NovelToon NovelToon
Istri Simpananku, Canduku

Istri Simpananku, Canduku

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / CEO / Ibu Pengganti
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: Fauzi rema

Revana Arnelita...tidak ada niatan menjadi istri simpanan dari Pimpinannya di Kantor. namun kondisi keluarganya yang mempunyai hutang banyak, dan Ayahnya yang sakit-sakitan, membuat Revana menerima tawaran menjadi istri simpanan dari Adrian Wijaksana, lelaki berusia hampir 40 tahun itu, sudah mempunyai istri dan dua anak. namun selama 17 tahun pernikahanya, Adrian tidak pernah mendapatkan perhatian dari istrinya.
melihat sikap Revana yang selalu detail memperhatikan dan melayaninya di kantor, membuat Adrian tertarik menjadikannya istri simpanan. konflik mulai bermunculan ketika Adrian benar-benar menaruh hatinya penuh pada Revana. akankah Revana bertahan menjadi istri simpanan Adrian, atau malah Revana menyerah di tengah jalan, dengan segala dampak kehidupan yang lumayan menguras tenaga dan airmatanya. ?

baca kisah Revana selanjutnya...semoga pembaca suka 🫶🫰

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fauzi rema, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

17. Bab 17

Mobil berhenti di halaman rumah besar keluarga Gerald Wijaksana . Revana sempat menatap bingung, tidak menyangka ia dibawa ke rumah orangtua Adrian.

Andrew menatap Revana dengan wajah ceria.

“Tante, ini rumah Oma dan Opa! Aku memang mau tinggal di sini beberapa hari. Ayo, Tante ikut masuk ya, biar Oma Opa kenal Tante juga.”

Revana tercekat. Hatinya langsung gelisah. Ia tidak pernah siap untuk dikenalkan ke keluarga Adrian, apalagi tanpa Adrian di sana. Tapi Andrew sudah menarik tangannya menuju pintu masuk.

Seorang asisten rumah tangga membuka pintu rumah itu lebar, lalu Andrew berjalan masuk sambil berteriak riang.

“Omaaa! Aku pulang! Lihat, aku dijemput Tante Revana!”

Tak lama, Maria keluar dari ruang tengah. Matanya langsung tertuju pada Revana yang berdiri kikuk di samping Andrew. Tatapan Maria berubah, antara kaget dan penuh selidik.

Revana langsung menunduk sopan.

“Selamat siang, Ibu…perkenalkan saya Revana, Saya tadi di minta Pak Adrian untuk menjemput Andrew dan mengantarnya pulang kesini.” sapa Revana sembari tersenyum.

Maria terdiam beberapa detik sebelum akhirnya tersenyum tipis, meski dalam hatinya penuh tanda tanya.

"Terimakasih ya Revana, kamu sudah menjemput Andrew, Saya Maria, ibunya Adrian, mari silahkan duduk dulu." jawab Maria.

"Sama-sama Bu, tapi terimakasih sebelumnya, sepertinya saya langsung saja kembali ke kantor." kata Revana menolak sopan.

Maria menatap kedua mata Revana dengan seksama, gadis di depannya memang terlihat baik dan sopan.

"Sudah, ke kantornya nanti saja Revana, Adrian sudah memberitahu Saya jika kamu di minta untuk sekalian makan siang di sini, jangan sungkan ya." ucap Maria.

Revana akhirnya mengangguk, ia tak berani untuk memaksa menolak ajakan Ibu Adrian, meskipun degub jantungnya kini terasa tak beraturan.

⚘️

⚘️

Meja makan besar sudah tertata rapi. Hidangan rumahan sederhana namun hangat memenuhi meja. Maria dengan sikap anggun mempersilakan Revana duduk, sementara Andrew sudah sibuk memilih lauk kesukaannya.

“Silakan duduk, Nak Revana. Kamu pasti lapar setelah jemput Andrew. Makan siang dulu bersama kami.” kata Maria ramah, namun di balik sorot matanya yang hangat mengandung penuh selidik.

