Di tindas dan di hujat dengan tuduhan yang tidak nyata, membuat Errina Devina, sosok istri yang penurut berubah menjadi istri yang pemberontak.
Pernikahan yang mereka bina selama enam tahun harus kandas karena pihak ketiga. Azka Rayanza awalnya sosok suami yang bertanggung jawab, tetapi semua kandas setelah kematian sang papa.
Tidak terima dengan tuduhan keluarga suami yang mengatakan jika dia telah berselingkuh, maka Erinna memutuskan untuk menjadikan tuduhan keluarga suaminya menjadi nyata.
"Ibu tuduh aku selingkuh di balik penghianatan putra ibu. Maka! jangan salahkan aku menjadikan tuduhan itu menjadi nyata."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elprida Wati Tarigan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TKS 22
Erinna menempelkan kedua tangannya di kaca dinding pembatas ruangan ICU untuk melihat keadaan pasien. Dia menatap Denis yang masih terbarik tidak berdaya dengan berbagai macam alat medis yang menempel pada tubuhnya. Dia tidak tahu kapan putranya itu akan membuka mata dan tersenyum lagi. Namun, dia tidak pernah berhenti berharap, dia yakin jika Denis bisa sadar secepatnya dan bisa pulih seperti dulu lagi.
Hanya Denis satu-satunya harapan yang dia miliki, tidak ada yang lain. Putranya itu adalah obat dari semua penderitaan yang dia alami, dia bisa menerima semua cobaan dan juga rintangan yang datang. Namun, dia tidak bisa kehilangan Denis, karena hanya putranya itu yang dia miliki saat ini.
"Keadaannya mulai stabil. Kankernya juga mulai menyusut, mungkin beberapa hari lagi dia akan sadar. Kamu tenang saja ya." Yoga mencoba menghibur Erinna yang terus-menerus larut dalam kesedihan.
"Sampai kapan dia bisa bertahan dengan penyakitnya?" tanya Erinna dengan tatapan kosong.
"Aku akan mencoba mencari cara agar dia bisa terus bertahan. Aku sudah bicara dengan direktur rumah sakit, dia mengatakan jika alat medis di sini tidak cukup lengkap untuk menangani penyakit Denis. Dia menyarankan agar Denis di rujuk ke luar negeri, tapi tunggu keadaannya lebih stabil terlebih dahulu."
Mendengar ucapan Yoga, Erinna langsung terdiam. Ke luar negeri, mungkin hanya itu pilihan satu-satunya untuk kesembuhan putranya. Namun, biaya, dia akan membutuhkan biaya yang sangat besar. Darimana Erinna mendapatkan uang itu? Azka, mungkin Azka akan membujuk Bella untuk membiayai semuanya.
Namun, apa mungkin dia mau setelah semua perbuatanya yang selalu membangkang dan juga berbicara kasar kepada Bella. Erinna merasa sangat bodoh, seharusnya dia lebih bisa menjaga emosinya dan bersikap lebih baik kepada mereka, tapi semua sudah terlanjur, ibarat nasi yang sudah menjadi bubur, tidak akan bisa di ubah kembali.
"A_aku tidak punya uang untuk biayanya." Erinna menunduk dengan penuh keputusasaan. Dia tidak tahu harus berbuat apa, gajinya sebagai sekertaris Yoga memang sangat besar, tetapi itu sama sekali tidak cukup untuk biaya pengobatan Denis.
"Tawaranku masih berlaku. Jika kamu mau jadi kekasihku, maka aku akan membiayai semua pengobatan putramu.'' Yoga mengedipkan sebelah matanya sambi mencolek dagu Erinna. "Pikirkan sebelum aku berubah pikiran."
"Tapi_"
"Tapi apa, Honey?"
"Biayanya tidak sedikit dan aku_. Aku masih istri orang lain, bagaimana bisa_.''
Mendengar ucapan Erinna, Yoga terkekeh kecil. Dia menangkupkan kedua tangannya di wajah Erinna sambil menatap bibir wanita itu dengan penuh hasrat. Ingin sekali dia mengigit bibir manis itu, tetapi dia berusaha menahan diri.
"Apa kamu lupa jika kita pernah menghabiskan malam bersama?"
Erinna langsung gugup mengingat malam itu, malam yang tidak akan pernah dia lupakan seumur hidupnya. Bukan karena kenangan yang sangat indah, tetapi pengkhianatan yang pertama kali dia lakukan seumur hidupnya. Jujur, dia merasa sangat kotor ketika mengingat kejadian malam itu. Namun, tanpa dia sadari, kejadian malam itu juga yang telah mengubah hidupnya secara total.
"Kamu tenang saja, aku tidak akan melewati batas. Jika kamu takut, kita bisa membuat surat perjanjian. Aku hanya butuh kamu menjadi kekasihku, agar aku bisa terbebas dari pertanyaan bodoh itu saja."
"Pertanyaan bodoh?" tanya Erinna bingung.
"Em! Keluargaku terus memaksaku untuk menikah. Mereka selalu bertanya kapan aku membawa calon istriku ke hadapan mereka."
"Tapi_."
