Nadia Prameswari menjalani kehidupan yang sempurna dengan suaminya di mata publik. Namun sebenarnya, pernikahan itu hanya untuk kepentingan bisnis dan politik.
Nadia seorang wanita aseksual, membuat Arya selingkuh dengan adik tirinya.
Hal itu membuat Nadia bertekad memasang chip di otaknya untuk mengaktifkan hasrat yang selama ini tidak pernah dia rasakan.
Namun, apa yang terjadi setelah rasa itu aktif? Apa dia akan menjerat Arya atau justru terjerat pria lain?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puput, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 22
"Nadia, kenapa kamu sangat berkeringat?" Niko semakin mendekat dan menatap wajah lelah Nadia. "Apa yang baru saja kamu lakukan sama Niko?"
Nadia menatap Arya tanpa rasa takut. Dia mendorong bahu Arya agar menjauh darinya. "Membuat strategi perusahaan membutuhkan banyak tenaga."
Arya hanya tertawa dan menjauhkan dirinya dari Nadia. Dia kini duduk santai di kursi yang berada di seberang Nadia. "Iya, benar. Kamu membutuhkan banyak strategi untuk perusahaan. Malam ini ada makan malam anggota partai untuk meresmikan aku sebagai kandidat. Kamu harus datang."
Nadia menganggukkan kepalanya setelah selesai membaca dokumen perizinan produksi itu. "Tapi aku datang sama Niko."
"Nadia, ini acara partai. Tidak boleh ada orang luar yang masuk."
"Niko bukan orang luar. Aku hanya percaya pada Niko yang melindungiku. Apalagi itu wilayah kamu." Nadia tersenyum miring sambil terus menatap Arya. "Kalau kamu tidak mengizinkannya, aku tidak akan ikut."
"Baiklah, kamu boleh ikut. Tapi aku butuh dana kampanye. Aku sudah berhasil mendapat izin produksi ini."
"Oke. Besok aku akan transfer dana yang kamu butuhkan. Kalau tidak ada urusan lagi, kamu pergi saja. Masih banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan. Nanti aku hubungi kamu lagi, kamu menjemputku dimana."
"Baiklah." Kemudian Arya berdiri tanpa banyak bicara lagi. Dia berjalan keluar dari ruangan Nadia dan lagi-lagi berpapasan dengan Niko yang sedang membawa setumpuk dokumen.
"Niko, kamu menyembunyikan sesuatu dari Nadia? Apa diam-diam kamu juga mengincar perusahaan ini?" tanya Arya sambil tersenyum penuh arti.
Niko meletakkan dokumen itu di mejanya. Dia menarik paksa Arya agar mengikutinya. "Apa maksud kamu?"
"Kamu lupa kalau aku bisa dengan mudah mendapat akses identitas kependudukan seseorang? Aku tahu, kamu anak dari pemilik rumah sakit swasta terbesar di negeri ini dan kamu juga punya banyak saham di berbagai sektor. Anak pemilik rumah sakit justru bekerja menjadi asisten di perusahaan biotek? Wah, pasti kamu mengincar proyek perusahaan ini untuk kamu ciptakan sendiri karena aku dengar produk biotek rumah sakit orang tua kamu juga sangat maju."
Niko mengepalkan tangannya. Dia mencengkeram kerah kemeja Arya dan menatapnya tajam. "Aku tidak pernah punya keinginan busuk seperti itu pada Nadia. Jangan samakan aku denganmu! Aku sudah lima tahun bekerja di sini, dan selama itu aku tidak pernah mempermainkan Nadia."
Arya tertawa mendengar perkataan Niko. Dia menepis tangan Niko yang mencengkeram kemejanya. "Kalau begitu, kamu mengincar Nadia? Sayang sekali Nadia tidak tertarik dengan pria. Sekali kamu mencampuri urusanku, aku akan menyingkirkanmu."
"Coba saja kalau kamu bisa! Kamu yang akan tersingkir dari kedudukan kamu!"
Arya menepuk bahu Niko. "Iya, kamu bisa mengancamku dengan kedudukanku sekarang, tapi bagaimana jika Nadia tahu siapa kamu yang sebenarnya dan selama lima tahun ini telah membohonginya. Kamu tahu sendiri kan sifat Nadia seperti apa." Kemudian Arya pergi meninggalkan Niko begitu saja.
"Sebelum kamu mengatakannya, aku yang akan mengatakannya lebih dulu pada Nadia." Niko berjalan menuju ruangan Nadia tapi Nadia tidak ada di kursinya.
"Nadia, pasti ke toilet." Niko melihat dokumen yang terbuka di meja Nadia. Ternyata Arya sudah menyelesaikan perizinan yang diminta Nadia.