Revana menunduk sopan, lalu duduk di kursi yang disediakan. sikapnya sangat terlihat canggung, namun ia berusaha tersenyum.

“Terima kasih, Bu. Maaf sudah merepotkan.”

Gerald yang sejak tadi diam akhirnya ikut bicara, suaranya tenang namun penuh wibawa.

“Tidak merepotkan sama sekali. Justru kami senang Andrew dijemput oleh orang yang bisa dipercaya. Sepertinya dia nyaman sekali denganmu.”

Andrew mengangguk sambil mengunyah.

“Iyaaa, Opa. Tante Revana baik banget. Tadi di mobil aku cerita banyak, Tante juga dengerin. Rasanya kayak waktu cerita sama kakak, tapi lebih seru.” sahut Andrew dengan mulut penuh.

Revana tersipu, menundukkan kepala.

“Ah, Andrew terlalu berlebihan. Saya hanya menemani saja, Pak.”

Maria tersenyum samar, mengamati Revana dengan seksama.

“Tidak semua orang bisa langsung membuat anak kecil merasa nyaman. Itu butuh hati yang tulus.” sahutnya.

Revana terdiam, hatinya bergetar mendengar kalimat itu. Ia menunduk lebih dalam, merasa belum pantas menerima pujian.

Beberapa Saat Kemudian

Makan siang berlangsung dengan tenang. Revana makan dengan sopan, tidak berlebihan. Sesekali ia membantu Andrew mengambilkan sayur atau mengelap mulutnya dengan tisu, membuat Maria dan Gerald saling berpandangan, sebuah tanda bahwa keduanya mulai terkesan.

“Revana, kamu sudah lama bekerja dengan Adrian?” ucap Gerald sambil menaruh sendok yang ia pegang.

dengan suara pelan dan penuh kehati-hatian Revana menjawab.

“Belum terlalu lama, Pak. Saya hanya mencoba bekerja sebaik mungkin. Pak Adrian orangnya perfeksionis, jadi saya berusaha menyesuaikan.”

“Kerja dengan Adrian memang tidak mudah. Dia keras… tapi jika kamu bisa bertahan, artinya kamu cukup tangguh.” timpal Maria.

Revana tersenyum sopan, meski dalam hatinya ada rasa getir. Ia tahu maksud Maria lebih dalam dari sekadar ucapan ringan.

Andrew lalu tiba-tiba memotong percakapan.

“Oma, Tante Revana cantik banget ya? Mirip artis.”

Revana langsung tersipu merah padam, sementara Maria tersenyum tipis dan Gerald tertawa kecil.

Maria memandang Revana dengan lembut.

“Cantik itu bonus, Nak. Yang terpenting hati dan sikapnya. Dan Ibu lihat… kamu punya keduanya.”

Revana tercekat. Kata-kata itu membuatnya semakin salah tingkah. Ia tidak menyangka akan mendapatkan kesan baik dari ibunda Adrian secepat ini.

Setelah makan siang selesai, Maria mengajak Revana duduk di ruang tamu. Andrew asik bermain lego di karpet dekat meja, sesekali menyodorkan hasil rakitannya pada Revana, dan gadis itu selalu menanggapinya dengan sabar dan tulus.

Maria memperhatikan pemandangan itu dengan seksama. Hatinya diam-diam hangat, tapi juga dipenuhi tanda tanya.

“Revana, kamu ini masih muda. Sudah lama tinggal di kota ini?” tanya Maria sambil tersenyum samar.

“Saya tinggal di kota ini semenjak kuliah, Bu. Saya bekerja di sini untuk membantu orangtua saya di kampung. Ayah saya sedang sakit, jadi… ya, saya berusaha sekuat mungkin.”

Maria terdiam, matanya melembut. Ia bisa merasakan ketulusan dari cara Revana berbicara, tidak ada nada dibuat-buat. Gerald yang duduk di kursi sebelah Maria ikut mengangguk pelan, seolah mulai paham kenapa Adrian bisa menaruh perhatian pada gadis ini.

