Tek ketek tek ketek tek ketek ketek ketek
'Lagi-lagi suara itu! Ingin ku buang mainan berbentuk dua onde-onde yang saling digantung pake tali dengan bunyi yang merusak panca indera ku itu. Bisa-bisanya orang seumurannya menyukai hal absurd begitu!!
"Shanuuuuuum maiiin yuuuuuk" Teriak pemuda itu terdengar tanpa dosa sudah mengganggu hari minggu indahku!
"Minggat sana! Shanum lagi ke Dubai jualan karpet terbang bareng Aladin!!!"
Bukannya pergi laki-laki itu malah duduk menunggu di depan kostku! Sumpah ya, entah kesalahan dan dosa apa yang aku lakukan di kehidupan yang lalu sampai dipertemukan dengan orang gaje super nyebelin kayak Abyan itu!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dfe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
28. Ingatan masa lalu
Bella mengajakku hiling. Aku menyetujuinya, ngerefresh otak emang perlu banget sih. Aku nggak ngajak mas pacar, nanti judulnya nggak liburan tapi pamer kemesraan.
Yang ngajak hiling kan jones, adalah suatu dosa jika aku ngajak Abyan dan menjolimi hati mungilnya.
"Kita mantai aja ya Num, ke Jogja aja ya.. di sana kan banyak pantai. Abis itu kita abisin duit di Malioboro. Selpih selpih syantik di pendopo lawas, terus ke Menoewa Kopi Jogja, ngafe bareng anak gen Z di sana.. Siapa tau kan bisa ketemu mas Tri Suaka sama mbak Nabila. Fix udah aku list semua kegiatan kita nanti Num." Bella memperlihatkan apa yang dia tuliskan.
Tulisannya udah mirip cekeran ayam, dia berdalih tulisannya itu adalah gaya tulisan orang pintar macam dokter, professor, insinyur dan sejenisnya. Aku aamiin kan aja, biar dia bahagia.
"Bentar Bel, kamu maunya tak siram pake air kobokan atau air tajin biar kamu sadar." Tanyaku padanya yang dibalas kedipan mata tak paham.
"Bel, kita libur cuma sehari. Hari minggu, ngapain kita hiling nyampe luar kota? Kalau mau mendekin umurku bilang aja Bel, tinggal ceburin aja aku ke kolam. Beres! Aku nggak bisa renang ini. Lha ini kita bawa motor ke Jogja, subuh dari sini nyampe sana siang. Belum lagi kalo macet bisa jam 2 jam 3 sore nyampenya. Ini bukan hiling lagi konsepnya tapi udah nyiksa raga Bel."
"Beda cerita kalo kita ini punya pintu kemana saja atau minimal punya ilmu mindah raga! Bakal gampang tuh merealisasikan apa yang kamu rencanakan ini... Bel Bel.. Nggak abis think think aku." Jawabku asal.
"Num, abis punya cowok kok begomu kek daki sih, susah pergi. Ngintil mulu begonya! Makin jadi aja ku perhatiin!"
"Kamu idup di jaman batu? Atau baru keluar dari pertapaan? Hei Num.. Kamu nggak tau ada transportasi yang namanya pesawat terbang hah? Ngapain bikin boyok encok dengan jauh-jauh nyetang ke Jogja? Ngirit apa emang medit kamu hmm?" Bella geleng-geleng tak percaya.
"Oowh mau naik pesawat to.. Oke deh oke. Udah nggak takut ketinggian to?" Tanyaku mengerlingkan mata.
Dia manyun. Hahaha aku tahu dia kek gitu cuma gegayaan aja. Bella ini anaknya paling takut ketinggian, jangan kan naik pesawat.. Naik pohon jambu yang tingginya nggak nyampe dua meter aja dia jejeritan kok. Pakai acara ngajak naik pesawat, beuuh mau uji nyali dia??
"Kita hilingnya deket deket sini aja gimana? Nggak perlu banyak modal tapi tetep bisa ngerefresh pikiran." Aku mencoba memberi masukan.
"Kemana?" Dia udah nggak minat keknya. Padahal tadi dia terdengar antusias banget.
"Ke curug, kata Handi sekitar sini kan ada curug keren. Nanti aku tanya detail lokasinya sama dia. Gimana?" Dia seperti berpikir.
"Ke curug? Kamu aja nggak bisa renang malah ngajak ke curug. Dah lah, kek biasanya aja." Dia mendekap boneka bentuk kepala panda di pangkuannya.
"Biasanya kamu kemana?"
"Tidooor! Puaass." Bella kembali manyun.
