My Husband My Assistant

"Tidak bisa, tidak bisa. Kau harus mentraktir kami sebagai hukuman karena tak mengundang kami."

"Baiklah, kalian ingin apa?"

Jenny dan Ester saling menatap dengan tersenyum penuh arti.

Dan disinilah mereka berada sekarang, di salah satu Club yang sering mereka datangi dengan Sean yang menjadi bartendernya.

Ketiga wanita cantik itu tampak menikmati kebersamaan mereka dengan minum dan menikmati musik, melupakan sejenak segala permasalahan yang ada disekitar mereka.

*

*

Sementara itu ditempat yang berbeda, lebih tepatnya disebuah rumah bertingkat dua dengan desain Mediteranian.Tampak seorang wanita dan pria saling menatap dalam diam. Sang pria terlihat kesal, karena sejak tadi ada saja yang dilakukan sang wanita untuk menghindari percakapan dengannya. Sementara sang wanita tampak semakin gelisah dengan tangan saling bertautan.

"Apa kau mengenal Aluna?" tanya Erik untuk kedua kalinya, setelah cukup lama mereka saling menatap dalam diam.

Agatha yang masih diam, kini bingung harus menjawab apa. Karena jika salah menjawab sedikit saja maka habislah dia.

"Aku—"

"Jawab dengan jujur Agatha, kau tahu bukan aku paling tidak suka dibohongi?"

Gleg.

Agatha menelan salivanya dengan susah payah sembari berpikir dengan cepat mencari jawaban dari pertanyaan Erik yang pastinya tidak hanya satu atau dua. Karena pria itu pasti akan terus bertanya sebelum mendapatkan jawaban yang menurutnya masuk diakal.

"Bisa dibilang kenal, bisa juga tidak. Aku hanya mengenal Aluna sebatas tunangan Tuan Nick. Kau masih ingat mantan atasanku, bukan?" jelas Agatha dengan menyakinkan. "Kau sendiri kenapa bisa berada di hotel bersama Aluna?"

Karena seingatnya Erik tidak pernah mengenal, berhubungan, dan membicarakan tentang Aluna. Jadi Agatha sempat terkejut saat melihat Erik membawa Aluna pergi keluar dari hotel.

"Aku bekerja dengannya, menjadi asisten pribadi Aluna Ricardo. Hotel yang kau masuki milik wanita itu," jawab Erik. Tanpa memberitahu status lainnya yang merupakan suami dari seorang Aluna Ricardo.

"What?Ja-jadi hotel itu milik Aluna?" tanya Agatha dengan terkejut.

Ia memang mengetahui wanita itu berasal dari salah satu keluarga terkaya. Tapi Agatha tidak tahu kalau hotel itu milik Aluna.

Erik menganggukkan kepalanya.

"Kau sendiri sedang apa di hotel itu?" tanya Erik dengan menyelidik.

"Aku ada janji dengan Mia. Kami sepakat bertemu di restoran yang ada hotel itu."

Agatha berbicara dengan lembut dan setenang mungkin agar Erik tidak curiga kalau ia sedang berbohong. Karena faktanya Agatha membuat janji dengan Nick di hotel tersebut.

Erik kembali diam. Kedua matanya menatap dengan intens wajah sang kekasih, mencari kebohongan kedalam dua manik coklat dihadapannya.

"Sudah cukup pembahasan tentang Aluna. Aku sangat merindukanmu, sayang. Apa kau tidak rindu padaku?"

Agatha memeluk manja tunangannya, berusaha untuk menggoda Erik agar pria itu melupakan pembahasan mereka tentang Aluna. Karena jika diteruskan ia tidak yakin bisa terus menjawab pertanyaan Erik.

"Aku juga merindukanmu, sayang. Tapi masih ada satu pertanyaan yang ingin ku tanyakan," ucap Erik sembari menahan bibir Agatha yang hendak menciumnya. "Aluna sempat bercerita, jika mantan tunangannya berselingkuh dengan seorang wanita yang bernama Agatha."

Deg.

Agatha yang tengah menggoda Erik dengan mengusap dada pria itu, langsung terdiam dengan jantung yang berdetak dengan cepat.

"And see, saat Aluna bertemu denganmu dia terlihat begitu marah? Apa Agatha yang dimaksud Aluna adalah kau?"

Erik bertanya dengan raut wajah tanpa ekspresi. Namun aura dingin mencekam begitu terasa di sekitarnya sampai membuat Agatha terintimidasi.