Tak lama kemudian, pintu utama terbuka. Adrian masuk dengan langkah tenang, namun tatapannya langsung tertuju pada sosok Revana yang sedang duduk di sofa, dikelilingi Andrew yang tertawa riang, sementara Maria dan Gerald tampak berbincang hangat dengannya.

Wajah Adrian menegang sesaat, kemudian berubah menjadi senyum samar. Dalam hatinya, ia tidak menyangka skenarionya berjalan jauh lebih baik dari yang ia bayangkan.

Adrian berjalan mendekat.

“Sepertinya kalian semua sudah saling mengenal.” kata Adrian dengan suara berat, namun tenang.

Revana sontak terkejut Adrian tiba-tiba datang menyusulnya, padahal jam kantor belum usai, dan sore nanti masih ada agenda rapat penting.

“Ya, Adrian...kami sudah ngobrol lumayan banyak dengan Revana, Mama senang bisa bertemu dengannya.”

Gerald menambahkan dengan suara tenang, menatap Adrian tajam seakan menguji.

“Apa yang kamu bilang benar, kalau sekretarismu ternyata sebaik ini.”

Adrian hanya tersenyum tipis, menatap Revana dengan sorot yang membuat gadis itu semakin salah tingkah.

Revana yang mendengar ucapan kedua orangtua Adrian, menjadi bingung dan di hatinya mulai menerka-nerka sebetulnya apa yang sedang direncanakan Adrian.

“Memang sulit menjelaskan kalau belum melihatnya sendiri.” kata Andria dengan senyum menggoda pada Revana.

Ruangan itu sempat hening, hanya terdengar suara Andrew yang tertawa kecil sambil bermain. Maria menatap Revana sekali lagi, kali ini dengan pandangan berbeda—lebih lembut, lebih hangat, seakan sudah mulai menerima keberadaan gadis itu.

Revana sendiri berusaha menahan degup jantungnya. Ia tidak pernah menyangka bisa duduk semeja dan bercakap langsung dengan kedua orangtua Adrian. Apalagi, tanpa ia sadari, ia telah meninggalkan kesan yang begitu dalam bagi mereka.

Adrian menyandarkan tubuhnya di sofa, lalu menatap Revana dengan senyum samar. Dalam hati, ia tahu… langkah pertamanya untuk mempertemukan Revana dengan keluarganya sudah berhasil.

⚘️

⚘️

⚘️

1
Ma Em
Sudahlah Revana terima saja Adrian dan menikahlah dgn Adrian .
Ma Em
Revana sdh terima saja pemberian Adrian karena kamu emang membutuhkan nya , lbh baik cepatlah halalkan segera hubungan Revana dgn Adrian .
Ma Em
Adrian kalau benar serius dgn Revana segera resmikan hubunganmu dgn Revana jgn ditunda lagi , semoga Revana bahagia bersama Adrian .
Ma Em
Adrian segera resmikan hubunganmu dgn Revana jgn cuma janji 2 doang buat Revana hdp nya bahagia cintai dan sayangi Revana dgn tulus .
Ma Em
Semangat Revana tunjukan pesonamu pada sang calon mertua agar mereka bisa melihat ketulusan dan kebaikan hatimu Revana 💪💪💪
Ma Em
Ya terima saja Revana lamaran Adrian lagian Revana tdk salah2 amat karena emang Adrian sdh tdk bahagia hdp bersama istrinya karena istrinya Adrian tdk mau mengurusi suami juga anak2 nya .
Ma Em
Bagaimana Adrian tdk terpesona sama Revana jika Adrian selalu diperhatikan dan dilayani setiap keperluannya sangat berbeda jauh dgn sikap istrinya Adrian yaitu Nadya yg tdk pernah diperhatikan dan dilayani dgn baik sama istrinya
Ma Em
Pantas Adrian cari perempuan lain yg membuatnya nyaman , dirumah nya selalu dicuekin sama Nadya istrinya dan tdk pernah diurus semua keperluan suami dan anak2 nya .
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!