Lucianna Forger adalah seorang pelacur di sebuah klub malam. Walaupun hidup sebagai pelacur, Luci tetap memiliki impian untuk mempunyai suami dan anak.
Malam itu ia bertemu dengan Daniel Radcliffe, orang yang dia target menjadi pelanggan selanjutnya. Setelah melalui malam yang panas di rumah Daniel. Ia malah bertemu dengan tiga anak kembar.
Luci baru saja berpikir kalau dia bermalam dengan suami orang lain. Namun nyatanya Daniel adalah seorang duda. Ini memberikan kesempatan Luci untuk mendekati Daniel.
Sulit untuk mendekati Daniel, Luci pun memilih untuk mendekati anak-anaknya terlebih dahulu.
Apakah Daniel bisa menerima Luci dengan latar belakang seorang pelacur?
__________________________________________
Yang penasaran sama ceritanya silahkan baca🙌
[Warning!! konten dewasa]
[Karya ini hanya fantasi authornya, tidak membawa hal apapun yang berkaitan agama dalam novel ini🙌]
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NiSeeRINA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
[PIAIT] Bab 22 : Rencana lainnya
"Luci!" seru Daniel cemas, merasakan tubuh Lucianna yang lemas dalam dekapannya. Si kembar yang menyaksikan kejadian itu ikut panik, raut wajah mereka menggambarkan kekhawatiran yang mendalam.
Perlahan, Lucianna membuka matanya, mengerjap beberapa kali sebelum akhirnya dapat melihat dengan jelas. "Daniel..." lirihnya, suaranya nyaris tak terdengar.
Lucianna tidak pingsan, hanya saja tubuhnya terasa begitu lemas, seolah seluruh energinya telah terkuras habis. Sandarannya pada tubuh Daniel membuatnya merasakan samar-samar detak jantungnya, sebuah irama kehidupan yang menenangkan.
"Kau baik-baik saja, Luci? Apakah kau masih ingin melanjutkan belajar berenang atau tidak? Aku tidak akan memaksamu jika kau tidak sanggup," tanya Daniel dengan lembut, memberikan kebebasan untuk memilih.
"Iya, Luci. Jika kau memang tidak bisa, kami tidak akan mendesakmu lagi," timpal Devan, menyuarakan dukungan dari si kembar.
Lucianna mulai mengangkat kepalanya dari bahu Daniel, menatapnya dengan tatapan ragu. Tangannya masih berpegangan erat pada lengan Daniel, mencari pegangan dan keyakinan. "A-aku masih bisa. Tenang saja," ujarnya, mencoba meyakinkan dirinya sendiri.
"Kau yakin?" tanya Daniel, tatapannya menyelidik, memastikan bahwa Lucianna tidak memaksakan diri.
"Iya," jawab Lucianna dengan mantap, meskipun di dalam hatinya masih bergejolak keraguan.
Daniel membawa Lucianna ke bagian pojok kolam, tempat yang lebih tenang dan dangkal. Ia meminta Lucianna untuk berpegangan pada ujung kolam dan mencoba mengangkat tubuhnya, belajar mengambang terlebih dahulu. Lucianna terlihat masih diliputi ketakutan, namun kehadiran Daniel yang tulus mengajari dan menemaninya membuatnya merasa aman dan terlindungi.
Perlahan tapi pasti, Lucianna mulai mencoba melepaskan belenggu trauma yang selama ini menghantuinya. Dengan bimbingan Daniel, Lucianna kini bisa berenang sedikit demi sedikit, meskipun hanya sejauh 10 cm, namun itu sudah merupakan sebuah kebanggaan dan pencapaian yang luar biasa. Si kembar juga tak henti-hentinya memberikan semangat, menyemangati setiap usaha Lucianna.
Di sisi lain, Sopia—pembantu baru di rumah itu—mengamati kedekatan Lucianna dengan Daniel dengan tatapan penuh cemburu.
"Luci itu sungguh beruntung. Ia mendapatkan dukungan dari si kembar, yang membantunya untuk bisa lebih dekat dengan Tuan Daniel," gumam Sopia dalam hati, nada bicaranya dipenuhi dengan iri dan dengki.
"Lagipula, aku yakin dia pasti berbohong tentang trauma atau ketidakmampuannya berenang. Wanita itu benar-benar licik," lanjutnya, pikirannya dipenuhi dengan prasangka buruk terhadap Lucianna.
"Hei, Sopia! Mengapa kau terus melihat ke arah mereka? Apa kau ingin berenang juga?" sapa Diah dengan nada menggoda, menyadari tatapan Sopia yang tak lepas dari Lucianna dan Daniel.
