Patah hati membawa Russel menemukan jati dirinya di tubuh militer negri. Alih-alih dapat mengobati luka hati dengan menumpahkan rasa cintanya pada setiap jengkal tanah bumi pertiwi, ia justru diresahkan oleh 'Jenggala', misinya dari atasan.
Jenggala, sosok cantik, kuat namun keras kepala. Sifat yang ia dapatkan dari sang ayah. Siapa sangka dibalik sikap frontalnya, Jenggala menyimpan banyak rahasia layaknya rimba nusantara yang membuat Russel menaruh perhatian khusus untuknya di luar tugas atasan.
~~~~
"Lautan kusebrangi, Jenggala (hutan) kan kujelajahi..."
Gala langsung menyilangkan kedua tangannya di dada, "dasar tentara kurang aj ar!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tiga puluh tiga ~ Cinta yang besar
Papa mencari Gala, setelah sempat menenangkan mama dengan mengiyakan sejenak keinginannya ia bergegas pergi.
Dibalik sifat tegas dan tak mau terbantahkannya. Ia adalah sosok yang akan tetap menyayangi Gala, mama dan Ayunda. Sosok yang akan sakit jika Gala tersakiti, termasuk oleh dirinya sendiri.
Mungkin kesalahannya memang tak termaafkan, bukankah itu bukti jika ia memang seorang manusia? Perwira pun hanya manusia biasa.
Ia pasrah, menerima apapun keputusan dan resiko yang harus ia dapatkan atas perbuatannya. Bahkan ia akan terima jika saja sang istri melaporkannya pada kesatuan. Ia sangat mendukung hal itu. Namun dengan berbesar hatinya, mama Hanin tak melakukan itu.
Padahal ia tak akan membenci. Justru, ia akan mengangkat kepalanya dengan tegak, dan tetap menyayangi sang istri apapun yang akan ia putuskan. Sekalipun perpisahan pada ujungnya dan pemecatan secara tak hormat dari pekerjaan yang selama ini ia banggakan. Tak pernah sekalipun ia membayangkan akan mencintai perempuan lain selain Hanin.
Hanin Maziya, cinta pertamanya saat ia bertugas di Kavaleri Timur. Bertemu dengan sosok lembut penyayang dan penyuka anak kecil membuatnya bertekuk lutut pada pesonanya. Sosok itu, nyatanya adalah seorang tenaga pendidik yang profesional, mengabdi untuk negri dan dan memiliki hati baik. Dipertemukan dalam satu acara dan misi kemanusiaan bersama dengan sang sahabat Yudas serta Rara.
Namun nyatanya, besaran cintanya tak mampu menahan setan yang bersemayam dalam diri. Kejadian beberapa tahun silam itu membawanya pada penghianatan. Meski ia tau, ia dan Rara tidak pernah berniat melakukan itu. Namun keduanya sama-sama dalam kondisi sadar saat penghianatan itu terjadi.
Rara yang baru saja kehilangan Yudas, membuat Hanin dan dirinya membantu Rara dengan memberinya pekerjaan di rumah, untuk mengurus dan menemani kedua bidadari buah hati Irianto dan Hanin, terkhusus Jenggala.
Si alnya, kondisi Rara yang ditinggal gugur membawa bukti nyata jika Rara belumlah dinikahi Yudas secara negara, membuat jan da tentara ini tak memiliki hak dan jaminan apapun untuk hidupnya, sehingga dengan rasa pertemanan yang mereka punya Hanin dengan mudahnya menerima Rara menjadi pengasuh selama ia mengejar karir dan sisa pengabdian, sambil menunggu surat kepindahan tugasnya turun.
Sudah cukup! Irianto tak mau mengingat kesalahannya lagi. Satu kesalahan di satu malam sebab ia terlalu merindu dan menahan haz rattnya itu membawanya pada penyesalan tak berujung. Ia telah mengkhianati cinta sucinya bersama Hanin. Pondasi keutuhan keluarga telah ia hancurkan dalam waktu satu malam.
Ia sudah terlalu menyakiti Hanin, Ayunda dan Gala, cinta sejatinya.
Sudah beberapa blok ia edarkan pandangan, namun satu yang ia tau pasti. Kedai es krim atau kebab, favorit Gala.
Namun belum sampai di tempat itu, papa melihat Gala dengan motor sang istri melintas berlawanan arah, membuatnya sedikit merasa lega.
"Lala!"
Ia segera memutar balik laju motornya, mengejar Gala ke arah rumah. Memperhatikan sang anak yang terlihat beberapa kali tak nyaman di bagian kaki kanan.
Pelukan langsung disarangkan bahkan saat Gala belum sempat menjejakan kakinya di dalam rumah, dari mama Hanin yang menangis. Gala cukup dibuat meringis saat kakinya tersentak tertarik oleh pelukan mama.
"Eh kenapa?" ia meneliti sang putri dan mendapati luka di kaki Gala, "ya ampun! Kaki kamu!"
"La, kenapa?"
"Motor mama jelek. Tadi ma ti, ngga bisa hidup. Aku engkol malah kaki aku yang kena..."
"Kena engkol?" tanya nya segera membawa Gala masuk.
Gala duduk di sofa. Tanta Yubi mengambil air hangat dan kotak P3K, "kotak P3K dimana kak?"
"Dekat kulkas," Ujar papa namun ia langsung bergerak mengambilnya mendahului tanta Yubi dan menyerahkan itu pada mama.