"Niko, kita langsung ke lokasi tempat produksi saja. Aku ingin dalam dua minggu ini langsung produksi. Aku sudah menyuruh tim produksi untuk menyiapkan bahan baku."
"Iya," jawab Niko. Dia menyiapkan semua dokumen yang dibutuhkan dan juga laptop Nadia.
"Niko, nanti kamu ikut makan malam di tempat Arya. Jangan jauh-jauh dariku. Aku tidak mau Arya memanfaatkan kesempatan seperti kemarin."
Niko hanya menganggukkan kepalanya. Dia mengikuti Nadia keluar dari ruangannya dan berjalan di belakangnya.
"Arya bicara sesuatu sama kamu?" tanya Nadia setelah mereka berdua masuk ke dalam lift.
Niko tak langsung menjawabnya namun sedetik kemudian dia menganggukkan kepalanya.
"Bicara apa? Apa dia curiga tentang hubungan kita?"
"Iya, sepertinya begitu." Niko ragu untuk mengatakannya namun dia tidak ingin Arya mendahuluinya. "Nadia, aku ingin bicara sesuatu sama kamu."
Namun, belum sempat Niko meneruskannya, staf bagian produksi yang Nadia pilih masuk ke dalam lift itu.
"Ivan, kebetulan sekali. Kamu ikut kita ke lokasi produksi yang baru ya. Kamu akan menjadi stafku mulai sekarang."
Ivan menatap bingung. "Tapi, bagaimana dengan Bu Rissa?"
"Biarlah dia urus sendiri di sana." Kemudian Nadia menatap Niko. "Apa yang mau kamu katakan?" tanya Nadia.
"Nanti malam saja," bisik Niko.
Nadia tersenyum dan diam-diam mencubit pinggang Niko. Dia sudah membayangkan apa yang akan dia lakukan nanti malam bersama Niko.
Niko urung untuk mengatakan niatnya. Dia hanya terdiam di samping Nadia.
***
"Niko, bagaimana riasanku? Sudah tidak ada waktu lagi," kata Nadia sambil merias wajahnya di dalam cermin. Arya sudah menghubunginya berulang kali karena acara resmi yang diadakan Arya dan anggota partainya akan segera dimulai.
"Tidak apa-apa. Kamu sudah cantik," kata Niko menjawab pertanyaan Nadia.
Akhirnya Nadia mengangkat panggilan dari Arya karena ponselnya terus berbunyi. "Iya, aku sudah dekat. Kamu tunggu saja di depan. Hari ini aku sangat sibuk."
Beberapa saat kemudian, Niko menghentikan mobilnya di depan hotel bintang lima. Arya segera mendekat dan membuka pintu untuk Nadia. Dia mengulurkan tangannya untuk membantu Nadia turun dari mobil.
Nadia tersenyum palsu dan meraih tangan itu karena ada beberapa wartawan yang mengambil gambarnya.
Niko hanya mengeraskan rahangnya. Dia menatap Nadia dan Arya yang saling berpegangan tangan di depan media. Kemudian dia memutar mobil itu dan menghentikannya di tempat parkir.
Sementara Nadia kini masuk ke dalam ballroom mewah itu dengan Arya. Mereka saling berpegangan tangan seolah mereka adalah pasangan harmonis.
"Kebetulan sekali, malam ini ada tamu spesial. Beliau direktur rumah sakit swasta terbesar di negeri ini yang memiliki produk biotek sendiri," kata Arya sambil menuntun Nadia menuju pria paruh baya yang sedang berbicara di meja vip.
"Pak Riadi?" Nadia memang pernah beberapa kali mendengar namanya namun belum pernah bertemu secara langsung. "Beliau jauh-jauh datang ke sini?"
"Iya. Beliau salah satu sponsor." Arya mendekat dan menjabat tangan Pak Riadi. "Terima kasih sudah datang. Perkenalkan, ini istri saya. Nadia."
Pak Riadi tersenyum sambil menjabat tangan Nadia. "Senang bertemu dengan Anda. Sudah lama sekali saya ingin bertemu dan membahas beberapa proyek. Siapa tahu, kita bisa bekerjasama."
Nadia hanya tersenyum. "Perusahaan saya tidak sebanding dengan produk Anda." Mereka berbicara basa-basi, meski sebenarnya Nadia merasa tidak nyaman. Semua itu pasti sudah diatur Arya.
Sedangkan Niko kini mencari keberadaan Nadia. Saat melihat Nadia dari kejauhan, dia menghentikan langkah kakinya. "Papa?"
hottttt
di tunggu updatenya
pasti Nadia luluh...
lanjut thor ceritanya
di tunggu updatenya
parah ni