 
                            Keputusannya untuk mengubah nasib di kota lain, justru membuat Kamal harus menghadapi kisah hidup yang tidak biasa.
Pesona anak muda 22 tahun itu, membuatnya terjebak dalam asmara tak biasa. Kamal tidak menyangka kalau dia akan terlibat hubungan dengan wanita yang telah bersuami
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rcancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Diserang Dilema
Kamal melajukan motornya dengan kecepatan sedang. Di sepanjang perjalanan pulang, anak muda itu berusaha fokus menatap arah depan, karna hati dan pikirannya saat ini, sedang bertarung, setelah tadi berbincang dengan wanita yang sekarang memeluknya dari belakang.
Kamal benar-benar memikirkan semua ucapan wanita kesepian yang bersamanya. Hatinya menjadi gundah kala dia teringat dua wanita lain yang telah menghabiskan waktu bersamanya. Hati Kamal bertanya-tanya, apakah mungkin dua wanita itu juga suka sama dia dalam arti khusus?
Seandainya belum pernah melakukan hubungan badan, mungkin Kamal tidak akan segalau ini.
Hingga pukul sebelas malam, motor yang dikendarai Kamal, memasuki gang yang menuju tempat tinggalnya hingga motor berhenti tepat di depan rumah wanita yang yang bersamanya
"Kamu mau langsung main ps apa gimana?" tanya Tiwi begitu dia turun dari motor.
"Nggak tahu ini, Mbak," jawab kamal. "Hari ini aku kaya capek banget."
Tiwi lantas tersenyum. "Aku boleh minta sesuatu sama kamu nggak, Mal?"
Kamal langsung menatap lekat wanita yang berdiri di dekatnya. "Minta apa, Mbak?" tanya Kamal dengan pikiran yang sudah mengarah ke hal yang kotor.
"Aku numpang tidur di kamar kamu, boleh?" permintaan Tiwi sontak membuat mata Kamal agak melebar.
"Tidur di kamarku?" Tiwi mengangguk. "Aduh, gimana ya, Mbak?" Kamal pun mendadak diserang rasa bingung.
"Cuma tidur doang kok, Mal, nggak ngapa-ngapain," Tiwi pun berusaha memaksanya. "Lagian Mbak Gita kan belum pulang terus daerah sini juga aman dari warga. gimana? Boleh, kan?"
Kamal tidak langsung menjawab. Kalau diperhartikan dengan seksama, memang di sekitar tempat tinggal mereka, terbilang lokasi yang cukup aman jika Kamal dan Tiwi berada dalam satu rumah bersama.
Di daerah itu ada empat toko yang berjejer dan salah satunya toko sembako milik Mbak Gita. Di belakang deretan toko itu ada setapak terus ada dua rumah, yaitu rumah Mbak Gita dan rumahnya tiwi.
Di ujung setapak sebelah kanan, ada setapak yang membentuk pertigaan. Setapak yang lurus menembus dari jalan raya sampai ke area komplek yang cukup padat penduduk, dan ujung setapak sebelah kiri, tepatnya di dekat rumah Mbak Gita, tikungan setapak yang menuju ke rumah bebarapa tetangga uang letaknya di belakang rumah Mbak Gita.
Sementara itu di sebelah rumah Gita gedung sekolah, jadi kalaupun Tiwi dan kamal berada dalam satu ruangan, keadaan memang sangat mendukung.
"Tapi kan kamar aku bau, Mbak, berantakan juga, kamu nggak jijik?" Kamal mencoba menolaknya secara halus.
Tiwi lantas tersenyum. "Apa kamu lupa, tadi siang waktu kamu bangun tidur, aku lagi ngapain di kamar kamu?" Tiwi pun tak mau kalah. "Malam ini aku cuma pengin ada temannya aja, Mal. Kamu tahu kan, apa yang sedang terjadi pada rumah tanggaku."
Seketika Kamal menghembuskan nafasnya secara kasar. "Kalau aku aja yang tidur di rumah kamu gimana?" ucap Kamal tak terduga. "Bukankah itu sama aja kan?"
"Kalau kamu mau kaya gitu ya, nggak apa-apa," Tiwi langsung antusias. "Ya udah ayok masuk."
"Nanti dulu," tolak Kamal. "Aku mau ganti baju terus menemui teman-temenku di depan KUA sebentar, nggak apa-apa kan?"
Tiwi mengangguk sembari tersenyum. "Ya udah sana," ucapnya. "Tapi nanti kamu tidurnya yang seperti biasa aja ya?"
"Seperti biasa? Maksudnya?" kening Kamal sampai berkerut.
"Pakai kolor doang, yang kaya biasa kamu lakukan kalau di kamar kamu, oke?"
Seketika senyum kamal melebar. "Baiklah," Kamal pun setuju, lalu dia pamit kembali ke kamarnya.
Sebelum menemui teman-temanya yang sedang jualan, Kamal terlebih dulu memeriksa ponselnya. Dia pun segera membalas pesan dari dua wanita yang ingin bertemu dengannya.