"Tapi apa? Statusmu? Bukankah yang orang tahu istri Azka Rayanza adalah Bella Anastasya? Kamu hanyalah istri yang tidak di anggap Erinna. Sampai kapan kamu terus berada didalam kendali mereka? Kamu harus bangkit demi putramu itu."
Erinna menunduk mendengar ucapan Yoga, apa yang dikatakan pria itu memang benar. Dia harus ingat tujuannya, balas dendam. Dia harus perlihatkan kepada Azka rasa sakit yang dia rasakan selama ini. Sakitnya dikhianati orang yang paling kita cintai. Dia tidak akan pergi begitu saja, dia harus membuat Azka mearsakan apa yang dia rasakan selama ini.
"Baiklah! tapi_."
Belum selesai bicara, Yoga langsung menghentikan ucapan Erinna dengan kecupan yang sejak tadi berusaha dia tahan. Dia melumat bibir mungil itu dengan penuh hasrat. Cukup lama dia menikmati bibir yang sudah menjadi candu untuknya. Setelah puas, dia memberikan ruang kepada Erinna untuk bernapas dan mengusap lembut bibir itu dengan ibu jarinya.
"Kamu tenang saja, aku adalah putra keluarga Diandre. Jadi, tidak ada yang tidak bisa aku lakukan dengan kekuasaanku."
*
*
*
"Mas! Hari ini aku kontrol kandungan. Kamu ikut ya," ucap Bella menatap Azka yang sedang merapikan jasnya.
Pria itu hanya menoleh sekilas sambil mengenakan dasinya, walaupun Bella masih kuat melakukan apapun, tetapi tidak ada niatnya sedikitpun untuk membantu sang suami bersiap-siap. Semua Azka yang mengerjakan sendiri, sudah seperti pria lajang yang tidak ada yang melayani. Justru dia yang selalu melayani istrinya jika membutuhkan sesuatu.
"Nanti mas usahakan," ucap Azka membuang napasnya kasar
"Harus! Kamu harus datang, nanti aku telpon papa biar dia kasih izin. Lagipula hanya sebentar kok, Mas." Bella memasang wajah merajuk, agar suaminya itu membujuknya dengan penuh kasih sayang.
"Baiklah!" Tidak ada pilihan, Azka hanya bisa mengalah dan menuruti ucapan istrinya itu.
Dia mengambil tas kerjanya lalu memasukkan barang-barang penting yang harus dia bawa. Dia mencoba melirik Bella yang masih berbaring di atas ranjang sambil memainkan ponsel, sepertinya wanita itu tidak ada niat untuk mengantarkannya untuk berangkat kerja. Sangat berbeda dengan Erinna yang selalu sigap melayani dan juga mengantarnya saat berangkat kerja. Tiba-tiba dia merindukan perhatian dan juga perlakuan hangat istri pertamanya itu.
"Bella!" Panggil Azka dengan nada berat.
"Hem!" Tanpa menoleh sedikitpun, wanita itu hanya berdehem sambil terus fokus dengan ponselnya. Terlihat dia tersenyum sendiri menatap layar ponsel itu tanpa memperdulikan sang suami yang terus berdiri menatapnya.
"Aku berangkat." Azka terus menatap wanita itu, tetapi dengan posisi yang sama, tanpa melangkah sedikitpun.
"Ok! Ingat nanti datang ke rumah sakit," ucap Bella tersenyum manja.
"Apa kamu tidak ada niat untuk mengantarku sampai ke mobil?" tanya Azka dengan penuh harapan.
Mendengar pertanyaan Azka, Bella terkekeh kecil sambil menatap datar pria itu. Dia meletakkan ponselnya ke sembarang tempat lalu bangkit dari tidurnya. Dia mendekati pria itu dengan ekspresi datar lalu merapikan jas Azka dan meraba dada bidang pria itu.
"Kenapa kamu tiba-tiba ingin di perlakukan seperti raja? Ingat posisimu, Mas." Bella tersenyum kecil sambil meraba wajah tampan Azka.
"Tapi kamu adalah istriku. Sudah seharusnya kamu menjalankan tugasmu sebagai istri," ucap Azka dengan tegas. "Aku sudah muak dengan tingkahmu. Jika kamu ingin diperlakukan dengan baik, maka perlakukan aku dengan baik juga."
Bella terdiam mendengar ucapan Azka, tidak biasanya pria itu berkata seperti itu kepadanya. Padahal selama ini Azka selalu memanjakannya tanpa perduli dengan sikapnya yang selalu manja dan ingin di utamakan.
"Walaupun aku bekerja di perusahaan keluargamu, aku bisa meninggalkanmu kapan saja. Ingat, tidak semua bisa kamu dapatkan dengan kekuasaan."
"Mas!"
"Jika kamu ingin aku tetap berada di sisimu, maka jadilah seperti Erinna."
Bersambung.....
si Azka serakah kamu sakit hati merasa dikhianati terus gimana dengan Erina sendiri saat kamu bilang mau nikah lagi perasaanmu sekarang gak bedanya dengan apa yang Erina rasakan cowok begooooo ... gemes 😬😬
tapi ternyata semua di luar ekspektasi 😜😜