnya?!"
"Dia adalah, Azura," Reo menjawab pelan. "Sang raja kegelapan terkuat, dan tak tertandingi."
"Azura?"
"Ya, Azura. Dia adalah dalang dari semua kejadian kelam... di masa lalu," tegas Reo.
Bingung, sedih, marah; semuanya bercampur aduk dalam diri Ariz. Ia baru tahu kedua orang tuanya tiada dengan cara yang begitu mengenaskan. Hanya kemarahan yang mampu ia tahan, mengepalkan tangan. "AZURA!"
Reo, yang melihat wajah Ariz dipenuhi amarah, berdiri dari kursi dan beranjak pergi. Ariz melihatnya. "Ah, kau mau pergi ke mana?" ucapnya.
"Sudah kuduga. Setelah kuceritakan apa yang sebenarnya terjadi, kau malah jadi punya dendam seperti itu. Seharusnya aku tidak perlu menceritakan semuanya kepadamu," ucap Reo sambil membalikkan badannya.
Ariz terdiam, tidak bisa menjawab apa-apa.
"Ariz, apa kau tidak sadar? Banyak sekali anak-anak yang bernasib sama sepertimu! Terbunuh saat peperangan terjadi," ucap Reo dengan nada serius.
Mendengar perkataan Reo, Ariz termenung. Wajahnya menunduk dan emosinya mereda perlahan. "Kau benar. Seharusnya aku tidak dendam seperti itu," ucapnya dengan nada rendah.
Reo berbalik dan melihat Ariz yang emosinya sudah mulai mereda. "Haahh... Sepertinya pembicaraan kita berakhir di sini saja," ucap Reo, lalu membalikkan badannya lagi.
Mendengar perkataan itu, Ariz segera berkata, "T-Tunggu dulu! Paman mau pergi ke mana?" ucapnya, menghentikan langkah Reo.
"Aku tidak bisa berlama-lama di sini, Ariz. Aku ditugaskan untuk melatih para generasi muda. Generasi yang akan mengalahkan AZURA," ucapnya dengan nada rendah.
"Generasi muda?" ucap Ariz bingung.
"Ya. Mereka dilatih agar bisa menggunakan atau menciptakan kekuatan yang mereka miliki. Alasan nama Ksatria di ciptakan adalah... Selain mempersiapkan diri untuk melawan Azura, mereka juga dapat melindungi keluarga yang mereka sayangi." Reo berjalan menuju pintu.
"Ariz, jika kau punya impian atau tujuan, maka kau tahu harus berbuat apa." Reo membuka pintu rumah Ariz dan pergi meninggalkannya. "Sampai jumpa lagi, Ariz." Reo mengenakan topi jerami di kepalanya. "Kita akan bertemu lagi setelah aku menyelesaikan semua tugasku." ia benar-benar pergi, meninggalkan, ariz.
Reo telah pergi meninggalkan Ariz. Namun, kata-kata terakhirnya membuat Ariz berpikir. "Impian, dan tujuan ku...?" ucapnya dengan wajah memikirkan sesuatu.
bukan mencari kekuatan/bakat yang baru. sesuatu bakal bagus, kalau kita rajin👍