"Tahan sedikit, ya Allah...ini dalem robeknya. Sampai ungu gini pinggirnya." Ia menatap sang suami khawatir, seolah kejadian tadi tak berarti apapun, dan tak menghapus kebiasaannya yang menggantungkan segala rasa khawatir pada sang suami.
"Pake alkohol," itu papa yang menyuruh.
Gala praktis menggeleng, "ngga mau, perih."
Namun seolah papa dan mama memiliki intuisi yang sehati, keduanya mulai melancarkan aksi.
"Lala pegang papa, atau bagi sakitnya sama papa." Papa Irianto rela menjadi pelampiasan sang putri yang kemudian dalam hitungan detik. Gala mere mas pinggang papa sambil bersembunyi di perutnya. Sementara mama, mengobati luka Gala.
Om Dandi dan tanta Yubi melihat jika masih begitu besar rasa cinta diantara mereka.
"Perih, maaa!" rintih Gala tertahan papa, namun kemudian rintihan itu berubah menjadi tangis, tangisan pilu dan tersedu-sedu.
Meski mama sudah selesai, namun tangisan Gala masih saja tak berhenti justru semakin kencang memeluk papa.
Hingga terakhir, ia menangis lirih sambil bicara, "jangan cerai..."
"Papa, benar-benar minta maaf."
Tak ada alibi yang akan ia jadikan sebagai pembelaan diri, sebab bagaimanapun ia membela dirinya, justru akan terlihat semakin bersalah dan beralasan.
"Disini papa yang salah. Papa yang sudah mengkhianati mama, Ayunda dan Lala." Ucapnya tegar.
Ia menatap sang istri dan Gala bolak balik, "Tidak sedikitpun terbersit di benak papa untuk begitu. Murni kesalahan papa sebagai manusia. Hukum papa, jangan mama, Ayunda atau Lala."
Mama Hanin sudah terisak, begitupun Gala menatap nyalang.
"Apapun keputusan mama, akan papa terima. Sekalipun perpisahan dan pelaporan. Tidak akan ada dendam atau benci, sejak pertama bertemu sampai detik ini bahkan lebih, perasaan saya masih sama." Ia duduk tegak di hadapan Gala dan mama Hanin, wanita paruh baya itu benci ini, tapi rasa sayangnya jelas lebih besar dibanding rasa marah dan kecewa itu.
Namun saat melihat Gala pergi beberapa tahun lalu, jelas membuat mama membulatkan tekadnya untuk membuat pengajuan gugatan cerai. Dikhianati itu sakit, bahkan negara pun akan langsung menghukumnya dengan hukuman ma ti.
Tanya Yubi berdehem, sementara om Dandi kini meminta keduanya berpikir ulang, terutama mama Hanin. Sama-sama intropeksi diri dan mengutamakan kenyamanan serta kepentingan.
"Jika hubungan ini dilanjutkan hanya akan memberikan banyak dampak buruknya, maka aku tidak bisa menghalangi kak Hanin mengajukan gugatan perceraian. Lebih dari 35 tahun kalian bersama, seketika akan kandas dan usahamu bersikap lapang serta berusaha melupakan belakangan ini juga hanya akan sia-sia, kak..." om Dandi menatap mama Hanin.
"Namun jika hubungan ini diteruskan dan memberikan dampak positif, banyak hal yang bisa kalian perbaiki bersama dari diri masing-masing untuk masa depan lebih baik lagi, maka aku dan Yubi akan selalu mendukung."
"Jika mama dan papa berpisah, aku akan ikut tanta dan om ke kota karang." Kini Gala ikut bersuara kemudian beranjak ke arah kamar, "aku beres-beres dulu pakaian, om. Besok jadwal om dan tanta terbang pukul berapa, biar aku cek tiketnya apa masih ada seat kosong?" jalannya sedikit terpincang.
Mama sesenggukan diantara duduknya, mengusap wajah kasar menatap berkas pengajuan cerai yang belum sempat ia serahkan meski telah ia isi sejak lama.
Gala menggusur troli berisi barang bawaan, berupa tas, kotak kardus berisi oleh-oleh yang sempat di packing om Dandi kemarin diantara keriuhan bandara.
Ia merapatkan jaket yang tengah dipakainya, merasa jika hawa di bandara terlalu dingin menusuk kulitnya bersama kepala yang berputar saat Ayunda memeluk tante Yubi, "kalau sudah sampai kabari. Baru pada datang kesini tapi udah pada pulang lagi, sepi lagi deh..."
"Aish, pekerjaan om mu tak bisa ditinggal lama-lama, sehat-sehat kalian, semoga bisa cepat kasih Ina dan ama cucu, biar tak sepi."
Ayunda mengangguk, ia tak tau kejadian semalam, hanya tau jika hari ini om dan tanta nya akan pulang. Bahkan pagi ini, ketika mereka akan bertolak kembali ke kota Karang, keduanya lagi-lagi tak bisa mengantar ke bandara.
Gala merapat, dan memeluk. Ia bahkan sudah melambaikan tangannya.
"Lala, kamu tak apa?"
Gala menggeleng, "aku cuma cape."
.
.
.
.
tp mang mski gt sat setsoalnya gala dikit bnyak kyak mutiara dr timur tuh umi fara heheh
klau perlu diikat pkai ijab qobul apa ya
soalnya
aaaaa jgn jgn aku mhn thor smoga knyakinan mereka sama takutnya trjadi MANGU yang nyata
aku pingin menghayati 🥺😭😭😭😭