"Udah ke curug aja. Aku juga nggak minat ngabisin waktu liburan cuma di kamar kos aja, monoton banget!" Aku rebahan melihat ke atap kamar kos yang hanya ada sebiji lampu sebagai penerang.
Pikiranku melayang pada kejadian tiga tahun lalu.
Setiap orang akan dengan suka cita merayakan ulang tahun yang dikatakan sebagai sweet seventeen. Berbagai macam perayaan berkesan akan dilakukan sebagai pengingat jika sudah menapaki usia menuju dewasa.
Aku juga gitu. Aku putuskan ngabisin satu hari itu bareng temen-temenku. Mereka ngajak aku ke waterboom, jauh dari rumah tapi karena aku pengen hari ulang tahun ku berkesan ya aku ngikut aja.
Sampai di waterboom. Awalnya baik-baik aja, aku emang nggak bisa renang tapi kalo cuma main air di sana nggak ada salahnya kan? Temen-temenku, juga tahu kalo aku amatir soal kegiatan dengan media air itu.
"Num.. Kamu serius nggak ikut kami nyemplung? Rugi banget, jauh-jauh ke sini cuma numpang rendem kaki doang." Ujar si X, panggil aja gitu.
"Iya nanti nyemplung tapi di sini aja yang cetek. Di situ angker. Nggak berani aku." Aku ingat, masih bisa melihat pandangan aneh mereka setelah aku berucap demikian.
Aku mendengar salah satu temanku memanggilku. Karena aku merasa belum budek, ya aku samperin dia. Berdiri dan lantas berjalan di tepian kolam yang kata orang dalamnya dua setengah meter itu.
Tapi, aku merasakan langkah kakiku tertahan. Ada tangan yang nampak jelas memegang kakiku dan sedetik kemudian, aku merasa udah ada di dalam air.
Samar ku dengar suara yang katanya teman-temanku tertawa. Aku berusaha menggapai apapun yang ada. Mataku pedih, dadaku sakit, semakin panik karena setiap aku ingin teriak meminta tolong hanya ada air yang meluncur masuk tenggorokan dan kurasakan memenuhi paru-paru ku. Seperti tercekik.
Raga yang ku bawa ini sudah lelah, aku pasrah aja dengan nasib ku, karena mau teriak aja tak ada yang mendengar. Kecipak air yang ku ciptakan tak mampu membuat mereka iba dan menarik ku barang sebentar ke atas sana. Tak apa..
Aku bisa melihat dari bawah air mereka panik, berteriak memanggil namaku, meski samar. Aku nggak kuat.. Mataku terpejam.. Kakiku lemas, tanganku kebas, semua anggota badanku seakan menolak untuk ku gerakkan.. Apa aku akan mati hari ini? Pikirku.
"Shanum.. Oee Shanum!! Bangun!!!" Suara Bella.
"Num.. Ini nggak lucu, bangun Num!" Eh, aku di mana? Aku denger suara Dieska juga.
Berat, aku paksa membuka mataku.
"Alhamdulillah.. Ya Allah, Dies ambil minum!" Perintah Bella, mataku melirik saja pergerakan cepat Dieska karena diperintah Bella tadi.
Disodorkan segelas air yang diambil dari dispenser di pojokan. Aku meminumnya.
"Kenapa sih?" Tanyaku bingung.
"Ya Allah.. Untung bangun lagi! Kamu yang kenapa?? Gila ya, kamu tidur ngigo nya parah banget. Mana susah dibangunin!" Terang Bella, dari sorot matanya bisa ku tebak dia sedang cemas saat ini.
"Kamu kayak orang ketindihan Num, kalau di tempat aku.. Ngelindur nyampe kaku kayak kamu tadi namanya ketindihan." Sekarang Dieska yang Membalurkan kayu putih ke telapak tanganku.
Eh? Apa iya? Tapi aku nggak ngrasa apa-apa kok. Aku cuma mimpi, mimpi tapi nyata. Mimpi kembali ke masa lalu. Kenyataan di mana waktu usia ku tujuh belas tahun aku nyaris mati tenggelam di kolam.
"Makanya kalau mau tidur tuh berdoa dulu! Kamprett lah kamu!!" Bella bersungut-sungut.
"Eh.. Hehehe.. maaf" Aku nggak tau musti ngomong apa.
"Dieska tumben ke sini, nggak ke tempat abang mu lagi tah?" Tanyaku pada Dieska.
"Nggak Num, dia udah pulang dari rumah sakit." Jawabnya malu-malu.
Hmm.. Oke, seenggaknya gara-gara tidur siang ku yang katanya ketindihan itu tadi, bisa bikin rujuk Bella sama Dieska.