"Iya, sepertinya kau juga sudah sangat bersiap. Lihatlah pakaian renangmu, sayang jika tidak digunakan," timpal Desi, menambahkan bumbu ejekan dalam suaranya.
"Kalau ingin berenang, tinggal berenang saja, tapi... sendirian! Hahahaha," sahut Irma, tawanya disusul oleh kedua temannya, kecuali Lala yang hanya diam menyaksikan.
'Cih, mereka memang menyebalkan,' batin Sopia geram, merasa tersudutkan oleh ejekan teman-temannya. Namun, tiba-tiba sebuah ide licik terlintas di benaknya.
"Kalian benar juga. Sayang jika pakaian renangku tidak digunakan," ujar Sopia dengan seringai licik. Ia segera turun dari gazebo dan melangkah menuju kolam renang, tempat Daniel sedang mengajarkan Lucianna berenang.
Para rekannya saling bertukar pandang, dahi mereka berkerut dalam kebingungan, bertanya-tanya dalam hati mengenai rencana tersembunyi yang sedang disusun oleh Sopia.
Sopia mengamati Daniel yang tengah sabar mengajari Lucianna di tengah kolam. Suasana kolam pun tidak terlalu ramai, seolah mendukung rencana liciknya untuk mendapatkan perhatian Daniel.
Dengan langkah mantap, Sopia turun ke dalam kolam yang airnya mencapai lehernya. Ia mulai berenang kesana-kemari, membasahi tubuhnya terlebih dahulu, sambil terus mengawasi situasi di sekitarnya. Sopia kemudian menyadari bahwa tidak ada seorang pun yang berada terlalu dekat dengannya, kecuali Daniel. 'Inilah saatnya,' pikirnya dengan seringai licik.
"Tolong! Tuan! Tolong! Kakiku keram!" teriak Sopia dengan nada panik yang dibuat-buat. Ia mencoba berakting semeyakinkan mungkin, berusaha membuat tubuhnya terlihat seperti hampir tenggelam.
Daniel dan Lucianna yang mendengar teriakan itu segera menoleh ke arah Sopia, raut wajah mereka menunjukkan kekhawatiran. "Luci, aku akan menolong Sopia dulu. Kamu tunggu di sini," ujar Daniel dengan nada cemas.
Lucianna membalasnya dengan anggukan cepat, mengiyakan permintaan Daniel. Tanpa ragu, Daniel segera berenang menghampiri Sopia, mengangkat tubuhnya agar kepalanya tetap berada di atas permukaan air. Akting Sopia benar-benar memukau, layaknya seorang artis kelas atas. Napasnya dibuat tersengal-sengal, seolah sedang panik karena hampir tenggelam. Tubuhnya pun dibuat selemas mungkin, dan ia memeluk erat tubuh Daniel, seolah takut tenggelam lagi.
Daniel membawa Sopia ke gazebo tempat mereka, agar tidak menarik perhatian banyak orang.
"Kakiku terasa sakit, Tuan!" rintih Sopia dengan nada merengek, meringis kesakitan sambil memegangi kaki kirinya. Namun, tangan kanannya tak lepas memeluk tubuh Daniel, memanfaatkan kesempatan untuk mendekatinya.
Daniel tampak khawatir, namun ia berusaha untuk tetap tenang. Kemudian, ia teringat pada Lucianna yang ia tinggalkan di tengah kolam. "Panggil petugas medis!" titah Daniel kepada satpam-satpam yang langsung menghampirinya saat mendengar teriakan Sopia.
Daniel ingin segera bangkit dan menjemput Lucianna, namun Sopia menahannya dan mendekapnya lebih erat. "Kakiku sangat sakit, Tuan!" rengek Sopia, berusaha menahan Daniel agar tetap berada di sisinya.
Si kembar yang dilanda kekhawatiran dan rasa penasaran akan kejadian yang menimpa Sopia, memutuskan untuk menghampiri Daniel. Mereka bangkit dari tepi kolam dan hendak beranjak, namun malang tak dapat ditolak, kaki Devan salah memijak, membuatnya terpeleset dan jatuh ke dalam kolam. Revan yang menyaksikan kejadian itu terkejut dan berteriak memanggil Daniel.
"Tolong!" Devan berteriak panik, berusaha sekuat tenaga menahan tubuhnya agar tetap berada di atas permukaan air. Si kembar memang bisa berenang, namun kemampuan mereka terbatas untuk berenang di kolam yang terlalu dalam.
"Tolong aku!"
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...Bersambung...
padahal dalam hati 🤭