Saat itu juga Kamal kembali didera rasa dilema. Meskipun belu memiliki status yang jelas, Kamal tetap bingung menghadapi perasaan dua wanita itu, jika mereka memang menaruh hati pada anak muda itu.
"Ciee, yang habis kencan," ledek salah satu teman Kamal, begitu Kamal datang kelapak temannya yang menjual nasi goreng. "Mentang-mentang jalan sama cewek, ada teman lewat, nggak menyapa sama sekali.."
"Apaan sih," balas Kamal agak salah tingkah. "Kamu tahu darimana aku habis pergi sama cewek?"
"Tadi sore aku lihat," jawab Andi si penjual nasi goreng. "emang habis kencan kemana kamu?"
"Bukan kencan," jawab Kamal menegaskan. "Dia temannya Mbak Gita, minta tolong sama aku, solanya Mbak Gita belum pulang," Kamal pun terpaksa berbohong.
"Masa teman bisa sampai segitunya sih?" ujar Andi tak percaya begitu saja. "Dia memeluk kamu kencang banget dan kamu diam aja. Nggak mungkin kalau itu temannya Mbak Gita?"
"Astaga!" Kamal mendadak jadi kesal. "Orang kenyataannya begitu. Nggak percaya? Besok deh, kalau Mbak Gta pulang, kamu konfirmasi sendiri."
Seketika Andi langsung cengengesan. "Yah, kali aja, dari temannya Mbak Gita menjadi teman hidup kamu, kan siapa tahu," dia masih saja meledek Kamal.
Kamal kembali mendengus, lalu memperhatikan teman yang satunya lagi, yang saat ini sedang sibuk melayani pembeli.
Dua pria yang umurnya selisih beberapa tahun itu pun terlibat obrolan ringan. Tak lama kemudian teman Kamal yang penjual angkringan turut bergabung dan kembali menuntut Kamal serta meminta menjelasan tentang Kamal yang pergi dengan wanita.
Hingga hampir pukul satu malam, obrolan terpaksa berhenti, karena dua temannya harus tutup lapak. Mereka bahkan memilih langsung pulang karena hari ini mereka cukup lelah. Kamal pun mengerti dan dia memilih pulang duluan.
Begitu langkah kakinya sampai di depan rumah Tiwi, Kamal terdiam beberapa saat. Seketika dia jadi dilema, dia harus masuk ke rumah itu atau kembali ke kamarnya. Namun, demi tidak mengecewakan wanita yang sedang kecewa karena suaminya, Kamal pun memutuskan masuk ke rumah Tiwi.
Pintu sengaja tidak dikunci agar Kamal bisa langsung masuk tanpa mengetuk dan memanggil si pemilik rumah. Tak lupa juga, Kamal mengunci pintu itu, setelah dirinya berada di dalam, lalu melangkah menuju ruang tengah.
Tiwi yang sedang menonton televisi di ruang tengah, langsung tersenyum begitu melihat kedatangan Kamal.
"Kok kamu belum tidur, Mbak?" tanya Kamal, sambil duduk di sofa yang ada.
"Nungguin kamu," jawab Tiwi jujur . "Kok kamu pakai jaket? Nggak jadi tidur pakai kolor doang?"
"Jadi, Mbak," jawab Kamal, lalu dia melepas jaket yang dia kenakan dan ternyata dia sudah tidak mengenakan kaos lagi. Sedangkan di bagian bawah, Kamal memang sudah mengenakan kolor. "kita tidur satu kamar apa gimana, Mbak?"
"Satu kamar dong, Mal," jawab tiwi antusias. "Mau tidur sekarang?"
Kamal mengangguk samar. dengan girang Tiwi pun langsung bangkit dan mengajak Kamal menuju kamarnya.
Entah apa yang akan terjadi selanjutnya, yang pasti, Kamal sudah bisa menerka hidupnya akan mendapat beragam masalah, karena dia harus menghadapi tiga wanita yang sudah bersuami.
lanjut thor 🙏
Sepertinya tidak ada orang yang memiliki keinginan terjebak cinta yang mendalam terhadap istri orang lain. Selain menyiksa juga akan banyak tantangan yang harus dihadapi.
Menjadi orang ketiga dalam sebuah pernikahan seseorang yang terlibat dalam perselingkuhan.
Hubungan perselingkungan memang akan lebih 'memabukkan' karena mereka dibangun dalam pertemuan singkat dan sembunyi-sembunyi.
Tentu hubungan tersebut sebaiknya diakhiri agar tidak terjadi masalah dikemudian hari.
Ucapkan selamat tinggal dan katakan dirimu tidak mau melihat mereka lagi, tidak ada pengecualian.
Dirimu harus menutup pintu emosional yang terbuka dan memutus semua kontak dengannya......💘🔥✌️👌
Tetap semangat...Thor
"Berfokuslah pada tujuan, bukan pada hambatan."....💪
Salma ini adem ngomongnya,bikin tenang.pikirannya juga bijak banget...
nama mereka juga hampir sama 😆